Grey terpaku di kejauhan. Semua ini tidak sesuai rencana. Bukan hanya Samael yang tidak menduga kalau sumpah Arion sebagai kesatria 'sang pewaris' terikat dengan Kristal Dayna, Grey juga tidak menyadarinya. Seharusnya sumpah itu tidak mengikat.
Sekarang semua telah berakhir. Yang tersisa hanya kekalahan.
Di tengah keputusasaannya, sebuah pentagram muncul di atas abu Arion. Asap ungu pekat menguar dan abu Arion beterbangan, membentuk sosok yang mereka kenali.
Samael menghentikan amukannya. Bibirnya mengulas senyum, lalu tertawa terbahak. Hampir saja ia merasa dipecundangi, tapi nyatanya tidak ada yang bisa menandingi sihirnya-sebab dialah sumber dari segala kekuatan yang berada di luar batas logika itu.
Arion yang harusnya mati, kini kembali hidup. Mata emasnya membuka, melihat langsung pada mata emas serupa yang menatapnya penuh hasrat-keinginan untuk segera melahap jiwa yang semakin menghitam itu.
"Freya?" Kata pertama setelah kebangkitannya terucap dengan sangat menyakitkan. Ia melirik Freya yang tergeletak di tanah-tidak bernyawa.
Arion berlutut untuk meraih sang gadis. Air mata menetes meski wajahnya datar tanpa ekspresi. Dadanya begitu sakit. Segala kenangan berkecamuk dalam otaknya. Tangan yang membelai wajah Freya bergetar hebat.
Begitulah sebuah penyesalan, datang terakhir bagai kutukan. Penyesalan pertama yang ia rasakan, amat menyakitkan hingga bernapas saja membuatnya kesulitan.
Sementara itu Samael menghentikan tawanya ketika William dan beberapa pasukan yang tersisa menyerang bersamaan. "Masih ada tikus yang tersisa rupanya," keluhnya. Ia melesat menghadang. Kali ini William akan mati di tangannya.
Ah, jangan lupakan Destrion, Samael akan kembali ke tempat itu dan membumi-hanguskan semuanya.
Sebentar lagi. Ini akan menjadi hidangan pembuka untuk sesuatu yang nikmat.
Hanya sebentar lagi, jiwa Arion akan benar-benar menghitam.
Sebentar lagi kesenangan ini akan berakhir. "Ah ... ini cukup menyedihkan, tapi aku tidak sabar untuk menikmatinya."
Samael menjilat tangannya yang berlumuran darah. Pesta dari malam pembantaian telah berada di penghujung acara. "Mari kita bereskan sisanya!"
Selagi Samael disibukkan oleh William dan pasukannya, Kristal Dayna yang semula tertanam pada tangan Freya perlahan muncul dan keluar. Kristal itu berpendar lemah, tidak seterang biasanya.
Akan tetapi, ketika Arion meraih dan menggenggamnya, kristal itu bersinar terang. Bukan berwarna biru tetapi putih bersih hingga sangat menyilaukan.
"Arion!" Grey memanggil. Ia mendekat dengan mata memerah. Wajahnya yang putih, telah ternoda debu. Pakaian yang biasanya selalu bersih dan rapi, kini kotor, berbekas darah yang mengering.
Arion memalingkan wajah. Tidak berani menatapnya. Bagaimanapun juga, rasa bersalah karena membunuh Freya terus menggerogotinya.
Untuk kedua kalinya Arion menebas impiannya dengan tangannya sendiri.
Pikirnya Grey akan memukulnya-sesuatu yang ia harapkan saat ini, tapi pemuda berambut putih itu malah memeluknya seraya bergumam dengan nada bergetar. "Syukurlah. Syukurlah kau masih hidup!"
"Aku ... telah membunuh Freya," lirihnya.
Grey melepas pelukannya, menatap intens pada pemuda yang setahun lebih muda darinya itu. "Dengar. Ini permintaan terakhir Freya. Gunakan kristal itu untuk menyegel Lucifer!"
"Permintaan terakhir?" ulang Arion.
"Freya sudah merencanakan semua ini. Hanya kau satu-satunya orang yang dapat mengalahkan iblis itu. Kristal Dayna akan membangkitkan sihir Putri Luna yang ada di dalam tubuhmu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Evil
Fantastik✨ Daftar Pendek Wattys 2023✨ Jika kau menganggap sihir hanyalah mitos, maka kemarilah! Akan kuceritakan kisah sebenarnya tentang sihir dan apa yang membuatnya terkubur dalam sejarah, bahkan enggan untuk diakui keberadaannya. *** Ratusan tahun lalu...