Aku tidak bisa tidur tenang saat mencoba istirahat setelah berbenah di pagi hari. Biasanya aku mudah terlelap, tetapi aku merasa gelisah. Aku hendak menghubungi Tedy, tetapi kuurungkan karena tidak ingin menganggu pekerjaannya.
Aku mulai mengurangi panggilan kepada Tedy selain pada jam istirahatnya. Pikiranku jadi banyak berubah setelah melihat emosinya saat malam hari itu. Bisa saja Tedy baik terhadapku di saat tertentu, tetapi jika dia merasa terganggu sikapnya akan berbeda.
Aku tidak bisa menyalahkan, hanya saja emosinya saat itu masih terus terbayang dalam benakku. Semenjak hamil, tanpa bisa kuelak sikapku juga banyak berubah yang sepertinya terkadang mengusik suamiku.
Aku tidak bisa menghindari yang sudah terjadi, begitu juga suamiku. Kehamilan ini menjadi pengalaman pertama yang tidak bisa kuprediksi. Aku hanya bisa menjalaninya, yang ternyata tidak semudah perkiraanku.
Kupikir setelah hamil, aku dan Tedy bisa semakin dekat. Aku bisa bermanja-manja dengannya, karena perasaan ingin diperhatikan sering muncul. Namun, kedekatan itu terjadi hanya di awal-awal kehamilan. Aku mulai mendambakan berbagai perhatian darinya. Aku ingin Tedy mengusap perutku atau pingganggku saat sedang pegal. Hanya saja, dia terlalu lelah untuk melakukan itu. Aku tidak berani mengusiknya lagi.
Semakin lama, aku merasakan ketidaknyamanan di perutku. Aku cemas, dan bergegas turun dari tempat tidur. Aku tidak boleh sakit dan sampai terjadi sesuatu dengan bayiku. Diriku pun berganti pakaian, memakai jilbab, mengambil tas dan memasukkan sesuatu yang kubutuhkan, termasuk sejumlah uang dan ponsel. Aku mengetuk pintu kamar Bapak, tetapi tidak ada sahutan dari dalam.
Aku coba menengok ke kamar mandi. Pintu terbuka, dan tidak ada orang di dalam. Kupikir Bapak sedang tidur sehingga aku pun pergi sendiri, dan memesan mobil melalui aplikasi. Aku akan mengirimnya pesan.
Diriku pergi ke rumah sakit, tempat aku kontrol sebelumnya. Aku makin gelisah karena perjalanan mengalami sedikit kemacetan. Aku sampai lokasi dengan keringat sudah mulai mengalir di kulitku. Sudah kusiapkan tisu untuk mengelapnya.
Aku masih harus menunggu antrian, dan melewati tahap pemeriksaan tekanan darah. Sambil menunggu panggilan dari dokter, aku mengusap-usap perutku. Diriku tidak sempat mengeluarkan sesuatu dari tas selain KTP saat pendaftaran.
Sampai saat bertemu dokter, aku baru teringat belum menghubungi Bapak. Aku urungkan kembali kesempatan untuk memberi tahu tentang posisiku saat ini. Yang bisa kulakukan sekarang adalah berkonsultasi dengan dokter mengenai kandunganku.
"Apa yang Ibu keluhkan saat ini?" tanya Dokter Tania yang pertemuan pertama kami saling berkenalan.
"Saya merasa tidak nyaman, Dok, bagian perut. Saya jadi tidak bisa tidur. Saya takut ada apa-apa."
Aku di suruh tiduran, Dokter Tania memeriksaku dari mulut hingga perut. "Apakah perutnya keram?"
"Tidak juga, Dok, tapi agak sedikit nyeri."
"Apakah ada fleks saat buang air kecil?"
Aku coba mengingat-ingat kembali. "Tidak ada, Dok."
"Apakah makan teratur?"
"Tidak, Dok, saya makan ketika ingin."
"Ibu mengalami penurunan berat badan karena sejak awal periksa hingga sekarang tidak jauh berbeda."
Aku mengangguk.
"Apa Ibu ada masalah yang memengaruhi nafsu makan?"
Aku terdiam. Tidak mungkin aku menceritakan hubungan yang sedang terjadi antara aku dengan suamiku.
Dokter Tania pun melanjutkan pemeriksaan USG. Dengan persiapan yang sudah dilakukan, mengoleskan gel pelumas di perut, menyiapkan alat transduser yang berfungsi sebagai penangkap objek, Dokter mulai menggerakkan alat-alat di bagian kulit yang terdapat gel.
![](https://img.wattpad.com/cover/290025252-288-k622086.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nona Muda Jelita Menikah dengan Tuan Gila Kerja ✔️
Fiction générale[Cerita ini diikutsertakan dalam FTV Series yang diikuti oleh alumni Anfight 2020] Blurb: Qanita Nur Hasna menjalani kehidupan rumah tangga di usia yang masih terbilang muda. Kehidupan rumah tangga yang dijalaninya bertolak belakang dengan ekspektas...