bab 8.8 (Ari)

4.7K 581 1
                                    

Gua pun turun ke bawah.

gua lihat Ari lagi buka baju nya dia terus membuka pintu teras belakang.

Ya Tuhan bentuk tubuh nya Ari kenapa bisa terliha sesempurna itu.

dari belakang aja udah terlihat bentuk ukiran ukiran indah yang terbentuk dari otot otot badan nya.

"Ari, lu Mau kemana." tanya gua.

"Mau berenang ke laut." Jawab nya.

"Udah malam tar lu sakit. Ari"

"Apa peduli lu, lu aja nyuruh gua tidur di luar."jawab nya.

"_"

"Iya . . . maap."

Tapi Ari ga peduli dia tetap jalan ke luar teras belakang.

"Arii . . ." panggil gua ke dia dengan nada aga bersalah.

"Arii Maaap . . . "

Ari ga peduli dia malah jalan ke bibir pantai.

Gua pun mengikuti dia dan gua tarik tangannya dia.

"Ari, Okay. Lu boleh tidur di kamar." kata gua.

"Terus lu !!. tidur di luar." Kata Ari.

Ari minta gua tidur di luar, ya dah gua lakuin.

secara kan dia bos gua.

lagian pula dia mana pernah tidur di luar dari kecil.

"Iyaa . . . gua yang tidur di luar. lu tidur di kamar."

Ari malah menghempas kan tangannya sehingga terlepas dari tangan gua.

"BEGO" kata Ari. Sambil menyundul kepala gua pake jari telunjuk nya dia

Ari pun jalan lagi menuju laut.

Gua pun mengejarnya dan menarik tangan nya lagi.

"Iya gua bego, tolol, bodoh, . . . apa pun terserah lah." kata gua sambil masang muka sedih.

Ari cuman diam lihat ke arah gua.

Tiba tiba dia ngasih pertanyaan ke gua.

"Lu ngejar gua, gara-gara gua mau pecat Fino, Ajeng, pak Gito. atau lu ngejar gua gara-gara khawatir sama gua."

"Ya karena lu mau pecat mereka lah" jawab gua sempontan

Aahhh . . . Puji dudul. Gua pun memarahi otak gua sendiri.

Ari melepaskan tangan gua lagi dan dia berjalan masuk ke dalam air laut.

Gua pun mengejar nya.

Ombak laut pun menyiram telapak kaki gua.

Rasa nya sangat dingin seperti air es.

"Ariii. . . " panggil gua lagi.

Tapi Ari ga peduli dia terus jalan.

emburan ombak pun menghempas kedua kaki gua Dangan air nya yang dingin secara beriringan.

hembusan angin malam membuat tubuh gua menggigil seketika.

"Haciimm . . . Haciimm . . . hacciim"

Hidung gua udah mulai gatal.

Gua melihat Ari menengok ke arah gua.

"Ini kesempatan gua buat ngomong." Batin gua

"Ari . . . gua minta maap. gua juga khawatir sama lu. Ari" kata gua ke ari.

Dan itu berhasil.

Ari berjalan ke arah gua dan dia langsung mengangkat badan gua.

Gua udah kaya anak kecil yang lagi di gendong Sama dia.

Nikah Sama Gua (Gay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang