Bab 5 | Mahendra Prawira

494 99 24
                                    

VOTE DULU YA SEBELUM BACA❤️

18 Juli 2022

🌼HUMAIRA MERINDU🌼

.
.
.

"Mahendra?"

Pemuda ber-headband hitam yang tidak lain adalah Mahendra itu tertawa renyah seraya menyodorkan buku milik Humaira. "Ciee yang udah hafal nama gue, gausah dihafalin kali. Niat banget."

Humaira merengut, dia tidak menyukai gombalan dari Mahendra barusan. Diambilnya buku itu dari tangan sang pemuda. "Nggak lucu."

"Dih, siapa juga yang mau ngelawak?" Mahendra memang sangat pandai jika disuruh membuat kesal seseorang, terutama Humaira. Bahkan, gadis itu sekarang sudah mulai menggeser tempat duduk, menjauh dari sang pemuda.

Mahendra menggeser tempat duduk, lebih dekat dengan Humaira. Tapi justru gadis yang menampilkan raut kesal itu semakin menjauh. "Kamu ngapain, sih? Bukan mahram tau!"

Mendengar ocehan kekesalan Humaira, Mahendra berakting seolah kaget. "Astaghfirullah, ukhti! Maafin akhi Mahendra, ya?"

Humaira memutar bola mata malas, "Lagian kamu ngapain, sih? Kurang kerjaan banget ngikutin aku."

Baiklah, rasa kepercayaan diri Humaira perlahan keluar. Tapi masalahnya, kali ini kalimat gadis itu terdengar ge-er, dan justru membuat Mahendra yang mendengarnya tersenyum jahil.

"Lo pengen banget ya gue ikutin sampai ge-er kayak gitu?" tanya Mahendra tanpa merubah tatapan jahil yang diarahkan pada Humaira.

"Si-siapa yang ge-er?" Humaira mengalihkan pandangannya ke jalanan, berusaha untuk terlihat biasa saja. "Kamu tuh yang ge-er, siapa juga yang pengen diikutin sama kamu," lanjutnya seraya sesekali melirik Mahendra yang masih setiap dengan senyum jahil.

"Lhah? Kok jadi gue? Bukannya lo sendiri yang tadi bil-"

"Udah diem!"

Mahendra spontan melipat bibirnya ke dalam. Pasalnya, Humaira sudah mulai menunjukkan gejala kekesalan yang jika berkelanjutan bisa berbahaya. Begitulah yang dipikirkan sang pemuda dalam diammnya sembari memperhatikan sang gadis.

Humaira menarik napas panjang seraya memejamkan mata, berusaha melenyapkan rasa kesal karena kalimat Mahendra. Diangkatnya tinggi buku di tangan hingga menutupi wajah yang membuat akses sang pemuda untuk menatap paras jelita Humaira terhalang.

Nyatanya, Humaira tidak benar-benar membaca. Melainkan, bergelut dengan pikirannya sendiri. Bagaimana bisa Mahendra masih berkeliaran setelah memukuli Nico? Satu sekolah pun tahu jika Nico anak pengusaha kolongmerat yang pasti akan melakukan apapun untuk memenjarakan siapa saja yang berani memukuli putra semata wayangnya.

Humaira Merindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang