Bab 3.1 Putri Mahkota

229 49 24
                                    

"Arion, ikutlah denganku ke istana!" ajak Freya seraya mengulurkan tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Arion, ikutlah denganku ke istana!" ajak Freya seraya mengulurkan tangan. "Dan menjadi salah satu kesatriaku!"

"Mana mungkin!" celetuk Arlan. "Hanya keturunan bangsawan yang dapat menjadi kesatria 'sang pewaris.' "

"Tapi tidak ada syarat seperti itu untuk menjadi kesatria putri mahkota, bukan?" sanggah Freya.

"Tapi dia belum cukup umur untuk menjadi kesatria."

Gadis bermata cokelat madu itu menggerling gusar. "Tapi aku mau Arion menjadi bagian dari kita."

"Kenapa keras kepala sekali. Apa istimewanya dia?" Arlan meninggikan suara. Ia bersedekap dada, mata mendelik tajam pada Arion. "Dia bahkan tidak terlihat seperti penyihir. Jangan-jangan hanya budak yang kabur."

"Arlan, jangan bicara seperti itu!" tegur Grey. Anak laki-laki berparas cantik sekaligus tampan itu menghela napas, menarik Arlan untuk mundur dan menenangkan diri.

Arlan diam. Bocah lelaki berambut hitam jabrik itu memalingkan wajah—menatap aliran sungai yang tidak jauh dari sana.

"Aku tidak mengerti apa yang kalian ributkan, dan aku juga tidak tertarik dengan tawaranmu," ketus Arion. Ia berdiri dan bersiap pergi. "Terima kasih atas pertolongannya."

"Tunggu," Freya menahan tangannya. "Jadilah kesatriaku!"

"Kenapa harus aku? Dia benar, aku hanya budak yang kabur," sinis Arion.

Freya kembali tersenyum. Ia memaksa Arion untuk menghadapnya, lalu berkata, "Aku bisa melihat energi sihir seseorang. Dan energimu berbeda dari yang lain."

"Maksudmu?"

"Aku bisa membedakan penyihir dan bukan penyihir. Bahkan membedakan jenis sihirnya—hitam dan putih." Ia melanjutkan. "Penyihir gelap, memiliki energi berwarna hitam pekat, sementara penyihir putih berwarna biru pucat.

"Semuanya seperti itu. Tidak terkecuali. Tapi kau berbeda. Bukan hitam atau biru, tapi ungu yang sangat pekat dan meluap-luap. Ini pertama kalinya aku melihat sihir seperti itu."

"Apa kau tidak salah lihat?" tukas Arlan yang masih belum dapat menahan diri.

"Kau meragukanku?"

"Bagaimana cara membawanya?" tanya Grey. "William tidak akan membiarkannya. Selain itu kita juga akan ketahuan telah menyelinap ke luar istana."

"Serahkan saja padaku!" Senyuman Freya semakin mengembang. "Yang terpenting sekarang, kau mau 'kan, Arion?"

Arion diam—tidak mengerti apa yang dibicarakan tiga orang asing di hadapannya. Akan tetapi, ia juga penasaran tentang dirinya yang seorang penyihir. Sebelumnya Bred mengatakan hal serupa, tapi tiga bulan telah berlalu dan selama itu juga ia tidak merasa pernah menggunakan sihir apa pun.

"Baiklah."

"Bagus!" Freya nyaris berlonjak untuk merayakan keberhasilannya.

"Lalu apa rencanamu, Frey?" tanya Grey.

Story of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang