Langit yang biasanya cerah di jam pulang sekolah kini di penuhi oleh awan hitam. Jilan menunggu jemputan di depan sekolah, berdiri di samping pos satpam. Sudah sekitar 15 menit yang lalu jam pulang sekolah, namun tak kunjung ada yang menjemputnya.
"Hai Jilan, lagi nungguin jemputan ya?" tanya seseorang yang baru datang, dan berdiri di samping Jilan.
Jilan menggerakkan kepalanya ke samping, "Keenan? ah iya nunggu kakak gue jemput nih." Jawab Jilan ramah terhadap lawan bicaranya.
Keenan adalah siswa pindahan yang baru seminggu lalu bersekolah di sini. Dan Keenan merupakan sosok yang ramah, jadi tidak begitu sulit untuk dirinya bergaul. Ia juga tidak begitu introvert, seperti Jilan.
"Lo sendiri?" tanya Jilan.
"Sama...eh sini ayo neduh, hujan," jawab Keenan, namun saat hujan tiba-tiba turun dengan deras, ia menarik tangan Jilan dan membawanya ke dalam pos satpam. Untuk meneduh, dari hujan. Jilan yang main di tarik aja tangannya, ya ngikut aja tuh badan.
Setelah kejadian tadi, mereka sama-sama diam. Tidak ada yang memulai berbicara kembali, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Jilan mengusap-usap lengannya, memeluk tubuhnya sendiri kala hawa dingin langsung menembus permukaan kulitnya. Jilan mendesah, tubuhnya kini kedinginan, apalagi saat ini ia tidak memakai jaket. Hanya seragam putih berlengan pendek. Jilan meringis kala orang dalam tubuhnya yang segenggam tangan itu berdenyut menimbulkan sensasi sakit.
Jilan menggigit bibirnya, berusaha tidak mengerang kesakitan. Tempatnya kini tidak pas, ada Keenan disini. Ia tidak mau merepotkan. Tapi tubuhnya saat ini tidak bisa diajak kompromi, tubuhnya luruh begitu saja. Tangannya mencengkram erat dadanya, sumber rasa sakitnya.
Keenan hanya diam saja, bingung juga mau mengajak Jilan mengobrol. Karena mereka tidak dekat. Namun, saat tubuh Jilan luruh, Keenan terkejut, dan langsung mendekati tubuh Jilan yang meringkuk di atas dinginnya lantai.
"Jilan obat lo dimana?" tanya Keenan to the points, karena Keenan tahu Jilan kesakitan gini bukan sakit biasa.
Pandangannya terasa berputar, tubuhnya menggigil dan belum juga ia berusaha meraup udara agar masuk ke dalam paru-parunya. Mulutnya terbuka.
"Jilan jawab gue!"
"Ha...bis," ucapnya seperti berbisik.
Keenan mengacak rambutnya, ia bingung harus gimana saat ini. Masalahnya Jilan tidak punya obatnya, dan kini keadaan hujan, jadi ia tidak bisa membawa Jilan ke rumah sakit.
"Ji tenang, ambil nafas pelan-pelan, ikutin gua!" Keenan berusaha tenang untuk membantu temannya yang kini sekarat. Wajah Jilan memerah, membuat Keenan bertambah panik.
Jilan berusaha mengikuti instruksi dari Keenan. Dirinya juga berusaha untuk tenang, namun tetap saja organ sekepal tangan yang berada didalam seperti ingin loncat ke luar.
"Sa...kit," katanya lirih tersendat-sendat.
Tak lama kemudian, terdengar suara mobil berhenti di depan pos satpam. Keluarlah seorang remaja laki-laki yang langsung berlari menghampiri mereka berdua.
"Astaghfirullah Jilan!" pekiknya terkejut melihat kondisi adeknya.
"Kak tolongin temen saya, dia kesakitan kak," ujar Keenan kepada sosok itu.
Sosok itu mengangguk, lalu membopong tubuh kurus Jilan. Dan langsung ia bawa ke mobil. Keenan juga ikut serta.
"Tahan bentar dek, kita ke rumah sakit sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jilan Xavier [Triple J Ft Nct Dream]
Random"Kata papa, Jilan ngga boleh pergi harus tetap bertahan. Tapi semakin Jilan berusaha, Jilan semakin sakit." ~ Jilan Xavier Erlando Luois. "Berjuanglah!. Abang akan selalu ada untuk mu." ~ Jean Xavier Jeammes Luois. "Jilan harus bertahan apapun yang...