“Ajarkan aku, cara tuk melupakanmu, bila membencimu tak pernah cukup-”
“Tuk hilangkan kamu.”
Netta memutar kepalanya saat mendengar seseorang menyambung lagu yang baru saja ia nyanyikan. Ia menggeleng saat melihat sosok Arya yang tengah berdiri disebelahnya sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.
Gadis itu tengah menatap bintang dari luar pekarangan asrama, bersama Naomi juga Hazela, tetapi keduanya malah asik meneropong bintang-bintang yang bertebaran di atas sana sejak tadi.
“Kenapa sendiri?” tanya Arya.
“Gak sendiri, itu ada Naomi sama Ze,”
Arya melihat kedua perempuan itu yang sangat asik dan juga senang saat memperhatikan benda langit tersebut. “Gue kira sendiri,”
“Lo ngapain disini? Gak kumpul sama yang lain, tumben.”
Arya mengedikkan bahunya. “Lagi malas aja, biasa, mau nyari angin siapa tau ketemu cewek cakep,” Katanya.
Netta menendang kaki laki-laki itu, bisa-bisanya dia berkata demikian. Memang ya, Arya itu tidak akan bisa berubah. “Terlalu banyak cewek gak baik, Ar. Pusing nanti, gue aja yang cuma satu masih pusing tujuh keliling, apalagi lo yang pasti ribuan,” ucap Netta.
“No, justru itu baik buat gue, kemanapun gue pergi, pasti ada aja yang traktir, jadinya 'kan enak bestie.”
Lagi-lagi Netta dibuat terperangah oleh kata-kata cowok itu. Ada ya pemikiran seperti itu?
Tidak lama, Hazela dan Naomi bergabung dengan mereka.
“Lo ngapain disini?” tanya Hazela jutek, jujur saja ia paling anti dengan geng-geng Hann semenjak kejadian cowok itu membuang makanan yang di buatkan oleh Netta waktu itu.
“Buju buset, biasa aja kali nada bicaranya Bu, kayak gue bener-bener banyak dosa sama lo, bicaranya jutek buanget,” Arya mengelus dadanya, jika di perhatikan, Hazela itu adalah Farrel kedua. Sama-sama galak, terlebih kalau bicara selalu jutek.
“Suka-suka gue dong, masalah emangnya buat lo?!”
“Ya-”
“Udah ah, gue mau ke kamar dulu ambil minuman panas, ayok Ze, lo tunggu disini aja Ta,” Naomi segera menarik Hazela menjauh dari sana. Bisa-bisa jika Arya masih berada di dalam radar jangkauan Hazela, mungkin saja cowok itu sudah lelah mengelus dadanya.
Hazela jika berbicara dengan orang yang tidak ia sukai, maka pastikan semua kata-kata tajam juga pedas akan keluar dari mulut gadis itu.
Sepeninggal kedua temannya, Netta kembali menatap bintang diatas sana, ingatannya berputar beberapa hari yang lalu saat ia mendapatkan telepon dari Bundanya. “Buaya, menurut lo, gue bisa jadi salah satu di antara bintang-bintang cantik itu, gak?” tanya Netta pelan, matanya masih menatap lekat benda terang itu.
Arya melihat Netta dari samping, jujur saja, jika cewek disebelahnya ini berbicara demikian, seperti sesuatu menghantam kepala Arya yang membuatnya tidak suka jika Netta bertanya seperti itu.
“Bisa, kenapa emang gak bisa? Lo udah jadi bintang yang paling terang, bahkan berhasil menyinari satu kehidupan yang suram.” jelasnya.
“Menyinari satu kehidupan yang suram? Apa?”
“Hann,”
Sedetik kemudian tawa cewek itu menggelegar, entah apa yang lucu dari perkataan Arya tadi.
“Ada yang lucu?” kerutan di dahi Arya nampak saat lelaki itu bertanya.
“Nggak ada, cuma lo kayaknya ngarang ya, mana ada gue nyinarin kehidupan Han, yang ada gue yang makin bikin suram hidupnya, Ar.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SEIGEN
Teen Fiction"Lo gak aneh? Dimana-mana ya, peraturan sekolah yang paling pertama itu pasti tentang kedisiplinan atau nggak tentang absensi, tapi ini, dilarang buka gedung tua dengan gembok besi di bagian Barat sekolah." °°° Berawal dari ketidaksengajaan mendenga...