VOTE DULU SEBELUM MEMBACA YA 🌼
~HUMAIRA MERINDU~
24 Agustus 2022
.
.
."Diberitahukan kepada santri putra dan santri putri untuk menunggu orang tua di aula pondok masing-masing. Jam jenguk dimulai pukul delapan pagi hingga pukul tiga sore. Sekian, terima kasih."
Pengumuman melalui speaker itu membuat sorak sorai gembira keluar dari bibir semua santri. Hari sambang adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua santri. Di hari sambang yang hanya ada dua bulan sekali itu para santri bisa leluasa melepas rindu dengan keluarga, sekaligus bisa bertukar cerita. Hari Jum'at dipilih oleh pengurus pesantren sebagai hari sambang agar para santri bisa leluasa menikmati kebersamaan dengan keluarga.
Humaira memoleskan bedak tipis-tipis di wajah ayunya, tak lupa gadis itu juga memakai lipbalm tanpa warna. Sesekali senyum bahagia terlukis di wajahnya ketika teringat bahwa hari ini dia akan bertemu Umi Metty, Pak Yahya, Salwa, dan Arzan.
"Uwes, Ra?" Suara Iwa dari pintu kamar membuat Humaira bergegas menghampiri kedua temannya itu. ["Udah, Ra?"]
"Udah, yuk!"
Ketiga gadis dengan binar bahagia itu berjalan beriringan menuju aula pondok putri. Sesekali Ima membuat lelucon yang membuat kedua temannya tertawa ringan. Tangga kamar menuju lantai bawah cukup ramai, karena memang semua santri putri begitu antusias untuk menemui keluarga mereka.
Aula pondok putri yang begitu luas sudah digelari tikar, kipas angin jumbo sudah terpasang di sisi kanan dan kiri dinding ruangan yang tinggi. Humaira berdecak kagum, ternyata pengurus pesantren benar-benar niat menyiapkan fasilitas untuk hari yang spesial bagi santri.
"Ira, sayang!" Teriakan itu membuat Humaira menoleh ke segala arah untuk menemukan sumber suara. Setelah didapatinya Umi Metty beserta keluarga lain berkumpul di ruang bagian tengah, gadis itu segera melambai penuh bahagia.
"Owalah, iku umimu?" tanya Ima seraya mengikuti arah lambaian tangan sang teman.
Humaira mengangguk antusias, "Iya."
"Eh, Ma. Iku ibuku karo ibumu cedak karo keluargane Ira." Iwa mencolek bahu berlemak Ima, ditunjuknya dua keluarga yang nampak berbincang akrab. ["Eh, Ma. Itu ibuku sama ibumu deket sama keluarganya Ira."]
"Lha dhalah, iyo je. Yawes, ayo mrunu!" ["Oh iya. Yaudah, ayo ke sana."]
Ketiga gadis itu lantas menghampiri keluarga masing-masing. Pelukan adalah hal pertama yang mereka dapatkan, pelukan hangat nan membahagiakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Humaira Merindu
Spiritual"Lo tahu nggak, Ra? Lo dan gus Harits itu adalah refleksi nyata dari surat Yasin ayat empat puluh. Jalan kalian bersebrangan, bukan beriringan." Kehidupan pesantren yang Humaira idam-idamkan layaknya cerita sebuah novel dimana hanya ketenangan dan k...