Bab 25 | Menjelang Liburan

443 62 10
                                    

VOTE DULU SEBELUM MEMBACA YA ❤️

VOTE DULU SEBELUM MEMBACA YA ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

24 September 2022

~HUMAIRA MERINDU~

.
.
.

Hari-hari berlangsung dengan cepat, secepat bagaimana para santri lupa akan kasus yang pernah menimpa Silvya. Berita menyebar layaknya virus, namun hal itu justru tak membuat peminat pesantren ini surut. Sudah satu bulan terhitung setelah kasus Silvya berhasil dituntaskan oleh sang gus. Kini, kehidupan pesantren sudah kembali seperti semula.

Humaira menatap kasur kosong milik Silvya. Kini pemiliknya tak lagi mengenyam pendidikan di pesantren, melainkan di sekolah formal di daerahnya dengan menjalani pemulihan trauma. Walau tak lagi bisa bertemu, rasa lega itu nyata Humaira rasakan.

"Ra, ayo! Nanti telat kita ujiannya!" Niswa berteriak dari luar kamar ketika didapati sang teman malah melamun seraya melihat kasur kosong bekas Silvya.

Humaira bergegas memakai sepatu dan menghampiri kedua temannya yang sudah berdiri di depan kamar. "Ayo," ajaknya penuh semangat. Berbeda dengan Iwa dan Ima yang berwajah suntuk karena harus menjaga hafalan untuk ujian tengah semester nanti bertepatan dengan libur hari raya idul adha selama hampir dua minggu.

Ketiga gadis itu berjalan beriringan hingga tiba di kelas Humaira, mereka harus berpisah. Seperti biasa, kelas 11A masih kosong hanya Humaira yang baru datang. Gadis itu lantas duduk di bangku. Hidungnya bergerak-gerak asing begitu mencium wangi parfum yang begitu menyengat namun menenangkan. Seperti ciri khas parfum Arab.

Humaira menunduk, melihat loker mejanya yang sudah diisi oleh secarik kertas. Diambilnya surat itu dan langsung menguarkan aroma parfum. Karena penasaran, dia membuka surat itu tanpa mengingat sedikit pun perihal peringatan Shafiyyah dulu tentang menerima surat dari santri putra.

༼۝•••••༼۝•••••༼۝•••••༼۝•••••༼۝••••۝•••••

Maaf karena saya sudah berburuk sangka tentang alasan kamu tiba-tiba mengundurkan diri dari perlombaan. Setelah kasus Silvya, saya mengerti alasan kamu melakukannya. Maaf, Humaira.

Muhammad Harits

•••••༼۝•••••༼۝•••••༼۝•••••༼۝•••••༼۝•••••

Senyum penuh arti terbit di wajah ayu Humaira, sedang pipinya merona layaknya tomat segar. Ada buncahan yang sulit dikendalikan dalam hati sang gadis. Kalimat demi kalimat yang dia baca layaknya ambrosia, begitu candu hingga rasanya tak akan cukup waktu seharian untuk mengekspresikan kebahagiaannya saat ini.

Jadilah Humaira menyimpan surat itu di saku seragam dengan senyum yang tak surut dari wajah ayunya. Namun, dia segera kembali menormalkan ekspresi begitu Mahendra datang. Pemuda itu mengernyitkan dahi seraya menatap intens sang gadis, sedangkan langkahnya semakin mendekat.

Humaira Merindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang