#21

2.3K 278 16
                                    

©ahsahie

Sekelibat pikiran Asahi tentu masih tertuju pada kegiatan panas malam tadi. Satu hal yang memperkeruh suasana adalah saat dimana Asahi pulang di pagi hari tadi, dengan posisi jalan yang cukup aneh, dan Haruto yang terus memperhatikannya.

Haruto enggan berbicara padanya, entahlah, Asahi sedikit takut sekarang. Asahi berusaha mati-matian menghindari tatapan Haruto yang tampak mengintimidasi.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Asahi duduk di tempat tidurnya sambil berdiam diri, memikirkan bagaimana caranya ia bisa kembali berbicara dengan Haruto.

Kedua orang tua mereka akan pulang dalam waktu dekat, sangat tidak mungkin jika Jisoo dan Hanbin melihat Haruto dan Asahi yang tidak berbicara sama sekali.

Asahi akhirnya memberanikan diri turun ke bawah, mendapati Haruto yang rupanya tengah berkutat dengan alat-alat dapur.

"Ruto, apa yang kau lakukan?" tanya Asahi sambil menatap Haruto kebingungan.

Haruto yang menyadari kehadiran Asahi langsung terkejut. Haruto berusaha mengalihkan pandangannya dan menggeleng pelan, "Tidak ada"

"Kau mau memasak?" tanya Asahi lagi pada Haruto, kemudian melangkah mendekati sosok sang adik dan mendapati layar ponselnya yang menyala.

Terpampang jelas resep sup krim disana. Asahi tidak ingin terlalu percaya diri, tapi sup krim adalah salah satu makanan kesukaannya. Bolehkan Asahi berspekulasi bahwa Haruto belajar memasak untuknya?

Atau mungkin tidak.

"Pergilah.." lirih Haruto pelan sambil menjauhi Asahi. Mulai memotong satu persatu sayuran dengan telaten.

Asahi mencebik kesal, "Kau mengusirku?"

"Kau mabuk, lebih baik kau istirahat" jawab Haruto pelan, bahkan hampir tak terdengar.

"Aku tak mabuk!" seru Asahi sambil menggeser pelan tubuh Haruto, mengambil alih wortel yang tengah Haruto potong karena tampak tak beraturan, "Minggir, biar aku saja yang melanjutkan"

Haruto menggeram kesal, "Berhentilah mengacau, pergi dan istirahat saja"

Asahi mengerang kesal, "Argh! Apa yang membuatmu berpikir aku sedang mabuk?"

"Langkahmu tampak gontai"

Asahi menahan tawanya sedikit karena kekhawatiran Haruto yang sungguh tak bertumpu, "Hanya karena itu kau berpikir aku mabuk?"

Haruto menoleh dan memutar matanya malas, kemudian mengangkat tubuh Asahi bridal secara mendadak dan mendudukan Asahi di atas kabinet dapur.

Sungguh, rasanya Asahi ingin berteriak saat itu juga saat kedua tangan Haruto menahan pergerakannya. Jantung Asahi berdegup kencang seolah tak siap dengan apa yang akan dilakukan sang adik selanjutnya.

"Asahi, dengarkan aku. Berhenti mengacaukanku, atau aku yang akan benar-benar akan mengacaukanmu"

Dan detik itu juga, Asahi dapat melihat tatapan Haruto yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

Tatapan ganas yang siap menerkamnya kapan saja.


***


Hari masih pagi tapi Asahi sudah muntah untuk yang kesekian kali.

Entah apa yang membuat Asahi terus memuntahkan isi perutnya, bahkan ia belum sarapan sama sekali. Cairan kental berwarna merah itu terus keluar dari mulut Asahi. Tenggorokannya terasa sakit dan perutnya terasa meliuk.

Pinocchio | Jaesahi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang