VOTE DULU SEBELUM BACA😊
.
.
.
.Rintihan Senja Di Ufuk Timur
10 Juni 2022"Bunda, Lily mohon ... Lily nggak mau, Bunda. Lily mau di sini sama Bunda ...."
Jemari kuning langsat mencoba meraih tangan wanita bergincu merah darah. Sedari tadi, raungannya tak terbendung. Berusaha menggapai belas kasih wanita yang dipanggilnya bunda. Tapi nampaknya, tak sedikitpun nurani sang bunda bersimpati. Bahkan, yang ia dapati hanyalah dorongan paksa sang bunda untuk segera masuk ke dalam mobil box.
"Kamu mau Bunda mati kelaperan di sini?! Kalau yang kamu mau itu ayo kita mati sama-sama bareng adik kamu!"
Sang gadis menggeleng keras, jelas dia enggan menyanggupi tawaran tak bernurani dari sang ibu. "Lily akan kerja di ladangnya Pak Rudi, Bunda. Kita bisa tetap hidup. Bunda, Lily mohon ...."
"Masuk mobil sekarang atau Kamu nggak akan ngelihat Bunda lagi habis ini?"
Untuk kesekian kali, pertanyaan tak berwelas asih itu terlontar dari bibir sang bunda. Membuat Lily hanya mampu menggeleng keras seraya mengeratkan genggamannya pada wanita itu.
"Bunda, Lily mohon ...."
"Masuk Bunda bilang!"
Lily terjingkat ketika sepasang tangan kekar menarik paksa kedua lengannya. Alhasil, tangisan gadis berperangai teduh itu semakin tak terbendung. Membayangkan bagaimana hari-hari akan berjalan nanti hanya semakin dada sesak.
"Bunda, tolongin Lily!" Jemari si gadis berusaha menggapai tangan sang bunda ketika tautan keduanya terlepas karena pria bertubuh besar yang menarik paksa.
"Bunda, Lily nggak mau pergi! Bunda! Bunda, tolongin Lily ...."
Lolongan tinggallah lolongan kepedihan, Lily tak sanggup lagi memohon ketika yang didapati dari raut sang bunda hanya kepuasan. Sedikitpun, tak ada kekhawatiran di mata sang bunda. Hal itulah yang kemudian membuat harapan seketika runtuh.
Bahkan setelah menyadari betapa tak berarti dirinya di mata sang bunda, Lily tetap berusaha menatap mata cokelat gelap itu. Berharap bahwa masih ada selapis kekhawatiran di sana. Namun nyatanya, hanya kekecewaan yang dia dapati.
"Bunda, Lily takut ...," lirihan itu terlontar kala kaki mungil Lily mulai menaiki mobil box. Dan ketika di dorong masuk, Lily baru menyadari bahwa dia tak sendiri.
Ada sekitar dua puluh wanita dengan alasan berbeda-beda untuk berada di disini. Lalu, ketika Lily menatap nanar keputusasaan yang menguar dari semua mata perempuan itu, dia kembali tersadar, bahwa harapan akan adanya kebahagiaan semakin mengabur.
Gadis berkerudung hitam itu terduduk pasrah, pandangannya kembali terarah pada sang bunda yang masih berdiri di luar sana dengan raut bahagia. Hati kecilnya menyerah menyadari betapa tak bernurani wanita yang dipanggil bunda. Lily terisak kala pintu belakang mobil box perlahan ditututup dan digantikan oleh kegelapan.
"Ya Allah, hamba tidak tahu apa yang sedang Engkau rencanakan. Tetapi, apapun itu Ya Allah, temanilah hamba selalu. Hamba tidak memiliki siapapun lagi, selain Engkau Ya Allah ...." batinnya, menangis tragis.
Bersambung
Thx bgt buat yang udah nyempetin baca ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Humaira Merindu
Spiritual"Lo tahu nggak, Ra? Lo dan gus Harits itu adalah refleksi nyata dari surat Yasin ayat empat puluh. Jalan kalian bersebrangan, bukan beriringan." Kehidupan pesantren yang Humaira idam-idamkan layaknya cerita sebuah novel dimana hanya ketenangan dan k...