#23

1.7K 242 43
                                    

©ahsahie


Asahi mengerjapkan matanya melihat sekeliling.
Entah pukul berapa sekarang, tapi Asahi dapat melihat lewat balkon Haruto bahwa hari mulai gelap.

"Haru.." lirih Asahi sambil berusaha mendudukan dirinya sendiri, kemudian menoleh ke berbagai arah untuk mencari sang adik.

"Haru.."

Entah bagaimana lirihan Asahi terdengar sebagai sebuah senguk tangis sekarang.

"Haru, hiks.. Haru"

Kenop pintu terbuka dan menampilkan Haruto yang terkejut, kemudian berlari menghampiri Asahi dan menundukan kepalanya mengikuti arah pandang si manis.

"Hei, ada apa? Aku disini"

Asahi menoleh dan langsung menubrukkan tubuhnya pada tubuh Haruto. Kemudian mengusakkan kepalanya, bertujuan untuk membersihkan tetesan air matanya pada kaus tipis Haruto.

Asahi mendongak, "Pukul berapa sekarang?"

"Pukul 7 malam"

Asahi mengernyit, "Benarkah?! Apa aku tidur selama itu?"

Haruto mengangguk pelan sambil mengusap puncak kepala Asahi, "Iya.. aku ingin membangunkanmu namun tak sampai hatiku"

Asahi mengangguk pelan, masih dalam posisi merebahkan kepalanya pada dada bidang milik sang adik, Asahi kemudian menyibak selimutnya sendiri dan naik diatas pangkuan Haruto.

Haruto terkejut bukan main saat secara tiba-tiba, Asahi justru mengalungkan tangannya pada leher Haruto, kemudian menyenderkan kepalanya pada leher itu.

Haruto menggeleng pelan, berusaha mengusir semua kemungkinan buruk di dalam otaknya, "Kau mau makan?" tanya Haruto pelan, dibalas anggukan oleh Asahi.

"Ingin makan apa?" tanya Haruto pada Asahi.

Asahi mendongak kemudian tersenyum, "Makan Haruuu"

Oh ini tidak bisa, Haruto sungguh tak bisa. Apakah tidur Asahi tadi membuat kepribadiannya berubah total?

Asahi mendorong tubuh Haruto agar Haruto tertidur pula, kemudian terduduk di atas pangkuan Haruto yang tengah menatapnya gusar pertanda tak sanggup.

"Ada apa?"

Asahi menggeleng pelan kemudian tersenyum.

Haruto yang melihat senyuman itu ikut tersenyum juga, kemudian berusaha menarik Asahi kesampingnya dan berhasil membalikan tubuh sang kakak.

Haruto mulai mengusap perut Asahi perlahan, "Apa masih sakit?" dijawab gelengan pelan oleh si manis.

"Baiklah" jawab Haruto kemudian mengangkat tangannya dari perut ramping itu, sampai salah satu tangan Asahi mencekal tangan Haruto dan meletakkannya tepat diatas perut itu.

Haruto tentu dibuat semakin terkejut, ia benar-benar tak kuasa menahan nafsunya yang bukan kepalang tertahan sekarang, namun ini merupakan suatu hal yang aneh karena Asahi terus menahan setiap pergerakannya ketika ingin menjauh.

"Asahi, apa yang kau lakukan?"

"Ibu sering mengelus perutku dulu, lakukan lagi" seru Asahi semangat sambil mendudukan dirinya, kemudian membuka satu-persatu kancing piyama tidur yang ia kenakan, membuat Haruto semakin terkejut dengan situasi sekarang.

Haruto buru-buru menahan Asahi dan menggeleng, "Tidak boleh"

Asahi mengernyit bingung, "Apa nya yang tidak boleh? Tadi kau mengelus perutku kok! Aku menyukainya"

Pinocchio | Jaesahi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang