👑Jilan Xavier👑 (21)

2.1K 262 28
                                    

Bibirnya mungkin tersenyum saat melihat pemandangan di depan sana. Namun dalam hati siapa yang akan tahu, jika kini sayatan panjang tercipta di hati Jilan, dan juga sangat dalam. Di depan sana, tepatnya di meja ujung ada keluarga kecil yang sedang merayakan hari ulang tahun sang anak tercinta. Di ujung sana, ada abangnya Senja yang sedang merayakan ulang tahun bersama kedua orang tuanya. Ada Adera juga disana, mama-nya disana merekahkan senyuman yang paling manis dan tulus.

"Mama cantik banget kalau senyum gitu," gumamnya.

Adera mengalihkan tatapannya saat merasa ada yang memperhatikan dirinya dari kejauhan. Lantas Adera menoleh ke arah nalurinya. Dan benar saja, disana ada sosok anak remaja laki-laki yang sedang tersenyum ke arahnya. Dengan cepat Adera memberikan kilatan tajam kepada anak itu.

Jilan yang ditatap seperti itu pun segera mengalihkan pandangannya, dan berlalu pergi.

"Ke toilet kok lama banget sih dek, kamu gapapa kan?" tanya Daniel saat Jilan kembali ke meja.

"Jilan gak papa kok Pah, tadi antri rame toiletnya." Alibi Jilan.

"Ayo makan dek, keburu dingin makanannya.

Sore ini, Jilan di ajak makan berdua saja dengan Daniel. Daniel ingin memberikan waktu luangnya untuk putra bungsunya. Bukannya tak mau mengajak kedua putranya yang lain, hanya saja kedua putranya itu sedang sibuk-sibuknya. Jadi tak ada waktu untuk Jilan juga. Maka dari itu dirinya lah yang harus memperhatikan satu persatu dari putranya.

Jilan duduk di kursi depan Daniel. Lalu mulai menyantap hidangan yang tadi ia pesan. Jilan memakannya dengan selera makan yang menurun, tidak seperti saat tadi, saat memesan hidangan itu. Karena melihat kejadian tadi.

"Jangan lupa di minum obatnya dek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jangan lupa di minum obatnya dek." Jevans tak pernah bosan mengingatkan Jilan soal minum obat. Kini ia sendiri yang mengambilkan obat Jilan dan menunggui anak itu meminum obatnya. Jilan menurut tanpa protes. Ia baru tidak mood untuk membangkang. Setelah selesai meminum semua obatnya, Jilan berpamitan kepada kakak sulungnya pergi ke kamar untuk istirahat.

Jilan berjalan menuju tempat tidur, lalu duduk di ujungnya. Banyak pikiran yang kini berkecamuk di dalam kepalanya. Dan semua itu membuat kepalanya terasa sakit saat saja.

"Perasaan gua walaupun terlahir sebagai anak haram, muka gua nggak jelek-jelek amat. Kenapa Mama se malu dan benci itu buat ngakuin Jilan." Katanya pelan.

Pagi buta, Jilan sudah membuat semua orang khawatir dan panik. Tadi, saat pukul 5 pagi, Daniel berencana untuk membangunkan Jilan untuk menunaikan ibadah sholat subuh. Namun saat masuk ke dalam kamar Jilan, Daniel tak menemukan Jilan yang berada di atas tempat tidur. Melainkan berada di dalam kamar mandi, dengan keadaan yang sangat memperihatinkan, yaitu bersimpuh di atas dinginnya lantai kamar mandi, dengan tubuh yang basah dan juga terlihat sangat lemas.

Dengan gerakan cepat, Daniel membopong putranya, dan ia tidurkan di atas tempat tidur. Dan mengganti baju Jilan yang basah dengan piama tidur yang panjang. Karena saat ini, tubuh Jilan sangatlah panas sekali. Daniel segera memanggil Jevans, agar putra sulungnya itu segera memberikan pertolongan kepada Jilan.

"Kak...dinginn," Jilan bergumam, berniat mengadu.

"Sabar ya, ini kakak udah kasih adek obat lewat infus biar demam kamu cepet turun," jawab Jevans.

Jilan memejamkan matanya kala rasa kantuk sudah mulai menyerang dirinya. Dan terbuai ke dalam alam mimpi.

Sore harinya, keadaan Jilan tak kunjung membaik, seharian Jilan tidak bisa kemasukan makanan apapun, seharian Jilan muntah terus menerus jika terisi barang makanan sedikitpun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore harinya, keadaan Jilan tak kunjung membaik, seharian Jilan tidak bisa kemasukan makanan apapun, seharian Jilan muntah terus menerus jika terisi barang makanan sedikitpun. Membuat Daniel semakin bingung sendiri. Jilan juga mengatakan jika dadanya terasa sangat berat dan sakit. Daniel sudah mencoba membawa Jilan ke rumah sakit, tapi anak itu menolaknya dengan keras.

"Pah..." panggil Jilan pelan, sangat pelan hingga Daniel nyaris tak mendengarnya.

"Iya hm?" jawab Daniel lembut.

"Capek..." Jilan menjawab dengan mata terbuka tertutup gitu terus. Memang terlihat sebegitu capeknya seorang Jilan.

Daniel menggenggam tangan Jilan, sungguh ia tak tega melihat keadaan putranya seperti ini. Wajah yang sudah sangat pucat seperti mayat.

"Adek gak boleh capek ya, ada Papa yang sedang berjuang buat Jilan, kesayangan semua orang."

"Mau jadi kesayangan Mama juga Pa..."

Detik setelah mengatakan kalimat yang sangat panjang bagi Jilan saat ini. Karena keadaan yang sedang berperang dengan udara. Tubuh Jilan kejang hebat.

TBC

Hallo semuanya Jilan up nih, kasih vote serta komen sebanyak-banyaknya ya!!

Kudus, 6 Maret 2023



Jilan Xavier [Triple J Ft Nct Dream]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang