halo, selamat datang di cerita ini, semoga kamu suka sama bagian ini ya!>
happy reading all🤍🤍🤍
—oOo—
Jika sudah petang, Farrel biasanya akan mengerjakan seluruh tugas sekolahnya di hari-hari biasa, atau tidak ia akan berlatih basket dengan anak-anak lainnya. Tetapi, semua itu tidak dapat terealisasikan hari ini di karenakan satu hal, bolpoin yang biasa ia gunakan tertinggal di kelas XII MIPA 5 yang sialnya sekali adalah kelas yang berada di lantai atas.
Sebenarnya lagi, bisa saja ia meminjam pulpen Arya, Steve, atau Hann, tetapi entah kemana ketiga temannya itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya di kamar asrama. Jadi, dengan inisiatif dari dalam dirinya Farrel saat ini menapaki kedua tungkainya di lantai atas guna mengambil benda tersebut.
Terlalu fokus membalas pesan yang di kirim Haris, Farrel tidak melihat jika ada seorang perempuan yang berjalan dengan penuh kardus-kardus di kedua tangannya hingga menutup wajahnya, yang alhasil menabrak badan remaja lelaki itu. Nafas Farrel terasa berhenti saat ia rasa tangannya tidak kuat menahan berat badan gadis tadi. Dengan cepat ia menariknya karena hampir terjatuh ke bawah.
“Sorry, gue nggak sengaja.” Cowok itu mengulurkan tangannya saat cewek yang tadi ia tolong terjatuh.
“Iya nggak apa-apa, tadi gue juga yang gak liat jalan makanya nabrak orang.” katanya, ia berusaha berdiri, namun tidak bisa, kakinya seperti sulit di gerakkan.
“Lo kenapa, baik-baik aja 'kan?” tanya Farrel saat menangkap gelagat aneh dari murid perempuan di depannya.
“Gak kok, gue nggak apa-apa, ini kayak cuma memar aja.”
“Kaki lo keseleo kayaknya,” ujar Farrel. Mata tajamnya bergerak mencari bantuan. “RAYYA!”
Seorang siswi dengan baju berwarna biru dengan tulisan MIPA di sisi kanannya itu berjalan mendekati Farrel. “Kenapa?”
“Lo anak LAB 'kan?” tanya Farrel membuat Rayya mengangguk.
“Mintol, bawa kardus-kardus ini, lo aja yang data terus yang angkat suruh anak basket di lapangan indoor, bilang kalau gue yang nyuruh.” katanya.
“Auva-”
“Kakinya keseleo, perlu di kasih obat dulu.”
Rayya mengangguk singkat, kemudian berjalan memanggil satu cowok di lapangan indoor sekolah. Sementara Farrel meminggirkan kardus-kardus tadi. Setelah selesai laki-laki itu menatap Auva yang saat ini hanya diam saja sambil menatap lantai. “Betah liat lantainya?” tanya Farrel.
Wajah cewek itu seketika terangkat saat mendengar suara Farrel. “Nggak, gue cuma gak tau aja mau liat apa, jadi liat lantai aja.” jawabnya polos.
“Terlalu jujur jadi cewek.” Auva menggigit ujung bibirnya. Kenapa dirinya tiba-tiba tidak bisa berkata apa-apa, padahal yang saat ini di hadapannya adalah Farrel Abinaya, sosok yang sudah ia kagumi selama 2 tahun lamanya.
“Naik.” lagi dan lagi gadis dengan rambut di cepol satu itu terkejut dengan aksi pria tampan di depannya ini. Bagaimana tidak kaget, Farrel saat ini berjongkok di hadapannya, membuat Auva tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEIGEN
Teen Fiction"Lo gak aneh? Dimana-mana ya, peraturan sekolah yang paling pertama itu pasti tentang kedisiplinan atau nggak tentang absensi, tapi ini, dilarang buka gedung tua dengan gembok besi di bagian Barat sekolah." °°° Berawal dari ketidaksengajaan mendenga...