haii, selamat datang semua, semoga kalian masih suka sama cerita ini!>
happy reading!!!>
—oOo—
“Jadi apa yang harus kita lakuin pertama buat bongkar kejahatan Bu Nira?” tanya Netta.
Hazela yang sedang bermain laptop berhenti, cewek itu menatap Naomi yang berada di ujung sana sedang mengerjakan soal-soal latihan yang akan di perlombakan sebentar lagi. Kedua remaja itu kemudian menatap intens pada Netta yang sedang mengarahkan anak panahnya agar bisa menjatuhkan buah jeruk yang tergantung di dahan tinggi pohon besar yang menjadi sandaran mereka saat ini.
TUK!
Jatuhnya buah tersebut langsung di tangkap oleh Hazela yang sudah sejak tadi menunggu buah itu. “Gue juga nggak tau kita mau mulai dari mana, soalnya kasus ini susah banget, udah berapa siswi yang gue tanya tapi nggak ada yang tau satupun, seakan-akan semuanya udah di rancang bagus buat nutup masalah ini,” kata Hazela sambil mengelupas kulit buah jeruknya.
“Kita bisa mulai dari hal-hal kecil yang bahkan Bu Nira sendiri gak tau kalau itu bakalan bikin dia dalam bahaya,” Naomi menerima potongan buah jeruk yang di sodorkan oleh Hazela.
“Tapi kita nggak bisa nyari di mana bukti-bukti kecil yang bisa bawa kita ke dalam kasus ini supaya lebih jelas, jangan sampai kalau kita udah jalan, bakalan buntu didepannya nanti, sama aja boong 'kan?” Netta menyusul duduk di sebelah Naomi, cewek itu meletakkan busurnya kemudian mengambil sebuah kertas untuk mengipasi wajahnya.
“Gue juga nggak mau kayak gitu, makanya kita jangan gegabah, ngambil tindakan kedepannya harus mikir juga apa resikonya, gue nggak mau kalau baru aja jalan terus udah ketahuan nggak etis banget,”
Netta dan Hazela mengangguk paham, mereka harus mengambil langkah yang benar-benar mempertimbangkan bagaimana dampak kedepannya nanti. Bu Nira adalah orang besar, mereka tidak mungkin bisa menang hanya dengan sebuah langkah, pasti akan banyak pengorbanan yang harus mereka lakukan untuk bisa mencapai hasil kasus ini.
“Nanti gue coba hubungi Cacha buat bantuin gimana aja caranya buat kasus ini,” Naomi mengangguk paham.
Ketiga gadis itu menikmati angin sejuk yang membuat pikiran menjadi tenang dalam sekejap, tetapi kemudian di buat terkejut dengan deringan keras dari ponsel Hazela.
Naomi menatap Hazela yang seakan enggan untuk mengangkat sambungan itu. “Kenapa gak di angkat?”
“Malas,” jawab Hazela lalu kemudian mematikan ponselnya.
“Pasti Gio,” tebakan Netta membuat cewek itu mengangguk kecil.
“Lo masih marahan sama Kak Gio? Astaga Ze itu udah lama banget, hampir dua minggu lo gak bicara sama dia, betah banget lo marahnya.” kata Naomi dengan kekehan kecil.
“Gak peduli, siapa suruh, gue udah bilang jauhin gue, gara-gara dia, hubungan gue sama Leon makin ancur, gimana gue nggak sebel,”
Netta tertawa pelan, cewek itu kemudian duduk disebelah Hazela. “Ya gue dukung sih, cowok kayak Gio itu harus di musnahin, lo tau, dia kayak nggak punya otak, udah tau lo punya pacar, masih aja di gebet, kayak nggak ada perempuan lain aja, noh si Sora udah lama nunggu, tapi nggak di notice-notice sama dia,”
KAMU SEDANG MEMBACA
SEIGEN
Teen Fiction"Lo gak aneh? Dimana-mana ya, peraturan sekolah yang paling pertama itu pasti tentang kedisiplinan atau nggak tentang absensi, tapi ini, dilarang buka gedung tua dengan gembok besi di bagian Barat sekolah." °°° Berawal dari ketidaksengajaan mendenga...