"Papa," Bisiknya dengan kepala yang menyembul ke dalam ruang kerja sang papa.
Daniel yang sedang berkutat dengan kertas-kertas pun mencari sumber suara. Sepulang dari London, Daniel sangat disibukkan dengan berbagai macam kerjaan yang harus ia tangani.
"Dek, kenapa disitu? Masuk aja nak." Ucapnya saat melihat sosok kecil diambang pintu. Jilan tersenyum lalu melangkah masuk. Jilan langsung saja naik ke pangkuan Daniel dan memeluk erat papa nya.
Daniel terkekeh dan membalas pelukan putranya. Di usapnya punggung sempit Jilan. "Kenapa hm?"
Bukannya menjawab, Jilan malah mendusel-duselkan wajahnya di dada bidang sang papa. "Kangen Papa." Ucapnya manja.
Daniel menangkup wajah Jilan dengan kedua tangannya, "Kangen Papa? Yakin? Palingan juga cuman kangen uangnya Papa," Ujarnya mennggoda sang putra.
Jilan mengerucutkan bibirnya, "Issh Papa! Jilan beneran kangen Papa!..." Jilan menjeda kalimatnya sejenak, "Sama uang Papa juga sih," Lanjutnya lirih.
Daniel mencubit hidung mancung Jilan gemas. "Dasar anak matre, untung Papa sayang." Jilan hanya terkikik. Menurutnya bisa bersendang gurau dengan sang Papa adalah hal yang terindah di hidup Jilan.
Sore pun tiba. Setelah selesai mandi dan berganti baju, Jilan bersiap mengemasi barang-barang nya yang akan ia bawa ke dalam tas. Dari mulai pakaian renang, dan kacamata renang. Ya! Jilan akan pergi ketempat les berenang nya sore ini. Asal kalian tahu ya, Jilan itu sangat jago di bidang olahraga renang. Ia juga sudah berkali-kali mengikuti lomba berenang.
Daniel dan kedua kakaknya tentu sangat bahagia dengan itu semua. Lagipula, berenang sangat baik untuk kesehatan jantung Jilan.
Jean melangkahkan kakinya menuju kamar Jilan. Untuk memastikan apakah adeknya itu sudah siap.
'Ceklek'
Jilan melihat arah pintunya yang kini sudah terbuka. Disana ada kakaknya sedang berdiri.
"Udah siap?" Tanya Jean.
Jilan mengangguk, "Udah bang, capcus berangkat."
Jean dibuat kagum dengan gerakan lincah adeknya didalam kolam renang. Jilan tampak menguasai semua gerakan berenang dengan mudah. Jean memang suka menemani adeknya itu les berenang. Selain menemani, Jean juga memberi semangat disana.
Jean melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ternyata jam sudah menunjukkan pukul lima. Tak terasa sudah satu jam kegiatan itu terlaksanakan. Dan sebentar lagi, sepertinya Jilan akan selesai.
"Latihan cukup! Saya akui, kamu sangat hebat Jilan! Saya ingin kamu mempertahankannya." Tutur sang pelatih dengan bangga.
Jilan tersenyum lebar, "Terima kasih, saya pasti akan berusaha." Sang pelatih mengangguk, "Kalau begitu saya tinggal. Kamu jangan lupa ganti baju." Lalu meninggalkan Jilan.
Jilan berjalan menghampiri abangnya yang duduk di kursi tunggu.
"Abang." Jean mengambil sebuah handuk kecil dari dalam tas Jilan. Lalu mulai menyelimuti tubuh Jilan.
"Sekarang kamu mandi. Cepetan gih, nanti kamu sakit." Jean mengomel sambil menggiring Jilan kedalam kamar mandi. Jilan menurut saja. Abangnya itu memang sangat cerewet seperti emak-emak rempong. Namun, tak bisa ia pungkiri jika Jilan sangat menyayangi abangnya itu.
°
°
Seperti biasanya, rutinitas keluarga Xavier saat malam hari adalah berkumpul diruang keluarga. Walau tak lama, mereka harus menyempatkan waktu untuk sekedar berkumpul bersama. Meski di keluarga itu tak lengkap, karena tidak ada sosok ibu disana. Namun, mereka tampak bahagia karena adanya sosok ayah.Disana, Jilan terfokus dengan buku-buku mata pelajarannya yang ada PR. Sedangkan Jean, ia terfokus dengan tv yang menayangkan series spiderman favoritnya. Dan Daniel, ia sesekali membantu Jilan membuat PR nya. Jika kalian bertanya dimana Jevans? Jevans baru pulang dari rumah sakit, dan ia masih di kamarnya.
Jevans keluar kamar dengan keadaan yang sudah segar. Sebelum ke bawah, Jevans mengambil selimut dari kamar Jilan, dan membawanya ke bawah.
Jevans menyelimuti tubuh kecil Jilan. Karena cuaca malam ini cukup dingin. Dan adeknya rawan akan itu.
"Makasih kak Jeje." Jevans mengangguk dan mengusak rambut Jilan.
"Papa, yang nomor lima ini gimana?" Sembari menyodorkan bukunya.
"Sebentar dek Papa terima telfon dulu." Balasnya lalu berjalan menjauh.
"Sini dek biar Abang yang ajarin. Gini-gini Abang dulu paling pinter di kelas." Ucap Jean sombong.
"Nggak mau! Terakhir Abang bantuin Jilan bikin PR dan jawaban Abang salah semua." Sarkas Jilan mengundang gelak tawa Jevans dan Daniel yang baru saja kembali. Ada-ada aja mereka ini. Tapi memang benar, jawaban yang diberikan abangnya itu salah semua dan membuat Jilan menahan malu dikelas.
Jilan mendekat ke arah Daniel. Lalu ia duduk di pangkuan sang papa dan memeluk erat.
Daniel heran, seperti ada sesuatu dengan putra bungsunya. "Kenapa dek?" Suara Daniel terdengar begitu lembut di pendengaran Jilan.
"Papa ini nya Jilan nakal lagi." Ucapnya pelan, namun masih bisa di dengar oleh Daniel.
Daniel yang tahu maksud Jilan, merenggangkan pelukannya. "Ke kamar ya?" Jilan mengangguk lemah.
Daniel berpamitan dengan kedua putranya sebelum membawa putra kecilnya ke dalam kamar. Setelahnya ia menggendong Jilan ala koala dan beranjak ke kamar putranya. Karena saat ini putra istimewanya butuh istirahat.
TBC
Jangan lupa vote dan komen 👑 jangan cuman ingin enaknya ya tapi gak mau menghargai. Sedih tahu:(
Nggak sulit kok cukup tekan bintang (⭐) dipojok kiri bawah. Terimakasih.
Ceritanya makin seru atau malah membosankan??
Kudus, 12 Januari 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jilan Xavier [Triple J Ft Nct Dream]
Random"Kata papa, Jilan ngga boleh pergi harus tetap bertahan. Tapi semakin Jilan berusaha, Jilan semakin sakit." ~ Jilan Xavier Erlando Luois. "Berjuanglah!. Abang akan selalu ada untuk mu." ~ Jean Xavier Jeammes Luois. "Jilan harus bertahan apapun yang...