SEIGEN : BAGIAN 30

26 6 0
                                    

halo, selamat datang di cerita ini, semoga kamu suka sama bagian ini ya!>

happy reading all🤍🤍🤍

—oOo—

Langkah cepat laki-laki itu membuat semua pasang mata yang kini sedang berada didalam sebuah ruangan menjadi kaget sekaligus takut, bagaimana tidak raut wajah orang itu sangat datar, seakan-akan ingin memakan siapapun yang menghalangi jalannya saat ini.

Ia berhenti saat melihat laki-laki yang seumuran dengan dirinya, berjaket yang sama keduanya seperti sudah kenal sangat lama sekali, dan memang hal itu adalah sebuah kebenaran.

“Dimana?” tanya pria itu dengan penuh intimidasi.

“Ada didalam, lo kalau mau masuk dia udah aman didalam sana.”

Dengan cepat ia membuka pintu besar yang berada didepannya saat tangan kanannya mengatakan semuanya sudah aman terkendali. Berjalan mendekati seseorang yang sudah diikat disebuah kursi, lelaki itu menghembuskan napasnya kuat-kuat saat mengingat fakta yang ada bahwa orang didepannya ini adalah orang sama yang sudah melakukan teror kepada kedua temannya, Steve dan Netta.

Farrel—cowok dengan jaket hitam itu menarik kerah baju sosok laki-laki yang kini tengah menatapnya dengan tatapan sayup, sepertinya tadi Haris melakukan sesuatu pada pria itu.

Haris yang seolah paham dengan air muka ketuanya itu berdecak, “Gue cuma main-main sebentar tadi, santai kali itu muka.”

Farrel melotot tajam, Haris itu selalu biasa saja jika berbicara dengan dirinya di saat yang lain ketar-ketir jika ingin berbicara dengan raja balapan liar tersebut. Beralih kembali pada sosok pria yang kini sudah sadar, Farrel mendatarkan raut wajahnya.

To the point, siapa yang nyuruh lo buat kirim teror ke Steve?” tanya Farrel dengan penuh intimidasi. Ia tidak akan membiarkan orang ini pergi sebelum mengatakan semua hal yang ia tahu tentang dalang utama peneror sahabatnya.

“Gu-gue ngg-gak tau,”

“BOHONG!”

“Be-beneran,”

Farrel mencekik leher pria itu, ia bukanlah orang bodoh yang dengan mudah percaya begitu saja pada perkataan orang dihadapannya ini.

“Bilang jujur aja, atau keluarga lo-”

“Oke-oke,”

Dengan pasokan oksigen yang sedikit pria itu mencoba untuk mengatakan segala sesuatu yang ia ketahui tentang orang yang menyuruhnya tempo hari agar mengirimkan teror pada anak muda yang tadi dikatakan oleh sosok lelaki didepannya ini.

“Saya nggak tau siapa orang itu, dia cuma minta buat ngirim teror ke temen kamu, saya udah lakuin perintah dia dua kali.” jelas orang itu.

Farrel semakin mengeratkan kepalan tangannya. “Pernah bertemu dengan orang itu secara langsung?” pria tadi menggeleng, memang ia tidak pernah bertemu secara langsung dengan orang yang menyuruhnya untuk melakukan teror tersebut, ia hanya pernah berbicara melalui telepon seluler, itupun hanya sekali.

“Ada yang lain lagi?” desak Farrel, ia masih ragu dengan penjelasan tersebut. Sangat aneh jika mendengar penuturan dari orang tersebut, karena setahunya Steve tidak pernah bermasalah dengan siapapun apalagi Netta yang setiap hari kerjanya hanya mengekori Hann kemanapun lelaki itu pergi.

SEIGENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang