Bab 36 | Si Sholehah Milik Si Pemberani

394 41 4
                                    

Olaaa, It's Zeen:) kemarin udh up sebenarnya, cumann si WP eror😌

VOTE DULU SEBELUM MEMBACA, MAKSA NIH😌

VOTE DULU SEBELUM MEMBACA, MAKSA NIH😌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

22 Desember 2022

🌼🌼🌼

Setelah Enam Bulan Diterpa
Kesedihan

Hari Minggu menjadi saat di mana Humaira akan bersantai dari segala kepenatan dunia perkuliahan yang tinggal menghadiri wisuda. Dengan langkah ringan, gadis itu berjalan menuju dapur setelah selesai murojaah subuh. Wajahnya begitu teduh dan bersinar ketika jejak air wudhu masih tersisa di pipi pualam miliknya.

Sesampainya di dapur Humaira membelalakkan mata terkejut begitu melihat belanjaan sangat banyak. Dilihatnya sekilas Umi Metty dan Salwa yang sedang sibuk mengupas bawang-bawangan. Sedangkan, Bi Inah menumis sesuatu di wajan besar hingga menguarkan aroma menggoda.

"Umi, mau ada hajatan? Kok masak sebanyak ini? Ira nggak dikasih tahu." Humaira mendekat, mengamati wajah Umi Metty yang tersenyum begitu lebar.

"Iya, sayang. Mau ada laki-laki yang datang kemari." Tatapan Umi Metty terarah ke Salwa dengan senyum menggoda.

Melihat interaksi ibu dan anak itu, Humaira mengerutkan dahi. "Laki-laki?"

"Iya." Lagi, Umi Metty melontarkan senyum kepada Salwa dan gadis itu hanya tersenyum tipi seraya menunduk.

Humaira membelalakkan mata begitu menangkap maksud dari jawaban sekaligus gestur dua orang di hadapannya itu. Seketika itu dirinya memeluk erat Salwa dengan senyum paling lebar.

"Selamat ya Mbak ... akhirnya sold out juga, masyallah. Eh, tapi kok mendadak banget ya? Ira aja sampe nggak nyadar kalau diam-diam Mbak Salwa udah ada calon."

Tawa ringan terlontar dari bibir Umi Metty dan Salwa. Keduanya saling beradu pandang dengan penuh riang. Mengabadikan Bi Inah yang juga tertawa tanpa suara di seberang sana.

"Yaudah, Dek. Kamu bantuin gih." Salwa menggerakkan badannya sedikit, berusaha melepaskan diri dari pelukan erat Humaira.

"Siyap, Bos!" Humaira dengan penuh antusias berjalan menuju belanjaan yang masih terbungkus keresek besar. Gelagatnya seperti seseorang yang menang kupon undian, tak peduli jika di sini yang seharusnya sangat berbahagia adalah Salwa.

Pagi itu, dapur keluarga Pak Yahya hanya diisi oleh berisiknya gesekan peralatan dapur. Kepulan asap dari masakan yang baru jadi membuat suasana begitu sibuk. Keempat perempuan itu memberikan fokus kepada masakan yang sedang ditangani. Sedangkan, Arzan sesekali masuk ke dapur untuk bercanda dengan Humaira. Suasana yang sangat menggambarkan kesibukan para wanita dapur.

Gerak gesit Bi Inah membuat pekerjaan semakin cepat terselesaikan. Humaira berjalan lemah menuju meja makan, tubuh gadis itu terduduk lemas di kursi dengan peluh memenuhi sekitaran wajah. Diusapnya peluh itu hingga membuat Umi Metty yang menyaksikan terkekeh.

Humaira Merindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang