"Hari ini biar Papa aja yang nganterin Jilan ke sekolah," putus Daniel saat selesai menyelesaikan sarapannya.
"Pa Jilan mau ngomong penting sama Papa," katanya yang tiba-tiba mengundang perhatian semua orang yang ada di sana. Dilihatnya Jilan yang kini sedang melihat ke arah sang Papa dengan tatapan seriusnya.
"Apa hm?"
Mata Jilan berkaca-kaca, membuat mereka yang ada di sana bingung keheranan. Ada masalah apa lagi ini ya Allah. Perasaan mereka mendadak tidak enak, dan tatapan mereka semua berpusat pada Jilan. Ingin mendengarkan kelanjutan perkataan Jilan.
"Apa dek, bilang aja gapapa," ujar Jevans yang sudah khawatir.
"Hiks...hiks," bukannya menjawab Jilan malahan menangis.
"Hey son ada apa bilang sama Papa nak."
"Kenapa di dalam lemari celana dalam Jilan cuman ada satu hiks nanti kalau Jilan mandi terus pakai celana dalamnya siapa dong hiks Papa huwaaa," setelah berkata Jilan, anak itu menangis dengan sangat keras.
"PPPFTTT HAAAAAAHAAA." Jean tertawa dengan sangat keras. Sampai memukul-mukul meja.
Sedangkan Daniel dan Jevans, mereka menunduk menyembunyikan tawanya. Jevans geleng-geleng kepala, ada-ada saja kelakuan si bungsu.
"Huwaaa Papa!" Jilan mengencangkan tangisnya.
"Udah dek tenang aja nanti abang Jean beliin di pasar rakyat," sahut Jean yang tidak ada habisnya menggoda Jilan, adiknya.
"Gak mau!"
"Udah dek gausah nangis nanti Papa belikan yang banyak untuk adek." Ujar Daniel setenang mungkin.
"Yang Dior sama Channel ya Pa."
"Iya dek iya."
"Apaan celana dalam doang belinya Dior atau Channel apa kabar gua yang tinggal beli di pasar malam," dumel Jean.
Sepulang dari sekolah, Jilan di jemput oleh Jevans. Hari ini jadwal Jevans tidak begitu padat jadi bisa pulang lebih awal, dan bisa menjemput adik kesayangannya.
"Di depan ada penjual boba, adek mau gak?" tanya Jevans pada Jilan.
Jilan mengangguk, "Mau kak."
Tak lama kemudian Jevans menepikan mobilnya lalu keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Jilan.
"Gak usah di bukain, Jilan bisa sendiri kali kak."
Jevans tidak menggubris ocehan Jilan, ia langsung menggandeng tangan Jilan untuk menyeberang jalan raya. Karena penjual boba ada di seberang jalan. Mereka pesan tiga, dengan varian yang berbeda-beda. Cappucino untuk Jevans, oreo untuk Jilan, dan anggur untuk Jean.
Jevans melajukan mobilnya kembali. Sesekali menengok ke arah adiknya yang sedang memejamkan matanya. Tapi saat Jevans kembali menoleh ke depan, ia mendengar suara adiknya grusak-grusuk rusuh.
"Kak sssesak...hah," keluh Jilan mengadu pada Jevans. Tangannya terulur menyentuh lengan kakaknya.
"Bentar dek tahan dulu," ucapnya berusaha setenang mungkin. Bahaya jika Jevans kalut di saat menyetir mobil di jalan raya. Lantas ia menepikan mobilnya kembali.
Jevans mengambil oxygen portabel yang ada di jok belakang, lalu memakaikan nya kepada Jilan. Jevans membuka kancing seragam Jilan bagian atas, dan menegakkan Jilan dalam duduk.
"Nafas pelan-pelan, jangan panik dek ada Kak Jeje disini," Jevans terus mengucapkan kata-kata penenang agar adiknya tidak panik.
Tak lama kemudian, nafas Jilan berangsur membaik, lalu Jevans menyiapkan dua butir obat Jilan dengan sebotol air mineral. Jilan menerimanya, dan langsung memakannya.
"Makasih kak," lirihnya dengan tubuh bersandar terkulai lemas.
"Iya sama-sama, gimana udah enakan? gapapa ini kalau kita lanjut lagi jalan?" tanya Jevans memastikan Jilan benar-benar dalam kondisi baik.
Jilan mengangguk, "Bisa kak, udah mendingan juga kak."
Hujan turun rintik-rintik di sore hari. Jevans dan Jilan menikmati sore yang sejuk ini bersantai di ruang tamu dengan meminum coklat hangat kesukaan Jilan. Sembari menunggu Jean dan Papa pulang.
"Kak Jeje udah punya pacar?" tanya Jilan tiba-tiba.
"Udah," jawabnya tenang, sambil menyesap coklat hangatnya.
"Ajak ke sini dong kak, Jilan mau kenalan. Orangnya baik nggak kak?"
"Nanti kapan-kapan kakak ajak kamu jalan-jalan sama dia mau?" Jilan mengangguk antusias sembari tersenyum.
Jevans mengusak rambut Jilan gemas.
"Nanti malam Chenle mau main ke sini sekalian tidur di sini gapapa kan kak?"
"Iya gak papa dek, terserah kamu."
Jilan rindu momen ini, dimana ia bisa berbincang tanpa beban dengan kakaknya. Kakaknya ini super sibuk, jadi untuk mengobrol seperti ini, jarang bisa dilakukan oleh seorang Jevans.
"Kak Jeje mau bantu Jilan untuk sembuh gak?"
Pertanyaan Jilan menyita atensi Jevans seketika. Jantungnya berdegup lebih kencang, ia takut salah menjawab adiknya. Ia tahu, saat ini Jilan bukan bertanya kepada dirinya, melainkan profesinya yang sebagai seorang dokter.
"Kita berdoa dan berjuang sama-sama ya dek." Jawab seseorang yang baru saja datang. Yaitu Jean.
TBC
Yang kangen Jilan, yang kangen Jilan akhirnya update juga yeah.
Jangan lupa vote dan komen dan terus beri dukungan untuk Jilan ya kalian semua. Supaya Jilan semangat dalam menjalani kehidupan 😂
Kudus, 8 Oktober 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Jilan Xavier [Triple J Ft Nct Dream]
Random"Kata papa, Jilan ngga boleh pergi harus tetap bertahan. Tapi semakin Jilan berusaha, Jilan semakin sakit." ~ Jilan Xavier Erlando Luois. "Berjuanglah!. Abang akan selalu ada untuk mu." ~ Jean Xavier Jeammes Luois. "Jilan harus bertahan apapun yang...