Bab 6 | Mereka Menyebutnya Takdir

490 93 29
                                    

~HUMAIRA MERINDU~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~HUMAIRA MERINDU~

24 Juli 2022

.
.
.

Hari ini tepat satu minggu Mahendra tidak terlihat sama sekali, seakan hilang ditelan bumi. Entah kemana perginya pemuda yang Humaira kenal kerap riwa-riwi tidak jelas. Mengingat kalimatnya di angkot seminggu lalu, sang gadis berprasangka terlalu jauh. Mulai dari Mahendra yang dikirim keluar negeri atau malah dikurung dalam rumah oleh sang ayah.

Bukan apa-apa, pertemuan pertama Humaira dengan Bramantyo tidak bisa dibilang baik. Melihat bagaimana interaksi bilioner muda itu bersama sang putra tempo hari tentu akan membuat sang gadis berpikiran buruk.

"Ra, lo mau beli boba dulu, nggak? Kebetulan sepupu gue lagi mulai buka kedai di sekitaran sini."

Humaira mengalihkan perhatiannya pada Teresa yang menyetir di depan bersama Pila. Dia lantas menggeleng pelan seraya mengukir senyum tak enak hati. "Nggak dulu ya, Sa?"

"Lagi puasa, ya?" Tebakan Pila tepat sasaran.

"Iya, maaf ya." Suara Humaira terdengar begitu merasa bersalah untuk menolak ajakan Teresa.

"Santai, nggak apa-apa, kok. Nanti gue belinya sama Pila aja, Ra."

Mendengar jawaban Teresa, Humaira tersenyum. Inilah hal paling aneh yang terjadi setelah Mahendra tidak muncul lagi di kehidupannya. Tiba-tiba saja Teresa dan geng bully-nya itu mendadak menjadi baik. Bahkan, sudah seminggu ini Teresa mengantar jemput Humaira untuk ke sekolah.

Walau sudah menolak, Teresa tetap memaksa untuk mengantar jemput Humaira. Gadis berhijab syar'i itu heran, sangat heran. Tapi, hatinya mengatakan bahwa Mahendra yang melakukan semua ini. Entah apa yang diperbuat pemuda itu hingga membuat geng pembully menjadi begitu baik pada Humaira.

"Besok gue jemput agak siangan ya, Ra?" tanya Teresa begitu mobil yang dikendarai berhenti di depan rumah Pak Yahya. Gadis ini nampak berkali lipat ramah dari sebelumnya.

Humaira tersenyum manis, "Iya, Sa. Makasih banyak, ya?"

"Yoi, Ra."

Humaira lantas turun, membiarkan mobil Teresa melenggang pergi. Dia hendak berjalan memasuki gerbang, namun suara klakson cukup keras menghentikan langkah seketika. Sang gadis menoleh, didapatinya Toyota Land Cruiser persis milik Bramantyo.

Yang membuat gadis itu kaget adalah ketika Mahendra turun dari mobil dan dengan senyum manis berjalan menghampiri. Tidak ada bekas korban sekapan seperti luka lebam ataupun mata sembab jejak tangisan, yang ada adalah perbedaan penampilan sang pemuda.

Jika biasanya Mahendra mengandalkan kemeja flanel dan celana jeans robek untuk menyempurnakan tampilan, kali ini justru pemuda itu mengenakan atasan koko putih dan sarung hitam sebagai bawahan. Bukan apa-apa, hanya saja, kadar kegantengan pemuda itu kini semakin bertambah berkali lipat. Dan hal itulah yang membuat Humaira sampai menganga tak percaya.

Humaira Merindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang