Merpati HS itu punya sejumlah gedung besar yang ada di sekolahnya. Gedung-gedung yang menjulang tinggi dan memiliki berbagai macam kegunaan, mulai dari tempat latihan, Aula, gedung olahraga, dan masih banyak lagi.
Murid-murid yang bersekolah disini sangat beruntung karena mendapatkan fasilitas yang benar-benar memadai. Dan lagi, kata beruntung itu benar adanya, terutama bagi cewek bercepol satu dengan jaket hitam juga masker yang melekat di wajahnya saat ini.
Ia berjalan menuju bangunan tua yang ada di belakang asrama. Beruntunglah semua orang sudah tidur, jadi ia tidak terlalu waspada saat ini.
Menginjakkan kakinya di sana, seketika ia merasakan ketakutan. Siapa juga yang tidak takut, datang ke tempat yang minim penerangan juga bangku-bangku yang sudah usang tertimbun banyak di sana.
Ia melirik jamnya, sesuai arahan dan petunjuk tadi malam, seharusnya orang yang akan ia temui sudah datang di tempat ini. Tapi kemana dia? Disini bahkan tidak ada tanda-tanda adanya manusia.
Gadis itu mengeluarkan handphonenya, menekan panggilan untuk mengetahui dimana orang yang ia tunggu saat ini.
“Matiin.” cewek itu berbalik, matanya melihat sosok yang sejak tadi ia tunggu kedatangannya.
“Dari mana aja sih? Lama banget!”
“Ya sorry, tadi ada urusan bentar, udah lama?”
“Baru juga, tapi gue kira lo gak dateng,”
Orang terkekeh. “Ya pasti datanglah, masa iya gue nggak ingat janji.”
Cewek itu tertawa pelan, benar juga, selama ini orang didepannya itu tidak pernah ingkar janji. Jujur, dirinya iri dan kagum, karena sifat orang itu sangatlah langka.
“Udah langsung intinya aja,”
Ia merogoh sakunya, ada sebuah foto di sana. Foto laki-laki yang tengah berdiri dengan jas yang melekat di badannya. “Lo kenal dia 'kan?” gadis itu mengangguk.
“Dia sasaran utama,”
Dahinya berkerut. “Sasaran utama?”
“Iya, target utama, lo mau dapet semua data tentang bocah itu bukan? Maka dari itu, kita harus pake cara ini, orang yang ada di foto ini punya kuncinya. Melalui dia, kita bakalan dapat semua yang kita inginkan selama satu tahun terakhir ini.” Katanya.
Gadis itu tidak paham, bagaimana bisa seorang cowok yang berada di dalam lingkungannya mempunyai kunci yang selama ini ia cari-cari? Tapi, yang di hadapannya saat ini juga tidak mungkin berbohong.
“Kenapa harus dia? Banyak orang lain yang-”
“Dia pintar segalanya, semua biodata orang dia tau, bahkan biodata lo aja dia tau, jadi bukannya itu malah buat jalan kita jadi mudah?” tanya orang itu.
“Apa nggak ada cara lain buat dapat kunci itu?” Gadis itu memelankan suaranya.
“Ayolah, come on Hazela, jangan munafik, semua yang lo pengen ada di depan mata saat ini, kalau lo ambil foto ini, berarti lo bersedia untuk selesaikan semuanya di titik terakhir.” Orang itu menyodorkan Hazela foto tadi. Ia sedikit menghembuskan napasnya saat gadis didepannya itu tidak juga mengambil foto tadi.
Hazela ragu? Bukan, lebih tepatnya ia tidak menyangka jika yang memegang kunci yang ia cari selama satu tahun ini ada di orang yang berada didepan matanya saat sekolah. Kenapa ia sangat bodoh untuk menyadari hal itu?
“Lo mau? Kalau nggak, kita cari cara lain yang lebih sulit buat buka-”
“Gue mau!”
“Sure?”
KAMU SEDANG MEMBACA
SEIGEN
Teen Fiction"Lo gak aneh? Dimana-mana ya, peraturan sekolah yang paling pertama itu pasti tentang kedisiplinan atau nggak tentang absensi, tapi ini, dilarang buka gedung tua dengan gembok besi di bagian Barat sekolah." °°° Berawal dari ketidaksengajaan mendenga...