bab_01

644 15 0
                                    

Phonsel berdering memenuhi ruangan. Di situ Zi yang masih bergulat dengan selimut menggeliat dengan mata yang masih terpejam, meraba" sekitaran meja mencari ponselnya.

"Halo .. ?" dengan suara khas bangun tidurnya yang ogah"an karena sungguh mengganggu mimpinya yang indah.

Tapi seketika dia terduduk dan matanya terbuka lebar saat suara di sebrang telpon memberikan kabar bagus, bagaimana tidak setelah sebulan lebih dia melamar pekerjaan di beberapa tempat. akhirnya ada juga yang memanggilnya untuk tes wawancara.

Dengan bergegas Zi mandi kilat dan berdandan seanggun mungkin, dia tidak mau acara wawancara kali ini gagal lagi, dia terus meyakinkan diri sendiri.

"Apapun yang terjadi aku haru dapat pekerjaan ini.... Harus..!!

Dengan niat dan semangat yang menggebu" Zi berjalan ke halte bus menuju kantor, perjalanannya pun lancar, sepertinya ini memang hari keberuntunganya.

Sesampainya di kantor.

"Ada yang bisa di bantu nona..?" Salah satu Staf kantor bertanya padanya,

" Oh iya.. saya zayna maharani yang akan melakukan wawancara hari ini.." dengan senyum manisnya Zi menjawab... Saking manisnya sampai staf itupun sedikit ngeri melihatnya.

" oh ibu maharani, panggil saya bu Megan..khusus untuk ibu, nanti akan di wawancara langsung sama CEO perusahaan.. anda sudah di tunggu di ruangan, mari ikut saya."

Zi ikut berjalan di belakang bu megan dengan sedikit bertanya".

" Kok sepertinya ada yang janggal..?" Batin Zi... Tapi Zi buang jauh" pikirannya itu, teringat betapa susahnya mencari pekerjaan, dia harus berfikir positif.

" Ini ruangannya bu maharani..."

"Tolong panggil saya Zi saja,. "

"Ok Zi.. ini ruangannya, silahkan masuk.. bapak sudah ada di dalam, semoga sukses."

Zi membalasnya dengan senyum, ternyata megan orangnya baik tidak seperti penampilannya,

Zi ketok pintu ruangan, dengan pelan dia berjalan masuk.. memang benar di sana sudah ada seseorang, tentu saja dia sudah tau siapa itu, CEO "Sebastian Fahreza" nama itu yang terpampang di atas mejanya.

" Selamat pagi pak, saya Zayna Maharani yang akan wawancara hari ini..." Tanpa melihat orangnya, Zi memperkenalkan diri.. yang penting tau namanya "pikirnya".

"Silahkan duduk"... setelah beberapa detik hening, akhirnya Suara bariton itu akhrinya mempersilahkanya duduk..

Zi duduk dengan tegap, saat itulah Zi melihat wajah bosnya, dengan seksama Zi melihatnya "seperti tidak asing" pikirnya, tapi dengan cepat dia menggelengkan kepalanya.

"Belum mulaipun kau sudah merasa pusing..? " Suara itu membuatnya semakin sadar dengan apa yang sebenarnya dia lakukan.. bisa"nya dia berfikir mengenal orang ini.

" Maaf pak.. " hanya kata itu yang terlintas di otaknya saat ini.

Melihat Zi yang kelihatan gugup membuat Eza tersenyum tipis, "lucu " pikirnya.

"Baik, mari kita mulai wawancaranya,. Apa statusmu saat ini..?"

" Saya pengangguran pak" dengan spontan dia menjawab,

Dengan menahan gemas Eza bembenarkan pertanyaannya. "Maksud saya status hubungan anda nona.! di cv tidak tertera."

"Apakah perusahaan ini wajib tau status hubungan juga pak.?" Dengan kepala di telengkan ,Zi menjawab pertanyaan bosnya yang menurutnya agak aneh.

"Apa tidak bisa anda jawab saja nona.?" Eza tidak tau kalau wanita di depannya ini menjadi begitu menyebalkan,

"Saya single pak." Dengan kepala menunduk, sungguh bosnya ini kenapa jadi menyeramkan.

"Bagus..! anda di terima. Mulai Besok anda akan bekerja sebagai asisten pribadi saya jangan sampai terlambat."

Zi benar" tidak tau kalo wawancara di perusahaan akan semudah ini . Zi kira akan ada pertanyaan" yang lebih sulit. Masa iya cuma tanya status hubungan doang. Kalo cuma itu, kang cuci piring juga bisa kali.
Dengan wajahnya yang masih cengo dan mulutnya yang masih mlompong, Zi berfikir keras, apa sudah benar dia bekerja di kantor ini.? Kenapa rasa"nya ada yang janggal.?

"Bagaimana nona,? Bisa tanda tangan kontrak sekarang.? Suara bosnya membuyarkan pikirannya.

"Ah, iya." Masa bodoh, yang penting kerja dapat cuan, hehehe. Dengan cepat Zi menandatangani kontrak.

"Akhirnya.!" Eza tanpa sadar berucap.

"Ya.?" Zi mendengarnya jadi semakin curiga.

"Ah, akhirnya saya dapat asisten, kau tau betapa merepotkannya seorang bos tanpa asisten.?"

"Ah... Iya." Iyain aja biar cepat. Bosnya ini ternyata narsis juga.

Sampai jumpa lagi di bab selanjutnya... See you😊😊

chased by loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang