Bab 7.3 Sebuah Janji

103 27 44
                                    

Elliot terbangun dan mendapati kakaknya tidak ada di kamar. Bocah berambut ikal itu turun dari ranjang dan keluar, memperhatikan tiap lorong berharap menemukan Grey tapi nihil. Suasana malam itu sangat sepi, hanya ada satu penjaga yang berdiri jauh di ujung koridor, itu pun sedang menatap ke arah lain.

Dengan langkah pelan dan hati-hati, ia menyusuri jalan lain, guna menghindari penjaga. Beberapa obor yang terpasang di dinding padam akibat angin yang berembus di sela jendela yang tidak tertutup, membuat beberapa titik jalan menjadi gelap. Sesekali ia bergidik dingin, tapi tidak menyurutkan langkahnya untuk terus mencari sang kakak.

Baru saja melewati persimpangan, sebuah patung burung mengepakkan sayap dengan gerakan kaku di sampingnya. Elliot sontak mundur dan hampir terjungkal jika saja ia tidak berpegangan pada dinding yang satu lagi. Satu-satunya obor yang terpasang di dekat ia berdiri langsung padam akibat angin kencang yang masuk, membuat tengkuknya meremang.

Bocah delapan tahun bertubuh kurus itu segera lari, tak tentu arah, yang penting dapat menjauh dari patung yang dapat bergerak. Langkahnya terhenti di depan sebuah ruangan dengan pintu yang sedikit terbuka. Awalnya ragu, tapi ia juga penasaran sehingga memberanikan diri untuk masuk dan melewati lorong remang yang panjang. Sampai akhirnya ia sampai di ruangan tempat si kembar melakukan eksperimen pada vampir.

Elliot refleks menutup hidup setelah membuka satu-satunya pintu di ujung lorong panjang itu. Suara desisan menyambut dan ketika sadar, berpasang mata merah menyala sedang menatap ke arahnya. Semakin ia masuk, orang-orang yang terikat di ruangan itu semakin gelisah dan berusaha melepaskan diri dengan menampilkan gigi taring yang panjang.

"Vampir?" Bukannya takut, Elliot malah mendekat dan memperhatikan salah satu dari mereka. Dulu, ada pemburu vampir yang mendatangi ayahnya untuk meminta pengobatan, dan orang itu membawa hasil buruannya yang masih hidup, makanya Elliot merasa tidak asing dengan vampir.

Puas mengamati, ia menoleh pada jalan lain di ruangan itu. Perlahan, ia menyusurinya dan berhenti di depan pintu besar yang tergembok. Sayup terdengar suara seseorang dari dalam, membuatnya semakin mendekat untuk memastikan.

"Tolong aku!" ujar suara itu.

"Kau siapa?" tanya Elliot dengan mendekatkan kupingnya pada pintu kayu tebal di depannya.

"Aku ditangkap dan kurung di dalam sini, bisakah kau menolongku?"

"Apakah kau orang jahat?"

"Aku bukan orang jahat. Aku tahu cara berterima kasih dan balas budi jika kau mau membantuku."

Elliot melihat ke sekitar, mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menghancurkan gembok. Ia tersenyum ketika melihat sebuah palu besi dan dengan sedikit kesulitan mengangkatnya karena berat, Elliot memukul gemboknya dengan palu beberapa kali—sekuat tenaga—dan akhirnya terbuka.

Gembok itu jatuh menghantam lantai hingga menimbulkan suara dentuman yang bergema di ruangan itu. Bunyi engsel yang lama tidak dibuka terdengar sangat mengerikan. El mengintip ke dalam ruangan yang gelap. Mata berwarna biru mudanya mencoba membiasakan diri, hingga sepasang mata berwarna merah menyala mengejutkannya.

"Apakah kau yang tadi meminta tolong?"

"Benar. Tolong lepaskan ikatanku!"

Bocah itu masuk dengan perlahan, berharap tidak ada yang akan membuatnya tersandung. Tidak lama, matanya mulai terbiasa dengan kegelapan dan dapat sedikit lebih fokus. Hal pertama yang ia tangkap adalah sosok pria bermata merah dengan rambut panjang dengan tangan terikat rantai sedang terduduk di ujung ruangan.

Dia semakin mendekat hingga dapat melihat jelas pria tersebut. Awan yang semula menutupi bulan di luar sana akhirnya lenyap dan cahaya langsung menyorot masuk melalui satu-satunya saluran udara di ruangan itu. Ada banyak bekas darah di baju sang pria, membuat Elliot bergidik ngeri. "Kau terluka?"

Story of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang