[28]

1K 113 13
                                    

Dengan dihantar oleh supir,Jen akhirnya tiba dirumah sakit untuk melakukan terapi. Jujur aja dia pengen menyerah melakukan terapi namun dia tetap memaksa dirinya agar dia bisa membantu Rose yang lagi hamil.

"Selamat sore Dok"sapa Jen memasuki ruangan Dokter Jeno dengan menggunakan tongkatnya

"Selamat sore juga pak"sahut Dokter Jeno"Jadi gimana pak? Apa bapak merasa kaki bapak udah kuat?"

Jen mengangguk"Saya udah bisa berdiri tanpa menggunakan tongkat Dok tapi saya belum coba berjalan si"sahutnya

Dokter Jeno tersenyum"Bapak harus coba. Yuk ikut saya"

Jen mengikuti langkah Dokter Jeno memasuki ruangan terapi. Dokter Jeno langsung mengambil tongkat yang digunakan oleh Jen dan benar aja,Jen udah bisa berdiri tanpa menggunakan tongkat.

"Woahh,anda hebat"seru Dokter Jeno

"Semua nya juga atas bantuan Dokter"sahut Jen

Dokter Jeno menggeleng dan menepuk pundak Jen"Ini semua karna semangat kamu yang tidak pernah menyerah. Mungkin juga ini gara gara istri sama calon anak kamu itu bukan?"

Jen terkekeh"Anda benar Dok. Mereka sumber semangat saya"sahutnya

"Sekarang,coba berjalan menghampiri pembatas disana"ujar Dokter Jeno

"A-apa saya bisa Dok?"tanya Jen ragu

"Anda pasti bisa!"

Jen menghela nafasnya dengan kasar. Perlahan lahan dia mula berjalan. Hampir jatuh namun dia masih bisa menahan keseimbangannya"Ayo Jen,jangan menyerah"gumamnya

Tanpa sadar,dia udah tiba di pembatas tanpa bantuan dari siap siapapun"Selamat Pak Jen!"seru Dokter Jeno antuasis

"Huh?"beo Jen. Dia menatap kakinya dan akhirnya dia sadar"A-aku u-udah bisa jalan Dok"ujarnya dengan mata berkaca kaca

"Perjuangan tidak akan mengkhianati hasilnya. Kamu berjaya membuktikan kalo kamu bisa"

"Dok,terima kasih Dok. Tanpa Dokter,aku tidak bisa. Aku bahkan hampir menyerah Dok"ujar Jen haru

Dokter Jeno memegang pundak Jen"Itu udah tugas saya sebagai Dokter. Istri kamu pasti senang. Selamat calon ayah!"ujarnya mengepalkan satu tangannya keudara

Jen tersenyum"Terima kasih. Saya permisi duluan ya"pamitnya

"Iya,pastikan kamu melatih otot kamu"

Jen mengangguk dan berganjak pergi dengan membawa tongkatnya. Walaupun dia udah bisa berjalan tanpa bantuan tongkat,dia masih berjalan dengan langkah perlahan.

:
:

Rose tersenyum ketika menatap hasil masakannya yang udah terhidang diatas meja itu. Sekarang jam udah menjukkan pukul 3.30 menit petang dan itu biasanya waktu Jen pulang.

Brummm

Mendengar bunyi mobil yang memasuki parkiran rumahnya,dia bergegas kearah pintu dan membukanya"Assalamualaikum cantik"sapa Jen menghampiri Rose dengan menggunakan tongkatnya

"Waalaikumussalam ganteng"sahut Rose menyalami tangan Jen"Mau langsung mandi apa makan duluan?"

"Mandi duluan deh. Badan aku udah lengket"sahut Jen"Dan aku mau kamu melihat sesuatu"lanjutnya

Rose mengernyit bingung"Melihat apa?"

"Pegang ini"dia menyerahkan tongkatnya kepada Rose

Dengan ragunya Rose mengambil tongkat itu"Apa tidak apa apa? Kalo mas jatuh gimana?"tanya nya khawatir

Jen tersenyum seolah meyakinkan kalo dia bakalan tidak kenapa napa. Perlahan lahan Jen mula berjalan tanpa bantuan tongkat.

"M-mas,ini benaran?"tanya Rose dengan mata berkaca kaca

Jen terkekeh dan merentangkan kedua tangannya. Rose langsung masuk kedalam pelukan Jen"Aku berusaha demi kamu sama calon anak kita"ujar Jen mengecup dahi Rose"Terima kasih karna terus disamping aku. Terima kasih karna tidak meninggalkan aku disaat aku rapuh. Terima kasih karna menerima kekurangan aku"

"Itu karna aku mencintai mas"sahut Rose melepaskan pelukan itu.

Jen menangkup kedua pipi Rose dan menghapus air mata istrinya itu. Dikecupnya dahi Rose dengan lembut dan menempelkan dahi mereka"I love you,my wifey"

"I love you more,my hubby"sahut Rose

"Sepertinya kita datang diwaktu yang salah"Rose sama Jen sontak menatap kearah sumber suara. Terlihatlah sosok Jisoo yang berdiri didepan pintu bersama sosok Lisa.

"Kalian ngapain disini?"tanya Jen

"Awalnya kita mau kesini karna mau minta pendapat kalian si eh malah ngelihat adegan Romeo sama Juliet"sahut Jisoo

"Kalo mau bermesraan,pintu rumahnya dikunci duluan dong"lanjut Lisa

Jen memutar kedua bola matanya dengan malas"Ya ya ya terserah kalian aja. By the way,kalian butuh pendapat apaan nih?"

Jisoo mendudukkan dirinya disofa diruang tamu disusul oleh Lisa"Silakan duduk"ujarnya

"Dih,ini rumah gue syialan!"sahut Jen

"Hussh,omongannya dijaga mas. Ada anak kamu juga nih"ujar Rose

Jen terkekeh. Dise menunduk dan mengecup perut Rose"Maafin ayah ya. Jangan dengarin apa yang ayah omongin tadi. Uncle Jisoo kamu emang suka sesat"

"Kok gue yang disalahin?"protes Jisoo namun dia langsung menunduk takut ketika Lisa menghadiahi tatapan tajamnya

"Yuk bumil kita duduk"Jen mendudukkan dirinya disofa disamping Rose

"Abang Jen udah bisa jalan?!"seru Lisa. Dia emang udah memanggil Jen menggunakan embel abang karna gimanapun juga,Jen itu suami kepada kakaknya walaupun kelahiran Rose hanya berbeda 5 menit darinya.

"Iya Lis. Gue bersyukur banget"sahut Rose menggenggam tangan Jen

"Woahh,selamat buat kalian"ujar Jisoo

"Thanks"sahut Jen"Jadi kalian kenapa kesini?"

"5 bulan dari sekarang gue sama Lisa bakalan nikah jadi kita harus memesan gaun sama jas pengantin. Kita butuh pendapat kalian untuk melihat gaun sama jas mana yang cocok"jelas Jisoo mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan beberapa foto jas sama gaun pengantin.

"5 bulan masih lama ya"ujar Jen

"Gue harus memesannya sekarang si soalnya jas sama gaun itu khusus dari Italy"sahut Jisoo membuatkan Rose sama Jen kompak mengangguk paham.

Akhirnya Rose sama Jen memilih jas sama gaun yang cocok buat mereka berdua dan mereka berdua juga menyetujuinya.


  Tekan
    👇

Mistake✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang