👑Jilan Xavier👑 (22)

1.8K 215 18
                                    

Daniel setia menggenggam tangan Jilan yang terasa dingin. Air mata yang Daniel selalu tahan, kini menetes tak terbendung. Putranya tidak berdosa, Jilan terlahir tidak dari kesalahan, melainkan memang takdirnya seperti itu. Daniel menyangkal fakta. Dan mengapa harus putranya yang menanggung dosanya yang tanpa ia sengaja perbuatan bersama Adera, mantan kekasihnya.

Jantung Jilan mengalami kerusakan, peredaran darahnya tersumbat dan menyebabkan gangguan pada katup jantungnya.

"Maafin Papa, Jilan hiks," Daniel terisak. Ini pertama kalinya Daniel menangis terang-terangan diruangan Jilan seperti ini. Biasanya, ia akan menutupi kesedihannya serapat mungkin, dan berusaha tetap tegar.

Suara hujan yang lumayan deras, menjadi alunan bagi Daniel sore ini. Daniel menghapus air matanya, lalu beranjak ke toilet untuk mencuci wajahnya agar lebih segar. Sebelum Jilan terbangun dari tidurnya, dan melihat wajahnya yang habis menangis itu. Daniel tidak mau membuat putra bungsunya itu bersedih.

"Dingin banget ya Pa, cuacanya. Apalagi diluar hujan deras tambah dingin nih hawanya," keluh Jilan sambil menarik tali hoodienya, dan membungkus tubuhnya dengan selimut tebal. Tapi tetap saja Jilan merasa kedinginan.

Daniel segera mengatur suhu ruangan. Lalu meracik teh hangat untuk Jilan.

"Nih dek diminum dulu, biar hangat badannya." Ujarnya sembari membantu meminumnya.

Jilan segera meminum teh hangat manis buatan sang Papa tercinta. Setelahnya mengucapkan terimakasih. Atensi Jilan beralih ke tayangan televisi yang kini menayangkan acara suara hati seorang istri.

"Dasar perempuan gak ada akhlak! masa suami sahabat sendiri di nikahin si, dasar pelakor gak tahu diri!!" maki Jilan yang kelewatan kesal menonton suara hati seorang istri. Yang kebanyakan soal perselingkuhan.

"Dek..." kata Daniel sambil melirik ke arah Jilan.

Bukannya takut, Jilan malah cengengesan, "maaf, Pa. Abisnya ngeselin banget tuh, Pa."

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Dan hujan masih setia turun mengguyur kota. Daniel merapikan selimut Jilan yang kini sudah tertidur setelah meminum obat. Daniel juga mengatur tata letak tangan Jilan, agar infusnya nanti tidak ketarik. Ia menyibak poni Jilan, yang kini sudah panjang, ternyata sudah perlu ia potong. Besok-besok saja jika Jilan sudah keluar dari rumah sakit.

Tak lama kemudian, pintu kamar rawat Jilan terbuka, Jean masuk ke dalam, dengan baju yang sedikit basah. Malam begini Jean baru bisa ke rumah sakit, karena tugas kuliahnya yang memang sangat banyak. Sehingga tidak bisa ia tinggal begitu saja.

"Tadi kalau bisanya ke sini malem gini, mending kamu gak usah ke sini Je, istirahat aja di rumah. Apalagi ini hujan." Nasihat Daniel yang khawatir dengan putra tengahnya.

"Kangen Jilan, Pa," jawabnya lalu ia membawa langkah jenjangnya menuju ranjang pesakit Jilan.

Tangan Jean terjulur mengusap kepala adiknya. Lalu netranya memandang wajah tenang Jilan yang kini tidur, dengan nassal canula yang bertengker apik di bawah hidungnya.

Jilan Xavier [Triple J Ft Nct Dream]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang