Setelah kejadian di kamar asrama malam itu, baik Farrel maupun Hann tidak melihat Netta sama sekali. Bahkan jika biasanya cewek itu bersama dengan Naomi ataupun Hazela, kini kedua gadis itu tidak bersama dengan Netta.
“Lo terlalu keterlaluan sama dia Han.” kata Farrel tiba-tiba saat keduanya berada di kantin sedang menikmati makan siang.
“Apanya?”
“Soal Netta,”
Mendengar nama Netta, nafsu makan Hann tiba-tiba saja hilang. Ia meletakkan sendoknya di piring, tidak lagi ingin makan.
“Bodo,”
“Gue cuma nggak mau semuanya berbalik ke lo, pikir, dia cewek, lo mau kejadian-”
“Bacot!”
Hann berdiri untuk mengambil minuman yang ada di meja sebelah kanan. Jujur saja, jika Farrel membahas tentang Netta entah kenapa dirinya menjadi malas. Mendengar nama perempuan itu sudah membuatnya muak, apalagi jika harus bertemu seperti malam itu.
Lagi, ia tidak terlalu mabuk saat mengatakan bahwa ia membenci gadis itu saat di kamar asrama tempo hari.
“Udah gue bayar, gue ke kelas duluan.” cowok itu benar-benar meninggalkan Farrel yang masih makan.
Menatap punggung sahabatnya dari jauh, Farrel hanya bisa menghela napas. Tidak semudah itu untuk membuat Hann peka terhadap kehadiran Netta disisinya. Karena ingatan Hann akan berputar pada satu kejadian jika cowok itu menyadari sosok Netta yang selalu ada untuknya.
Hann berjalan tanpa arah, saat ini kelasnya pasti sangat rusuh karena sekarang jam kosong, Bu Icha sedang tidak enak badan, alhasil mereka tidak belajar.
Pandangan mata Hann tiba-tiba menangkap sosok yang tidak asing bagi dirinya. Ia menampakkan wajah datar saat melihat keduanya tengah bercanda dan gadis itu tertawa lepas.
Tidak peduli dengan semuanya, Hann seakan tidak melihat hal itu, ia kembali berjalan dengan wajah serius tanpa mau melirik pada gadis itu. Saat hendak melewatinya, suara cewek tadi membuatnya berhenti.
“Han,” panggilnya. Tidak membalas, Hann hanya mengangkat sebelah alisnya.
“Kamu udah makan? Tadi aku ke kelas kamu tapi-”
“Udah.”
“Aku kira kamu belum makan siang, makanya tadi makanannya aku titip di Arya.”
Hann tidak membalas lagi, pandangannya jatuh pada sosok yang ada disebelah Netta yang terus menatapnya. Alih-alih menyapa, cowok jakun itu menatap Netta dengan ekspresi datar lagi.
“Munafik,” Hann tidak lagi melihat bagaimana reaksi Netta setelah ia melontarkan kata-kata itu padanya.
***
Seperti biasa, Naomi akan pulang kerumahnya jika sudah akhir pekan. Walau itu memang sudah menjadi peraturan tetap sekolah, setiap akhir pekan, seluruh murid boleh kembali ke rumah mereka masing-masing. Dan kembali ke asrama lagi setelah hari minggu sore untuk belajar lagi.
Ia melihat rumahnya dari luar, sangat sepi. Tidak biasanya seperti ini. Apa mungkin Mama, Papa, dan Zahwa sedang tidak di rumah?
KAMU SEDANG MEMBACA
SEIGEN
Teen Fiction"Lo gak aneh? Dimana-mana ya, peraturan sekolah yang paling pertama itu pasti tentang kedisiplinan atau nggak tentang absensi, tapi ini, dilarang buka gedung tua dengan gembok besi di bagian Barat sekolah." °°° Berawal dari ketidaksengajaan mendenga...