SEIGEN : BAGIAN 06

46 10 0
                                    

Naomi dan Hazela berjalan memasuki kelas, kantung mata Hazela nampak menghitam akibat mereka begadang untuk menyelesaikan satu film hingga pukul 04.00 pagi, dan bangun jam 05.00 untuk bersiap-siap ke kelas.

Netta tidak ikut bersama keduanya karena gadis itu terlambat bangun, alhasil dirinya masih berbenah di asrama.

Guru yang mengajar sudah masuk ke kelas membuat Naomi melirik pada pintu, belum ada tanda-tanda Netta akan tiba.

“Naomi,” gadis itu menolehkan kepalanya setelah namanya di panggil.

“Iya, kenapa Bu?”

“Kamu bisa ke perpustakaan untuk ambil buku yang di rak paling ujung gak? Ibu lupa buat bawa buku latihan soal kalian.” Bu Lulu menatap Naomi.

“Bisa kok Bu,”

Selang beberapa menit, gadis itu kembali membawa buku.

Ia melihat tempat duduk disebelahnya masih kosong.

“Netta belum datang?”

Hazela berbisik pelan. “Udah, tapi katanya lagi di kasi hukuman yang estetik sama Pak Johny,”

***

Netta menutup pintu asrama. Shit! Dia sudah terlambat sekali, melihat jam tangan berwarna emas di pergelangan tangan kirinya, ia berlari menuju lorong kelasnya.

Nafasnya sudah tidak beraturan, cewek itu melihat kelas-kelas yang ia lewati sudah belajar. Mungkin dia sudah terlambat sekali.

Tetapi, Netta tidak peduli, cewek itu tetap berlari menuju kelasnya yang bisa dikatakan sangat jauh dari asramanya. Baru kali ini Netta merutuki letak kamarnya yang sangat jauh dari kelas.

Cewek dengan dasi ditangan itu terkejut melihat Pak Johny yang tengah berjalan dari arah depannya. Sial sekali dirinya hari ini, sudah terlambat bangun, ketemu Pak Johny lagi, bisa dipastikan ia akan mendapatkan sarapan pagi.

Dengan tergesa-gesa Netta berjalan, seolah-olah tidak melihat Pak Johny yang tengah menunggunya di ujung belokan kelas IPA.

“Ekhem,”

Netta meringis mendengar deheman guru itu. Ia menoleh. “Eh, Bapak, ngapain Pak di sini, emang Bapak nggak ngajar?”

Dan, sok basa-basi adalah jalan ninja Netta untuk kabur dari hukuman. Tapi kali ini sepertinya jurusnya itu tidak berlaku, melihat wajah Pak Johny yang seperti tidak bersahabat sekaleh.

“Kamu ini, udah dasi di tangan, lari kayak di kejar setan, lambat banget lagi.” Pak Johny menatap penampilan gadis itu dari bawah.

“Duh Pak, saya 'kan tiap hari begini, masa Bapak baru tau sih?”

“Saya tau kamu selalu kayak gini, tapi saya pikir kamu bisa berubah, seenggaknya dasi kamu itu di leher, bukan di tangan kayak gitu.” Bukannya takut, cewek itu malah menyengir pada Pak Johny.

Guru laki-laki itu menghela napas, Netta bukanlah tipe murid yang nakal sekali. Cewek itu hanya bandel dalam hal memakai dasi saja.

“Ikut saya,” Netta mengerutkan dahinya.

“Gak bisa Pak, saya harus masuk kelas, Bu Lulu udah nungguin nih, Pak,” katanya sambil melihat jam.

“Kamu di kasih hukuman dulu, baru boleh masuk kedalam kelas.”

Kedua mata Netta melotot. Di hukum?! Tidak! Netta tidak mau, pasti hukumannya yang aneh-aneh ini.

SEIGENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang