bab 7.3 (di pesawat)

4.3K 570 8
                                    

__ selagi Kita menunggu waktu boarding tiket. gua duduk di sebelahnya Ajeng sama Anna.

Gua sempet ngobrol sama Ajeng. suaminya Ajeng ga ikut soal nya dia lagi ada pekerjaan di luar kota juga.

Di sini banyak karyawan lain yang pada bawa istri/suami dan anak-anak mereka untuk ikut liburan.

Ini lah salah satu yang mereka sukai bekerja di perusahaannya ari.

Jadi kalo ada acara jalan-jalan dari perusahaan.

Mereka boleh membawa keluarga mereka untuk ikut juga dan semua nya di biayain sama perusahaan.

membawa keluarga ya . . . bukan pacar.

Ari tidak bakal acc kalo ada dari mereka yang mengajak pacar nya. tapi kalo ada karyawan yang mau mengajak ibu, bapak, kaka atau Ade nya boleh.

Tau gitu gua ajak ba Maya, Rani, sama indah juga.

Eh . . . tapi kan pergi nya sama ari.

Yang ada bukan jalan-jalan happy, malah jadi jalan-jalan horror.

Waktu boarding Tike pun tiba.

Di dalam pesawat Gua tukeran tempat duduk biar bisa duduk di samping Ajeng sama Anna.

Tapi si Ari malah mengusir Ajeng dan dia duduk di sini sama kita.

Anna yang ngelihat uminya di usir dan yang duduk di samping dia malah Ari pun nangis kejer.

"Elu si Ari . . . sana duduk di bangku lu sendiri Napa." kata gua ngusir Ari.

"Awas lu ya bocah." kata Ari. sambil tangannya menunjuk ke arah nya Anna dan Anna pun makin keras nangis nya.

Nih ya, gua rasa seluruh anak kecil di dunia ini. ga ada yang ga nangis, kalo lihat mukanya si ari.

Ari ganteng si, tapi engga di mata anak-anak bocil.

Mungkin anak-anak bocil ini bisa melihat wajah Ari itu kaya iblis.

Secarakan anak kecil itu masih pada suci-suci.

Jadi mereka bisa bedain mana orang baik dan mana yang iblis.

Ari pun pindah duduk di bangku nya dia dan Ajeng balik lagi duduk sama kita.

Selama perjalanan di pesawat gua cuma melihat ke arah luar jendela. soal nya Anna pas di gendong Ajeng dia langsung tertidur.

Pada saat gua melihat luasnya hamparan langit dari balik kaca pesawat.

tiba-tiba gua merasa kangen sama kedua orang tua gua.

apakah di surga sana mereka bisa melihat gua sekarang ini ??.

Sedangkan gua yang di dalam pesawat aja melihat dunia yang berada di bawah gua ini terasa sangat kecil.

Tuhan . . . Seandainya Awan-awan yang berada di dekat gua ini bisa membawa kan pesan ke langit atas sana.

ingin rasanya gua titipkan rasa kangen gua ini ke pada mereka berdua.

Rasa kangen yang selalu gua rasakan selama bertahun-tahun.

Ingin sekali rasanya gua bertemu dengan mereka lagi.

Peluk hangat dari seorang ibu.

Usapan lembut di kepala dari seorang ayah.

Tanpa sadar Air mata gua pun menetes jatuh ke pipi.

"Kamu tidak papa puji." tanya Ajeng.

"Ga apa." Jawab gua sambil ngelap air mata gua

"Kalo kamu ada masalah bilang sama saya, siapa tahu saya bisa bantu." kata Ajeng.

"Iya . . . makasih."

Mata gua tiba-tiba melihat Fino yang duduk di bangku samping kita.

Fino melihat ke arah gua. Dan memberikan isyarat. Bahasa tangan.

(Lu-ga-sen-di-ri-an)

Dan gua pun tersenyum. Setelah membaca isyarat dari Fino.

Ya . . . gua ga sendirian. Sekarang sudah bertambah Ari dan Ajeng yg jadi teman gua.

Gua pun memberikan isyarat balik ke Fino.

(Lo-ve-you.)

Tapi Fino malah menggerakkan tangan nya ke arah lehernya dia seperti lagi memotong leher nya. Dan menunjuk ke arah depan, ke arah bangku nya Ari.

(Lu-pingin-gua-mati/di bunuh- sama- bos/ari.)

isyarat dari Fino.

Gua pun mengacungkan jempol gua ke arah nya Fino.

(Good/bagu/Okay)

Dan Fino mengacungkan jari tengah nya dia.

(F***k)

* * * * * *

Des 19. 2022 (Jakarta)

Nikah Sama Gua (Gay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang