bab 8.3 (sholat)

4.6K 589 25
                                    

Karena kita Sampai di sini sudah jam 17:20 sore.

kita pun langsung istirahat dan membersihkan diri.

Di sini kamar ada dua.

Gua sekamar sama Ari.

Pak Gito sama keponakan nya Iksal.

Selesai membersihkan badan dan sholat magrib, Gua duduk di sofa panjang sama iksal dan pak Gito.

Sedangkan Ari lagi gantian mandi di lantai 2.

Pak Gito lagi cerita masa muda nya dia.

Ternyata dulu pak Gito pacarnya banyak.

Katanya. isteri nya pak Gito yang sekarang ini saja masih cemburuan kalo pak Gito dekat sama cewek lain.

"Berati istri pak Gito cinta banget itu sama bapak." celetuk gua.

"Ha ha . . . Bisa saja kamu."

"Saya tuh ya dulu, sama istri saya kalo mau ketemuan harus janjian dulu 2 hari sebelum nya." kata pak Gito.

"Iya kah pak." tanya gua.

"Iyaa. Soal nya dulu kan tidak ada hp. jadi saya harus kirim surat ke dia. Nanti dia balas, Habis itu kita ketemuan. Ga kaya sekarang. sudah ada hp, Jadi kalo mau ketemuan tinggal telpon saja"

"Ha. . . Iya ya pak."

"Pernah ya. Waktu itu Saya kirim surat. Nah nama istri saya (Waktu muda) ini sama kaya nama istrinya pak kepala desa. Itu tukang antar surat salah kasih. Malah dia kasih ke istri nya pak kepala desa. Ya jadi nya saya langsung di cariin sama itu pak kepala desa. Di sangkain mau ngerayu isterinya"

Gua sama iksal pun ketawa ngakak.

Ari turun sambil bawa handuk.

Rambutnya pun masih basah.

Ari ngelempar handuk ke paha gua.

Terus dia duduk di bawah depan gua.

Dia minta gua buat keringin rambut nya pakai handuk.

"Iksal . . . Kau ambil daging yang ada di kulkas lalu hangatin. Pak nik (sebutan om, dalam bahasa Bali) mau mandi dulu" kata pak Gito.

"Iya pak nik."

Iksal pun pergi ke dapur dan pak Gito naik ke atas buat gantian mandi.

Gua menggosok-gosokan rambut nya Ari pake handuk.

Ari menyenderkan punggungnya ke tubuh gua.

"Udah Sholat magrib." tanya gua ke Ari.

"belum." Ari menggelengkan kepalanya.

"Sholat dulu tar kebur Isa."

"Hmm."

"Ih . . . Ko emm. Ayo bangun."

"Entar aja di jamak sama sholat isa."

Gua pun menjitak kepala nya Ari.

"Bangun ga."

"Temenin."

"Iya . . . ayo bangun."

Ari pun mengambil hudu di keran luar.

Soal nya di kamar mandi lagi ada pak Gito.

Setelah itu kita naik ke atas lantai dua.

Ari menggelar sajadahnya di samping tempat tidur.

Dan gua nungguin dia sholat sambil mainan hp di atas kasur.

Pas gua melihat Ari yang sedang melakukan tahyat akhir.

Gua pun berfikir.

'Beruntung banget istri yang akan mendapatkan imam seperti Ari'

Tiba-tiba ada perasaan ga rela di dalam hati Gua.

Tapi ga mungkin juga toh. Ari menjadi imam buat Gua.

Setelah sholat Ari pun berdoa.

Suaranya dia kencang-in.

"Ya Allah . . . ijinkan hamba malam ini untuk berbuat dosa Dangan hamba mu yang satu ini. AMIN"

"_"

Ari menengok ke arah gua dan ngomong.

"Bilang 'Amin' . puji."

"_"

AH. . . Ga tau lagi lah gua sama bos yang satu ini.

Gua pun melempar bantal ke arah nya Ari.

* * * * * *

Des 21, 2021 (Jakarta)

Nikah Sama Gua (Gay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang