#15

2.4K 408 41
                                    

©ahsahie

Asahi terbangun setelah malam yang penuh cerita. Asahi menoleh ke arah kanannya, mendapati Haruto yang sudah terbangun tengah tersenyum kearahnya dan mengusap rambutnya.

"Selamat pagi" sapa Haruto manis, menatapnya dengan lembut dengan kurva yang menghiasi bibirnya.

"Jam berapa sekarang?" tanya Asahi sambil mengedarkan pandangannya berusaha mencari keberadaan jam dinding walau hasilnya nihil.

"Selamat pagi Asahi" sapa Haruto lagi, nadanya meninggi, terdengar kesal karena merasa diabaikan oleh sang kakak.

"Iya selamat pagi Haruto, jam berapa sekarang?"

"Jam 6 pagi, apa tidurmu sudah cukup?"

Asahi menggeleng pelan, sejujurnya ia masih menganggantuk. Asahi menyibak selimut yang ia kenakan lalu turun dari ranjang dan pergi kearah kamar mandi.

Asahi bertekad mati-mati an menghindari adiknya itu, tentu tak melupakan fakta bahwa Asahi yang hampir tertidur, terbangun lagi, karena desahan gila sang adik dan permainan solonya malam tadi, atau lebih tepatnya pagi tadi.

Sungguh, Asahi rasanya mau menangis saja.

"Aku akan kembali kekamar, terimakasih telah menemani ku semalam" ucap Asahi pelan sambil menunduk, kemudian melangkah keluar dari kamar Haruto hendak pergi kekamarnya.

"Kau tak mau bercerita soal semalam?" tanya Haruto penasaran sambil menatap Asahi lekat.

"Apa yang harus kuceritakan?"

"Soal hantu"

"Intinya aku diganggu, oleh 2 makhluk sekaligus. Satunya berwujud, satunya lagi tak berwujud"

Haruto mengernyitkan dahi, "Siapa yang berwujud?"

"Menurutmu siapa?"

"Aku?" tanya Haruto polos sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Kenapa kau sangat bodoh! Bagian mana yang harus kuceritakan? Tentang mendengar desahan gilamu tadi pagi?!" geram Asahi sambil melotot kesal, namun entah mengapa wajah itu tampak menggemaskan dimata Haruto.

Haruto menggaruk tengkuknya yang tak gatal, tentu merasa bersalah karena Haruto tahu Asahi pasti mendengarnya, "Maaf"

Asahi mendorong Haruto menjauh karena merasa langkah kaki adiknya itu kian detik semakin mendekat, "Jangan melampiaskan nafsu gilamu padaku, kuperingatkan saja. Kau kan kaya, sewa perempuan sana! Jangan bertingkah seperti orang kekurangan."

"Tapi bagaimana jika aku tak menginginkan mereka?"

"Lalu siapa yang kau inginkan?"

"Kau" jawab Haruto sambil tersenyum manis pada Asahi, menampilkan sederet giginya yang rapih.

"Berhenti mengucapkan hal gila, kau tahu aku sudah memiliki kekasih dan kita adalah kakak adi—"

"Persetan dengan hubungan kakak adik! Kita bahkan tak sedarah, Asahi!" potong Haruto cepat sambil menahan pergelangan tangan Asahi, walau dibalas dengan sedikit keberontakan karena enggan menerima dekapannya.

"Kau tak ingat ini masih hari pertama kedua orang tua kita menikah? Kau mau mengecewakan ayahmu dan ibuku?"

Haruto mendesah kasar, "Kita bisa melakukannya secara diam di–"

"Kau hanya menginginkan tubuhku! Berhentilah bersikap menyebalkan atau aku akan mengadu pada ibu"

"Aku menyukaimu Asahi, sungguh. Kau membuatku tak bisa tidur karena memikirkan betapa gilanya eksistensi dirimu dihidupku. Kau tahu, jika malam itu kau tak menyemangatiku saat aku diputuskan Junkyu, mungkin saat ini ayahku sudah sendirian tanpa aku. Aku nyaris bunuh diri asal kau tahu. Kau tahu betapa berharganya Junkyu dimataku saat itu." ungkap Haruto panjang lebar sambil menarik Asahi kedalam pelukannya, sudah terlalu lama laki-laki ini menyimpan rasa tertahannya pada Asahi, ia ingin mengungkap segalanya karena ia ingin Asahi tahu.

Pinocchio | Jaesahi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang