👑Jilan Xavier👑 (15)

2.6K 289 19
                                    

"Kalian tenang saja, saat ini pasien baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian tenang saja, saat ini pasien baik-baik saja. Namun, ada hal yang harus saya sampaikan kepada kalian, jika pasien sepertinya mempunyai trauma yang sepertinya agak berat. Coba kalian tanyakan kepadanya, hal apa yang membuatnya takut sampai pingsan seperti ini."

Rentetan kalimat yang terlontar dari dokter Wira, di terima dengan baik oleh Daniel dan Jevans. Tapi tunggu, trauma? selama ini mereka membesarkan Jilan dengan sangat baik, bahkan tidak ada tanda-tanda jika Jilan mempunyai trauma. Kenapa sekarang tiba-tiba?

"Trauma? dokter yakin sudah memeriksa keadaan adik saya dengan baik?" tanya Jevans memastikan.

"Seperti yang pak Daniel lihat tadi, itulah gejala seseorang yang mentalnya terguncang akibat trauma yang mereka alami. Jika nanti pasien tidak mau bicara saat kalian tanya, dan berkelangsungan lama, saya sarankan membawa pasien ke psikolog."

Degh

Daniel dan Jevans terkejut dengan penjelasan dari dokter. Siapa yang berani menyakiti Jilan, hingga batin anak itu terguncang. Sungguh hati Daniel sakit mendengar itu.

Mereka berdua tidak menyangkal, melainkan menyetujui saran yang diberikan oleh dokter Wira. Mereka percaya, kepada dokter kepercayaan keluarga nya. Lalu dokter Wira pun memberikan sebuah resep yang harus ditebus. Dan setelahnya dirinya pamit undur diri.

Di dalam kamar, Jean terus menggenggam tangan Jilan. Menyalurkan rasa aman disana, karena tadi Jilan terus-menerus menggumamkan kata 'takut.' Jean berfikir, apa yang terjadi dengan Jilan selama tinggal bersama Mama nya? apa yang dilakukan wanita itu kepada adiknya.

"Abang...ha-us," lirih sembari membuka matanya perlahan.

Jean mengangguk, lalu mengambil minum air untuk Jilan. Setelah membantu Jilan minum, Jean mengembalikan gelas ke nakas kembali. Lalu tak lama kemudian, Papa dan Kakaknya masuk ke kamar Jilan.

"Udah sadar adeknya bang?" tanya Daniel, sambil berjalan mendekat.

Jean mengangguk, "Udah Pa, tadi minta minum, terus tidur lagi." Daniel mengangguk.

Seharian ini, Jean yang menemani Jilan di rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seharian ini, Jean yang menemani Jilan di rumah. Hari ini Jilan izin tidak ke sekolah, dan harus istirahat di rumah. Anak itu semenjak sadar kemarin, banyak diam. Tidak ceria seperti biasanya. Jean yang tidak ada kelas hari ini, mati kebosanan karena menemani Jilan yang tidak banyak bicara. Membuatnya sebal dan sedih.

"Ji, gak ada yang mau diceritain ke abang?" tanya Jean dengan mengelus tangan Jilan.

Jilan duduk di tepi ranjang, dengan mata yang melihat ke arah luar jendela. Hari sudah siang, panas teriknya matahari kini sangat terlihat. Jilan menoleh ke arah Jean, saat abangnya itu berbicara kepadanya. Lalu menggelengkan kepalanya lemah.

"Tante Adera ngapain kamu sampai ngebuat kamu jadi gini?" disaat seperti ini, pasti Jean menggunakan kosakata halus. Ya contohnya 'aku kamu.'

"Cerita sama abang dek, disini ada Papa, Kak Jeje, dan abang yang akan ngelindungi kamu."

Jilan menunduk, menatap kedua jari tangannya yang saling meremas. Hatinya berdesir, suara serta bayangan waja Mama nya kini bermunculan di ingatan kepalanya. Disaat sorot mata itu menatapnya dengan penuh kebencian, dan dengan penuh amarah wanita itu melukai lengannya. Jilan bergerak gelisah, kedua tangannya ia gunakan untuk menutupi telinganya yang tiba-tiba mendengar bisikan-bisikan.

"Maafin Jilan...maaf...maaf."

Jean terkejut melihat reaksi yang diberikan adiknya. Secepatnya ia memeluk tubuh itu, dan memberikan kata-kata penenang.

"Jilan tenang! ini abang dek, ini abang."

Jilan melepaskan pelukannya, lalu menatap wajah orang di hadapannya.

"Abang?" tanyanya dengan wajah yang kacau. Dan sorot mata yang biasanya bersinar itu kini, di tutup i oleh sorot penuh luka. Luka yang sangat mendalam.

Jean mengangguk, "Iya ini abangnya Jilan, abang Jean." Setelah mengatakan itu, tiba-tiba tubuhnya diterjang oleh Jilan. Jilan memeluk tubuhnya dengan sangat erat. Tak terasa, air mata Jean menetes membasahi pipinya.

Orang yang selama ini mereka jaga, kini sudah terluka. Dan lukanya sudah amat dalam. Jean telah gagal menjaga adiknya yang rapuh ini. Jean gagal. Sampai-sampai, kini mental adiknya terguncang.

"Abang hiks takut...maaf...maaf." Jilan menangis, dan terus menggumamkan kata 'maaf.'

Jean mengusap punggung Jilan yang bergetar. Jean merenggangkan pelukannya, lalu ia pegang lengan Jilan, ia tatap manik Jilan

"Jangan meminta maaf, adek gak salah. Cerita sama abang, siapa yang bikin adek takut hm?"

Jilan menggeleng brutal, dengan derai air mata. "Takut...nanti marah...maaf hiks maaf Jilan cuman mau disayang aja gak lebih hiks maaf." Jilan kembali meracau dengan air mata yang terus keluar.

Jean memejamkan matanya, ia gigit bibir dalamnya kuat-kuat. Ia tak sanggup melihat keadaan adik tersayang nya seperti ini.

"JILAN ABANG MOHON JAWAB ABANG!"

Berhasil. Teriakan Jean berhasil membuat Jilan berhenti meracau.

"Ma...ma," lirihnya terakhir hingga akhirnya semuanya gelap.

Sudah Jean duga. Jean bersumpah tidak akan mengampuni wanita iblis itu, karena sudah berani melukai Jilan.

TBC

Hay akhirnya Jilan update lagi. Hehe halau para reader ku, ada yang kangen aku(Jilan) nggak? Oh nggak ya, yaudah kalau gitu aku bakal lama kembalinya.

Vote dan komen yang banyak biar Jilan semangat menjalani hari-harinya. Dan menceritakan kisah pilu nya kepada kalian semua.

Bye-bye

Kudus, 24 Juni 2022.

Jilan Xavier [Triple J Ft Nct Dream]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang