“AWASS!!!!”
Pekikan itu nyata terdengar di telinga cewek dengan bandana hitam yang sedang berdiri ditepi lapangan. Ia menoleh, tepat saat kedua netra-nya menangkap bola yang hendak menerjang wajahnya, refleks ia menutup matanya rapat-rapat. Suara benda menubruk sesuatu terdengar jelas.
Dengan ragu-ragu ia membuka mata, melihat cowok dengan jersey hitam berada didepannya. Seperti sedang memeluk dirinya. Tetapi, hanya menghalangi bola tadi.
Buru-buru ia mendorong laki-laki itu, dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
“Lo nggak papa, Yo?” tanya salah satu rekannya.
Cowok itu hanya menggeleng pelan, lalu tersenyum singkat. “Santai, udah biasa.” ia kembali melirik cewek didepannya. “Lo nggak papa? Ada yang luka?” tanyanya seperti sedang khawatir.
Gadis itu menggeleng. “Nggak ada yang lecet, thanks udah nolongin gue,”
Tidak ingin berlama-lama, cewek itu segera menjauh dari sana. Malas berurusan dengan cowok-cowok seperti mereka. Tujuan dirinya datang ke sini bukan untuk mencari cinta para buaya-buaya darat itu.
“Kenapa lo?”
Cowok tadi langsung tersadar setelah temannya memukul bahunya. “Dia anak baru, ya?”
“Kayaknya, baru gue liat juga,” jawabnya. “Kenapa, emang?”
“Dia cantik, nggak, cantik banget malahan.”
“Fuck boy!” laki-laki itu mengarahkan jari tengahnya, membuat cowok tadi terkekeh pelan.
***
“Eh, lo udah denger kalau ada cewek baru yang ditolong sama Gio tadi pagi? Katanya cantik, tapi gue belum-”
“Siapa yang lo bilang cantik selain gue, hah?!” Aura marah terlihat jelas di wajah cewek dengan papan nama 'Lisora Tiava' itu. Berdecak pelan, lalu menyimpan kembali semua alat-alat riasnya, ia melirik tajam pada sosok sahabatnya itu. “Siapa yang berani deketin Gio gue?!”
Buru-buru semua murid menutup telinganya, terutama dua cewek yang duduk di bangku paling depan pojok kanan. “Mulai lagi dramanya nenek lampir,” ujarnya.
Lisora berjalan dengan wajah angkuhnya, menuju meja guru. Ia memukul pelan kayu tersebut.
“Inget ya, Gio itu cuma milik Lisora Tiava. Jadi, jangan ada yang macam-macam atau berani deketin Gio, know?”
“Biasa aja kali mbak, kayak Gio-nya mau aja sama lo.” tukas gadis berambut sebahu itu.
“Ya mau lah, siapa sih yang mau nolak pesona Lisora Tiava di negeri ini?”
“Ada tuh, buktinya lo udah kejer Gio dari jaman masih SMP, lo belum di notice juga sama dia.” Lisora berdecak pelan.
“Belum waktunya Gio suka sama-” ucapan Lisora terhenti setelah Ibu Icha memasuki ruangan kelas mereka.
“Anak-anak duduk dulu, Ibu minta waktunya sebentar, ya.” Guru itu berjalan menuju mejanya. Memberikan arahan untuk diam kepada anak walinya.
“Ibu minta perhatiannya sebentar bisa?”
“Bisa, Bu,”
“Ini perkenalkan, kalian punya temen baru, dia baru pindah hari ini, jadi Ibu harap kalian bisa menerima dia dengan baik, dan memperlakukan dengan semestinya, oke!” Bu Icha menatap cewek itu. “Silahkan Hazela, perkenalkan nama lengkap kamu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SEIGEN
Ficção Adolescente"Lo gak aneh? Dimana-mana ya, peraturan sekolah yang paling pertama itu pasti tentang kedisiplinan atau nggak tentang absensi, tapi ini, dilarang buka gedung tua dengan gembok besi di bagian Barat sekolah." °°° Berawal dari ketidaksengajaan mendenga...