SEIGEN : AWAL

261 35 6
                                    

Malam itu Naomi, Ze, dan Netta berjalan dengan santai untuk kembali ke asrama setelah seharian mempekerjakan otak mereka dikelas. Pukul 19.47 ketiganya berjalan dengan santai sambil bersenda gurau.

Sesaat sebelum tiba di kamar asrama, ketiganya tidak sengaja melewati ruangan seorang guru muda. Pintunya terbuka, menampilkan sosok wanita dengan telepon digenggamnya.

Memilih acuh, mereka hendak melangkah kembali, tetapi perkataan guru tersebut membuat ketiganya berhenti ditempat.

“Saya nggak mau tau, pokoknya, besok laporan tentang model itu sudah harus beres, saya nggak mau, kalau sampai nanti kepala sekolah tau saya belum bereskan masalah ini, beliau bisa marah besar.” Guru muda itu kelihatan sedikit berkeringat. Walau minim penerangan, mereka masih bisa melihat apa yang guru itu lakukan.

Tidak lama, ia membuka berkas yang ada di map biru. Menyebutkan nama seseorang yang tidak asing ditelinga ketiganya. “Untuk masalah Naraisa Andilaga, besok harus selesai. Jangan sampai ada yang tau kalau data-data yang kita berikan kepada pihak polisi tempo hari adalah data palsu.” tuturnya, lalu menutup sambungan telepon tersebut.

Guru itu menyimpan berkas tadi, lalu melirik ke arah pintu ruangannya yang terbuka. Melihat situasi mereka seakan terancam, sontak cewek dengan rambut sebahu itu menarik temannya menjauh dari sana.

Mengatur napas setelah tiba di kamar asrama. Ia mengunci pintu. Mendekati kursi belajar yang ada di sudut ruangan, lalu menyenderkan badannya.

“Lo denger 'kan Bu Nira bilang apa tadi. Ada yang nggak beres sama sekolah ini.” ujar cewek tadi.

“Ya tapi apa? Kita aja nggak tau, nggak ada bukti yang menyorot kalau sekolah ini menyimpan sebuah rahasia besar.” ucap salah satu dari mereka.

“Dari awal gue udah curiga. Tapi, kalian nggak ada yang mau denger.”

Ketiganya kembali terdiam. Memikirkan tentang perkataan guru mereka. Helaan napas terdengar halus di telinga perempuan dengan nama Naomi itu.

“Emang ada salah satu bukti yang kuat buat bisa bikin argumen kayak gitu?”

“Ada,” Netta berjalan menuju jendela kamar mereka yang ada disebelah Barat sekolah. “Lo nggak aneh? Dimana-mana ya, peraturan sekolah yang paling pertama itu pasti tentang kedisiplinan atau nggak tentang absensi, tapi ini, dilarang buka gedung tua dengan gembok besi di bagian Barat sekolah.”

TBC

Hello, selamat datang di cerita 'SEIGEN' semoga kalian suka sama bagian awalnya ya. Aturan baca cerita ini gampang kok, jangan loncat-loncat part, karena nanti nggak nyambung sama part lain, okay?

Sampai jumpa di part selanjutnya,
Rabu, 22 Desember, 2021🪄

SEIGENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang