Bab 11 | Yah, Ketahuan!

443 81 14
                                    

BUDAYAKAN VOTE DULU SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BUDAYAKAN VOTE DULU SEBELUM MEMBACA

~HUMAIRA MERINDU~

6 Agustus 2022

.
.
.

Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, murid-murid segera berhamburan keluar kelas termasuk 12 A. Humaira masih sibuk mengemasi peralatan tulis ketika teman-temannya sudah keluar. Jadilah, di ruangan ini hanya menyisakan dirinya dengan Shafiyyah dan Mitha.

"Ra, gue duluan ya." Mitha memperhatikan teman sebangkunya yang masih sibuk merapikan barang-barang.

Yang ditanya mengangguk, "Iya, Mit. Hati-hati ya."

Gadis tomboy itu lantas pergi, kini berganti Shafiyyah yang menghampiri Humaira. "Ayo, Humaira."

Sang pemilik nama mendongak, menatap Shafiyyah yang terlihat begitu anggun dengan senyum ramahnya. Humaira lantas berdiri dan memakai ransel, tak lupa juga sebuah buku lebar dia sengaja jadikan alat untuk jaga-jaga menghindari hal-hal tak terduga nantinya.

"Ayo, Shaf."

Kedua santriawati itu kemudian berjalan beriringan, keadaan kawasan sekolah sudah sepi. Hanya ada beberapa santri dan santriwati yang nampak mengerjakan tugas bersama di luar kelas.

"Shaf, kamu ke sana duluan ya. Aku mau ke kamar mandi dulu." Humaira mengehentikan langkah, meminta izin dari teman sekelasnya.

Shafiyyah tersenyum manis, "Mau aku temenin? Biar bisa ke sana bareng, kamu kan santriawati baru. Takutnya nggak tahu kantor pengurus di mana."

"Nggak usah, Shaf. Kamu jangan khawatir. Yaudah, aku ke kamar mandi dulu ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Shafiyyah menatap tubuh mungil Humaira yang perlahan menjauh hingga hilang karena tertelan jarak.
"Gus Harits adalah orang yang paling sering bolak-balik meriksa ke UKS waktu Humaira pingsan."

Kalimat Namira yang merupakan teman sekamarnya kembali melintas di ingatan. Sebelum kehadiran Humaira, Shafiyyah belum pernah seresah ini memikirkan perasaan sang gus kepadanya. Kalangan santriawati dan pengurus banyak yang menggadang-gadang akan hubungannya dengan Gus Harits karena keakraban keluarga ndalem dengan keluarganya.

Shafiyyah memejamkan mata erat seraya menghembuskan napas panjang. Memikirkan hal ini sekarang hanya akan menghambat segala apa yang ingin dikerjakannya. Gadis itu lantas bergegas menuju kantor pengurus.

Di sudut lain pesantren, Humaira baru saja keluar dari kamar mandi. Hajatnya sudah tertuntaskan, dia lantas berjalan kembali ke kelas karena memang jalan yang dihapal baru sedikit sekali.

Sampai di kelas, kini Humaira tidak tahu harus kemana. Dia sekarang baru merutuki kesombongannya yang melarang Shafiyyah untuk menemani tadi. Benar-benar ceroboh.

Humaira Merindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang