|Prolog| Jilan🍒|

7.9K 528 55
                                    

"PAPA! KAKAK! ABANG! TOLONG JILAN!" Suara teriakan menggema berasal dari taman belakang mansion

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"PAPA! KAKAK! ABANG! TOLONG JILAN!" Suara teriakan menggema berasal dari taman belakang mansion.

Daniel selaku sosok ayah, langsung bergegas ke taman belakang. Karena sudah di pastikan pasti yang berteriak itu anaknya. Anaknya itu sudah di pastikan lagi berbuat ulah. Siapa lagi kalau bukan Jilan, putra bungsunya yang selalu bikin darah tinggi setiap hari.

Begitu juga dengan Jean dan Jevans yang langsung berlari menuju taman belakang mansion.

"Jilan! ngapain kamu di atas sana?" Daniel menghela nafas kasar. Bisa-bisanya ia menemukan anaknya itu berada di atas pohon rambutan.

Sedangkan sosok remaja kecil yang berada di atas melengkungkan bibirnya ke bawah. "Papa~tolongin Jilan, Jilan gak bisa turun nih."

"Rasain! makanya jangan aneh-aneh deh dek jadi orang. Ngapain kamu manjat-manjat pohon segala kayak monyet. Monyet bisa turun sendiri, lha kamu?, bisa manjat gak bisa turun. Bikin repot aja." Omel Jean yang jengah dengan tingkah adeknya.

"Jilan kan pengen makan rambutan hasil panen Jilan sendiri," Cicit Jilan.

"Kamu gak ingat kemarin? kakak sampai di marahin tetangga gara-gara kamu ngerontokin pohon rambutan mereka Jilan. Dan sekarang kamu bikin ulah lagi." Kata Jevans, kakak sulungnya yang tak habis pikir dengan tingkah Jilan, adeknya.

"Papa~"

"Diam disana, tunggu papa!"

Daniel menghela nafas, lalu ia memerintahkan bodyguard yang ada di sana untuk mengambil tangga. Setelahnya, Daniel membantu anak bandel nya turun.

Sesampainya di bawah, Jilan memeluk tubuh papa nya. Menyembunyikan wajahnya di dada bidang papanya. Ia takut akan amukan kedua abangnya dan papanya.

"Yaudah ayo kita ke dalam untuk sarapan." Daniel yang tahu tabiat putra bungsunya pun memilih untuk memerintahkan kepada semua anaknya untuk melakukan acara sarapan yang tertunda.

"Papa..." Panggil Jilan pelan, tangan kanannya sibuk mencengkeram dada kirinya.

"Jilan apa yang sakit bilang papa," Kata Daniel dengan raut khawatir. Jean dan Jevans membalikkan badannya mereka terkejut dengan raut wajah kesakitan Jilan.

"Da—da Jilan pa." Kata Jilan terbata bibirnya bergetar kesakitan.

"Nafas yang bener, lewat hidung dek!" Perintah Jevans, yang notabenenya adalah dokter.

Jilan menggeleng, "nggak...bisa hah hah se-sak uhukk." Jilan kepayahan mengatur nafasnya yang sangat sesak.

"Pa bawa ke kamar sekarang biar Jevans periksa."

Daniel segera membopong tubuh ringkih Jilan menunju kamarnya. Sesampainya di kamar Jilan, Daniel segera membaringkan tubuh Jilan, dan memasang masker oxygen kepada Jilan.

Daniel membiarkan tangannya menjadi korban remasan anaknya. Putranya itu perlu pelampiasan. Daniel dapat melihat dada Jilan yang naik turun tidak beraturan. Sedangkan Jevans, ia memeriksa keadaan Jilan. Jevans menyuntikkan beberapa cairan ke tubuh Jilan. Karena di saat seperti ini, mustahil Jilan bisa menelan obat-obatan. Tak lama kemudian, mata Jilan tertutup, dan remasan pada tangan papa nya melonggar.

"Gimana keadaan adek kak?" tanya Daniel.

"Papa tenang aja, Jilan sudah ngga papa. Dia hanya kecapekan."

Daniel menghela nafas, tangannya sibuk mengelus rambut Jilan yang lepek akibat keringat. Daniel memandangi wajah putranya yang sebagian tertutupi oleh masker oxygen. Walau begitu, Daniel masih bisa melihat betapa pucatnya wajah Jilan. Mata yang terpejam terlihat begitu damai. Dada Jilan juga sudah naik turun beraturan. Walau nafasnya masih terdengar sedikit memberat.

"Sekarang kalian sarapan dan pergi saja, biar papa yang di rumah jagain anak nakal ini."

"Iya pa." Jevans dan Jean lantas berpamitan pergi.

Tapi sebelum pergi, mereka menyempatkan diri untuk mengecup kening sang adek.

"Tidur yang nyenyak dan jangan lupa bangun."

"Cepet sembuh adeknya abang."

Setelah berganti pakaian santai, Daniel kembali ke kamar si bungsu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah berganti pakaian santai, Daniel kembali ke kamar si bungsu. Disana terlihat anaknya masih terlelap tidur. Nafasnya sudah membaik, lantas Daniel melepas masker oxygen Jilan.

Daniel mengusap dada Jilan dan berkata. "Jangan pernah lelah untuk berdetak ya, dan jangan buat tuan kamu selalu kesakitan. Kasihan dia."

Lalu tangannya berpindah mengusap lembut kepala Jilan.

"Dasar bandel! barujung sakit kan." Monolog Daniel.

"Papa...beliin Jilan jaket Dior papa..." Gumam Jilan dengan mata yang masih terpejam.

Daniel terkekeh ternyata anaknya mengigau. "Dasar anak bandel, matre lagi." Untung Daniel sayang pada anaknya itu, jika tidak...mungkin saja ia sudah melemparnya ke benua Antartika.

"Papa menyayangi mu boy."

Menjadi orang tua singgel perents merupakan hal yang tidak mudah bagi Daniel. Apalagi ia harus mengurus tiga seorang putra. Dan lebih parahnya putra bungsunya itu sangat bandel dan nakal plus susah di atur. Meskipun begitu, Daniel sangat menyayangi Jilan. Bagi Daniel, anak-anaknya ada sumber kekuatan nya.

Namun, pejamnya Jilan tidak pernah ia harapkan. Ia hanya takut...jika putra nakalnya itu terlelap selamanya. Daniel hanya berharap Jilan mampu berjuang dan bertahan.

TBC

Masih awalan jadi cukup segini dulu ya. Semoga bisa menghibur kalian dan kalian suka aamiin. Itu tujuan ku.

Mau dilanjut atau nggak?.

Jangan lupa vote dan komen ya. Karena vote dan komen kalian adalah semangat ku:")💚

Kudus, 27 Desember 2021

Jilan Xavier [Triple J Ft Nct Dream]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang