Tabib istana baru saja keluar, Grey segera mendekat, memeriksa tangan Freya. Matanya tertutup, mencoba fokus menggunakan sihir penyembuhan—menyalurkan energi sihir khusus ke luka dan menyembuhkan dari dalam. "Masih sakit?"
Gadis itu mengangguk pelan. "Sudah lebih baik."
"Sepertinya Kristal Dayna tidak bisa menyerap sihir iblis terlalu banyak."
"Hei!" panggil Arlan, berbisik. "Menurut kalian, apa tidak terlalu sunyi?"
Freya dan Grey diam, saling bertatapan lalu mulai menyadarinya. Ada yang aneh dengan situasi saat ini, tidak ada suara langkah kaki atau apa pun, padahal seharusnya suasana masih sedang kacau. Mereka bertiga berdiri di depan pintu dengan Arlan yang sudah memegang gagangnya. Pemuda beriris gelap itu mengintip keluar—hanya untuk memastikan. Namun, apa yang terlihat jauh dari yang bisa dibayangkannya.
"Ada apa?" tanya Freya. Ia memaksa untuk membuka pintu sedikit lebih lebar, matanya terbeliak, di luar sana mayat bergelimpangan, bersimbah darah. "Apa yang terjadi?"
Mereka keluar, menyusuri koridor istana, memeriksa beberapa ruangan, melewati lorong panjang dan satu-satunya pemandangan yang dapat dilihat hanyalah mayat berlumur darah—mati terpenggal.
"Apakah ini penyerangan kedua?" tanya Freya, berbisik.
"Bisa saja. Sekarang kita harus mencari mereka yang selamat!" ucap Grey.
Arlan masih memimpin, menuju ruang singgasana. Freya dapat bernapas lega ketika mendengar suara seseorang dari dalam. Akan tetapi belum sempat memasuki Aula, ia ditarik mundur oleh Arlan. Mereka bersembunyi di balik pilar besar di sebelah pintu masuk.
"Kemari!" Arlan mengomandoi, mereka melewati pintu lain yang ada di belakang, pintu yang menghubungkan ke ruangan kecil di Aula itu—tempat Adam dan Freya bertemu di pesta pertemuan para penguasa sebelumnya.
Freya hendak bertanya tapi urung. Mereka mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka. Seperti rentetan mimpi buruk, kejutan lain kembali datang. Di sana, di depan singgasana. William sedang memegang sebuah pedang yang telah bersarang di dada Raja Ferdinand. Pandangannya datar tanpa rasa takut atau penyesalan.
Ia menarik pedang itu dan membiarkan tubuh sang raja jatuh ke lantai, di bawah kakinya. Darah menetes dari pedang, lantas dibuangnya ke samping hingga berbunyi debum keras dari gagang yang kokoh. Mata birunya menggelap, memandang rendah ke tubuh tumbang di bawahnya.
Tangan Freya bergetar, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia menutup mulut, mencoba menghentikan jerit yang mungkin saja keluar dari mulut tanpa disadari. Mereka masih tidak bersuara, seakan tidak berada di sana.
Suara langkah kaki mendekat, August memasuki aula dan berhenti ketika melihat pemandangan di depannya. "Kau ...."
Arlan bersiap keluar, pikirnya ini kesempatan mereka. August tidak akan memaafkan perbuatan William. Bagaimanapun dia adalah si sulung Bartin, seorang bangsawan yang tumbuh dengan jiwa kesatria penuh kesetiaan pada sang raja. Namun, urung kala lelaki berambut hitam panjang itu berucap santai, "Benar-benar berhati dingin. Kupikir kau tidak akan sanggup membunuhnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Evil
Fantasy✨ Daftar Pendek Wattys 2023✨ Jika kau menganggap sihir hanyalah mitos, maka kemarilah! Akan kuceritakan kisah sebenarnya tentang sihir dan apa yang membuatnya terkubur dalam sejarah, bahkan enggan untuk diakui keberadaannya. *** Ratusan tahun lalu...