Sudah hampir satu minggu Jilan istirahat di rumah, mendekam di rumah megahnya ini. Dan pagi ini, Jilan baru di perbolehkan kembali ke sekolah lagi. Dengan syarat, Jilan tidak boleh kecapekan sedikit pun, dan juga tidak boleh ikut ekskul apapun di sekolahnya. Jilan sempat protes kepada Daniel, kenapa ia di perlakukan sampai seperti ini. Dirinya merasa sangat terkekang. Namun apalah daya, kondisinya semakin memburuk, dan papa nya tidak mau mengambil resiko. Jilan juga mau tidak mau harus menurut, dari pada homeschooling.
Jevans dan Jean keluar kamar barengan. Sudah rapi dengan style mereka masing-masing. Jevans dengan jas berwarna biru muda lengan panjang, yang di gulung sampai siku. Sedangkan Jean, memakai style anak kuliahan kekinian. Simpel tapi elegan.
Mereka berjalan menuju ruang makan barengan. Lalu Jevans memerintahkan Jean, adik pertamanya itu untuk pergi ke kamar Jilan, si bungsu. Untuk mengajak ke ruang makan untuk sarapan. Jean menurut.
"Pagi Jiji, udah mandi belum lu Cil?"
Jilan yang lagi bercermin mendengus kesal. Apa-apaan kakaknya ini, udah cakep gini masih di tanya.
"Abang Jean buta ya?!" jawabnya ketus, sambil melirik sinis Jean.
"Ya maaf, udah ayok keluar sarapan dek. Udah ditungguin Kak Jeje noh disana."
"Papa kemana bang?" tanyanya yang kini sudah berjalan keluar bersama Jean.
"Papa tadi udah berangkat pagi banget untuk nemuin klien pentingnya." Jilan mengangguk. Papanya sekarang sangat sibuk, mungkin lagi ngumpulin biaya untuk dirinya yang penyakitan ini. Hahahaha.
Sesampainya di sana, Jilan duduk. Jevans segera mengambilkan makanan untuk adeknya, dengan lauk sehat adiknya. Dan memberikannya ke Jilan.
"Makasih kak," memberikan senyuman puppy eyes nya.
"Iyah."
Jilan mendesah karena bosan. Sudah hampir tiga jam pelajaran sejarah kini terlaksanakan, membuatnya mati kebosanan. Banyak siswa-siswi yang bergantian izin ke toilet hanya untuk menghirup udara segar. Karena mendengar ceramah soal sejarah-sejarah membuat mereka bosan dan mengantuk. Begitu juga yang dirasakan oleh Jilan.
"Le nanti sepulang sekolah main mau?!" tanya Jisung disela mendengarkan pelajaran.
"Gak bisa Ji, gua harus kerja." Balasnya dengan berbisik.
Jilan mengerucutkan bibirnya sebal. Ia tidak punya teman lagi selain Chenle, dan sekarang temannya itu sibuk bekerja. Gini nih, kalau punya sifat introvert, sulit bersosial. Malas juga sih.
Sepulang dari sekolah, Jilan di jemput oleh Senja, abang ke duanya. Senja yang meminta izin kepada Daniel, untuk mengajak Jilan jalan-jalan sekedar menjajakan Jilan makanan sehat. Daniel mengizinkan dengan satu syarat jangan kelamaan dan jangan sampai Jilan kecapekan. Dengan senang hati Senja menyanggupi. Ia sudah rindu adik satu-satunya ini.
"Capek gak? mau langsung pulang aja?" tanya Senja saat melihat Jilan masuk ke dalam mobil, dan menghembuskan nafas lelah.
Jilan menoleh ke arah Senja. "Padahal tadi di sekolah Jilan gak ngapa-ngapain, tapi kok rasanya capek banget ya bang," keluhnya menyenderkan kepalanya ke belakang.
Senja menatap Jilan sendu. Kasihan adiknya ini. Tangannya terulur mengusap rambut Jilan yang lepek. "Gapapa kalau mau pulang, mainnya kapan-kapan aja. Istirahat dirumah ya."
"Maaf..." Jilan sangat merasa bersalah kepada Senja. Ia tahu tujuan abangnya menjemput dirinya yaitu ingin mengajaknya jalan-jalan. Namun apalah daya, dirinya yang lemah dan penyakitan ini.
"Nggak papa, yaudah tidur gih, kita pulang sekarang." Jilan tak menyahut, ia memejamkan matanya, dan menyelami dunia mimpinya.
Di dalam ruangan dengan pencahayaan yang temaram, kini Jilan mengayunkan bolpoin di atas kertas. Merangkai aksara yang tidak dapat ia suarakan.
Hai Mama...
Seperti biasanya, Jilan akan nyapa Mama di lembaran kertas buku ini. Ma... sekarang Jilan udah tahu wajah Mama seperti apa, benar dugaan Jilan ya Ma. Mama cantikkkkkk banget. Jadi pengen peluk Mama deh hehehe:) tapi Mama gak mau Jilan peluk:(
Setelah selesai menulis, Jilan menutup bukunya, dan merapikan alat tulisnya kembali. Setelahnya, ia berjalan ke tempat tidur.
Saat hendak berjalan ke arah tempat tidur, tiba-tiba saja jantung Jilan merasa sangat sakit. Dengan refleks Jilan meremas dadanya sediri sebelah kiri. Sepertinya organ segenggam tangan yang berada didalam sana sedang mengamuk, dan menyentak-nyentak. Jilan menunduk dan membungkuk, rasanya sakit sekali Tuhan.
"Gini amat dah jadi anak haram, kena karma." Ucapnya pelan. Rasanya sakit sekali.
Sekitar lima menit, akhirnya rasa sakit itu sedikit menghilang. Jilan kembali melangkah dengan pelan. Lalu duduk di tepi ranjang, dan mengambil tabung obat yang ada di nakas. Jilan menelan satu butir di bantu dengan air. Setelahnya, ia membaringkan tubuhnya dan menyelimuti seluruh tubuhnya hingga dada.
"Jantung...gue mohon bertahan ya, sampai Jilan dapat maaf dari Mama, karena lahirnya Jilan di dunia," katanya terakhir sebelum efek obat membuat matanya memberat. Dan akhirnya jatuh di alam mimpi.
TBC
Seneng banget akhirnya bisa update Jilan setelah sekian purnama hehehe.
Jangan lupa vote dan komen ya, biar Jilan nya juga semangat. Bye² see you next time.
Kudus, 9 Januari 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jilan Xavier [Triple J Ft Nct Dream]
Random"Kata papa, Jilan ngga boleh pergi harus tetap bertahan. Tapi semakin Jilan berusaha, Jilan semakin sakit." ~ Jilan Xavier Erlando Luois. "Berjuanglah!. Abang akan selalu ada untuk mu." ~ Jean Xavier Jeammes Luois. "Jilan harus bertahan apapun yang...