Byurrr
Suara orang melompat kolam renang menggema di ruangan. Jilan mulai menggerakkan tangan dan kakinya untuk berenang. Jilan berenang dengan sangat lincah. Hingga akhirnya suara tiupan peluit menghentikan aksinya.
Prittt
"Hasilnya bagus, Papa bangga sama kamu." Ujar Daniel dengan bangga. Saat ini Jilan tengah berlatih berenang di mansion. Karena bulan depan, ia akan mengikuti kompetisi berenang tingkat nasional. Tentu ia harus mempersiapkannya mulai sekarang.
Daniel menggiring Jilan untuk duduk beristirahat. Dan menyodorkan segelas jus melon. Kesukaannya.
Jilan menerima gelas jus, "Terima kasih Pa." Daniel mengangguk sembari mengusap lembut kepala Jilan.
"Kalau sudah habis, langsung mandi, istirahat. Papah mau ke ruang kerja dulu." Jilan hanya menanggapi ucapan Daniel dengan anggukan dan mengacungkan jempolnya.
Sore ini Jisung dan Chenle berjanjian untuk pergi ke taman Deket kompleks. Dan saat ini Jisung telah selesai bersiap-siap dan tinggal menunggu Chenle yang belum menampakkan batang hidungnya.
"Chenle belum datang juga dek?" tanya Jean mengambil duduk disamping Jilan. Dan sesekali menyeruput es lemon-nya. Jilan menoleh ke arah Jean, lalu menggeleng.
Tak lama kemudian, suara yang melengking seperti suara lumba-lumba terdengar. Begitu memekikkan telinga.
"Selamat sore yeorobun..." Ucapnya yang tidak ada canggung-canggungnya.
Jilan dan Jean kompak menutup kedua telinga mereka. Sungguh suara Chenle dapat merusak gendang telinga mereka.
"Gak usah teriak-teriak juga, bisa jebol nih gendang telinga kita." Gerutu Jean.
Chenle hanya menyengir, lalu berjalan menghampiri Jilan dan Jean. Dan segera mengajak Jilan cabut segera. Sebelum pergi, mereka berpamitan kepada Jean. Karena yang ada dirumah saat ini hanyalah Jean.
"Hati-hati jangan kecapekan. Chenle, jagain Jilan." Kata Jean memperingati.
Chenle mengangguk, "Siap kak."
Chenle dan Jilan berjalan menyusuri area taman. Dengan membawa masing-masing satu es krim ditangannya. Jilan memandang takjub anak-anak yang sedang bermain dengan kedua orangtuanya disana. Mereka tampak sangat bahagia dan ceria. Ah Jilan jadi merindukan sosok Mama-nya. Dimana Mama nya sekarang.
Chenle membiarkan keadaan hening, hingga akhirnya ucapan Jilan menjadi pemecah keheningan.
"Gue jadi kangen Mama."
Chenle menatap wajah Jilan, ia memang sudah tahu soal mama Jilan. Yang faktanya pergi meninggalkannya. Sedari kecil. Chenle mengusap punggung Jilan, "Suatu hari pasti Mama lo nemuin lo dan kedua kakak lo lagi."
Jisung tersenyum tipis sembari mengangguk singkat.
Senja mengemudikan motornya dengan kecepatan standar. Ia menyisir jalanan yang sepi sore ini. Sepulang dari nongkrong, ia memilih jalan-jalan sore sebentar. Hanya ingin menenangkan pikirannya. Dan berharap mendapat jalan keluar atas masalahnya. Namun, ketenangannya terusik saat tiba-tiba ada seorang anak laki-laki menyebrang dengan asal. Membuat Senja mengerem kendaraannya mendadak.
Ckitt
Jantungnya berpacu cepat. Ia segera turun dari motor dan menghampiri anak laki-laki itu yang kini jongkok dengan memegang dadanya. Senja tersulut amarah, namun sebisa mungkin ia mengontrolnya.
