Jika kemarin-kemarin semua pemberian yang Netta bawa untuk Hann ditolak oleh cowok itu, maka sekarang gadis tersebut sedang melakukan sesuatu lagi untuk diberikan pada lelaki tersebut.
Sekarang pukul 07.46 dan Netta masih berkutat dengan semua peralatan dapur yang ia pegang sejak tadi malam. Rencananya hari ini ia akan membuatkan bekal untuk sang pujaan hati yang berolahraga.
Senyuman tidak pernah luntur dari wajah cewek itu sejak tadi malam, membuat Bu Jum yang membantunya menggelengkan kepala. Beliau tidak heran jika Netta sering ke dapur hanya untuk memasak, karena gadis itu yang katanya menyukai Hann Andilaga sudah menjadi rahasia umum anak-anak Merpati HS, termasuk wanita itu.
“Kayaknya seneng banget, semoga di terima ya sama nak Han,” kata Bu Jum sambil merapikan meja dapur.
“Aamiin, Netta sih gak masalah Bu kalau bekal yang ini di tolak, karena 'kan semua yang Netta buatin untuk Han selalu ditolak, berakhir di makan sama temen-temennya lah, di sumbangin ke orang lain lah, bahkan yang lebih parahnya pernah makanan Netta dibuang Bu,” jawab cewek itu.
Percaya atau tidak, semua yang dikatakan oleh perempuan itu benar adanya. Semua pemberiannya pasti akan bernasib seperti yang ia katakan tadi. Sejauh Netta berjuang, Hann belum pernah mau menerima makanan atau hal lain yang ia bawa untuk lelaki itu. Pasti semua pemberiannya berujung di berikan ke orang lain, atau tempat sampah.
Tetapi semua itu tidak membuatnya mundur, entah hatinya yang tidak bisa memilih orang lain atau memang Netta yang tidak bisa melihat sosok lain yang mungkin lebih baik dari Hann.
“Gak apa-apa, namanya juga berusaha, manusia 'kan cuma bisa usaha sama merencanakan, hasil akhirnya akan ditentukan sama Tuhan,” ucap Bu Jum. “Yang jelas, kalau Netta butuh bantuan Ibu, datang aja ya ke dapur, nanti Ibu bantu sebisanya,”
Netta mengangguk, lalu tersenyum tipis sebelum berlalu dari sana untuk berjalan ke kelas Hann. Ah, dirinya sangat tidak sabar untuk memberikan kotak makan ini.
Senyuman Netta yang tadinya terbit tiba-tiba pudar begitu saja saat melihat Carissa keluar dari kelas Hann, ingatan tentang malam itu kembali berputar seperti kincir angin di kepala Netta. Ia memang tidak tahu jika Hann yang membawanya pulang ke asrama, karena cowok itu melarang Naomi untuk mengatakannya.
“Lho Ta, ngapain disitu? Ayok masuk,” panggil Arya ketika cowok itu keluar membuang sampah-sampah di lacinya.
Netta melangkah mendekati lelaki itu, kemudian menatap masuk kedalam kelasnya. “Han ada, Ar?” tanyanya.
“Ada kok didalam, bentar gue panggil,”
Cowok itu berjalan menuju pintu, saat hendak memanggil Hann dirinya di kejutkan dengan perkataan Farrel. “Gak usah panggil dia,”
Refleks Arya memukul cowok itu. “Bikin jantungan njir, kayak setan lo muncul tiba-tiba,” ujarnya kesal.
Farrel dengan raut wajah datarnya menatap bekal yang dipegang oleh Netta. Cowok itu berdecih pelan, dalam benaknya terlintas pertanyaan, apakah perempuan didepannya ini tidak punya rasa malu? Sudah berapa kali ditolak Hann tetapi masih saja ingin berjuang, sungguh gila.
“Bawa pulang aja, dia nggak akan terima yang lo bawa.” Farrel masih menatap lekat pada Netta, seolah memperingati cewek itu untuk tidak masuk membawa pemberiannya.
“Lho kenapa? Bukannya Han belum sarapan ya? Tadi pagi 'kan kita buru-buru, bagus dong kalau Netta bawain bekal buat itu curut, biar dia nggak laper,” Kata Arya.
“Gak usah,”
“Kenapa Rel?” Netta menatap sorot mata lelaki itu, mencari jawaban atas pertanyaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEIGEN
Novela Juvenil"Lo gak aneh? Dimana-mana ya, peraturan sekolah yang paling pertama itu pasti tentang kedisiplinan atau nggak tentang absensi, tapi ini, dilarang buka gedung tua dengan gembok besi di bagian Barat sekolah." °°° Berawal dari ketidaksengajaan mendenga...