"Dek, lo gak papa?" tanyanya sambil jongkok. Anak laki-laki yang sedari tadi menunduk kini mendongak menatap Senja. Membuat Senja terbelalak terkejut.
"Jilan?" anak yang ada didepannya kini adalah Jilan. Adeknya.
Jilan mendongak, ia memicingkan matanya. "Senja! bego banget sih lo! hampir aja nabrak gue!" Semprot Jilan tak terima. Padahal, disini jelas-jelas ia yang salah, karena nyebrang jalan dengan asal. Emang dasarnya Jilan anaknya gak mau disalahkan jadi gini deh. Ngeselin 'kan? banget!!
Senja mendengus, "Lo itu yang bego! Nyebrang asal nyelonong aja." Jawabannya ketus.
Mata Jilan berkaca-kaca. Sudah dipastikan beberapa menit setelah ini ada suara tangisan.
"Hiks huwaaa Papah~"
Tuh kan bener, apa yang dipikirkan oleh Senja tadi. Senja membuang nafas kasar. Ia merasa gemas sendiri sama Jilan. Udah mau menang sendiri, cengeng lagi. Rasanya Senja ingin menyulik manusia dihadapannya kini sekarang juga.
"Udah ah jangan nangis lagi Ji, gak malu apa di tengah jalan gini lo nangis? Lo 'kan cowok, masa cengeng." Bukannya berhenti menangis, Jilan malah semakin mengeraskan suara tangisnya. Membuat Senja mengusap wajahnya kasar. Jilan ini sungguh membuat ia frustasi. Dasar makhluk sialan.
"Jilan cup-cup udah ya nangisnya, gue ajak ke rumah gue deh. Dirumah gue banyak coklat, mau?"
Seketika Jilan berhenti menangis, dan berganti dengan mata binarnya. "Beneran 'kan?"
Senja mengusak rambut Jilan gemas, lalu mengangguk. Mengiyakan perkataan Jilan. "Ayo naik." Jilan mengangguk, lalu mulai naik ke motor sport Senja. Dan Senja melajukan motornya, menyisir jalanan sore ini.
Hati Senja jadi bimbang sendiri, apakah yang dilakukan olehnya saat ini adalah yang benar. Ia takut...jika Mama-nya akan marah. Namun... bukannya Jilan tidak mengetahui soal Mama nya? Jadi ia rasa aman. Lagi pula dirumah saat jam segini tidak ada orang.
Lamunan Senja buyar, kala suara Jilan menginterupsi telinganya.
"Senja." Panggilnya sedikit berteriak takut Senja tak mendengarnya.
"Hm?"
"Sebelum ke rumah lo, beliin gue martabak manis dulu ya. Gue laper."
Senja tersenyum manis dibalik helm full face nya. Setelahnya ia mengangguk. Tak mungkin ia tak menuruti permintaan adeknya ini. Sungguh, ia juga ingin dianggap sebagai seorang 'kakak' oleh Jilan. Seperti Jevan dan Jean. Namun ia sadar, ia tak sama dengan mereka. Dan Senja sadar akan posisi itu. Bisa berdekatan dengan Jilan seperti sekarang saja, rasanya Senja sudah sangat bahagia.
Tanpa mereka sadari, bahwa dibelakang tak jauh dari motor Senja. Ada sebuah mobil yang mengikutinya diam-diam. Dan orang yang berada didalam mobil itu, mengepalkan kedua tangannya saat melihat Senja dan Jilan nampak sangat dekat.
Mau sejauh apapun mereka di pisahkan, jika takdir menghendaki mereka bertemu. Lantas kita bisa apa?
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya 🤗
Kudus, 2 Maret 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jilan Xavier [Triple J Ft Nct Dream]
Random"Kata papa, Jilan ngga boleh pergi harus tetap bertahan. Tapi semakin Jilan berusaha, Jilan semakin sakit." ~ Jilan Xavier Erlando Luois. "Berjuanglah!. Abang akan selalu ada untuk mu." ~ Jean Xavier Jeammes Luois. "Jilan harus bertahan apapun yang...