"Mau bapak apa sih.?!" Tekan Zi masih di pangkuan Eza, jujur saja posisinya itu membuatnya risih. Sebab selama ini Zi tidak pernah seintim itu dengan laki laki.
"Tentu saja menikahimu." Jawab Eza santai.
"Bapak benar benar gila ya. Bapak tidak pernah memikirkan perasaan saya gimana.? Bapak egois, tau tidak.!!"
"Saya tau. Dan saya tidak perduli." Jawab Eza seenaknya.
"Kamu sangat kekanak kanakan ya Za. Ah iya . Aku lupa kalau kamu memang masih anak anak." Ucap Zi yang sudah hilang kesabaran kini sudah tidak bicara formal lagi.
Kata kata itu membuat Eza tersinggung. Sebab walaupun dia lebih muda dua tahun dari Zayna, dia bukan anak anak lagi. Dia pria matang dan siap menikah.
Tanpa Eza sadari tangan yang tadinya memeluk Zi dengan erat sudah melonggar membuat kesempatan Zi berdiri dan kabur keluar tanpa kata apapun.
Zi tidak mood lagi memutuskan untuk pulang tanpa izin. Masa bodoh kalau gajinya di potong. Zi benar benar sudah tidak peduli lagi.
.
.
.
Sepulang dari kantor Zi langsung tidur. Hingga hari mulai gelap, Zi baru terbangun dari tidurnya.
"Lama juga tidurku."
.
Setelah mandi, Zi keluar makan malam bersama keluarga. Setelah selesai, Zi sekeluarga bersantai di depan tv.
"Zi ,Tadi ayah dapat telpon dari om Tian. Dia menanyakan kapan bisa makan malam bersama.
Ayah boleh tau apa rencana kamu soal lamaran Eza kemarin .?"Zi yang saat itu sedang asik ngemil terhenti oleh ucapan ayah.
Reflek dia melirik mamanya yang ternyata sedang melotot kepadanya.Seketika Zi menunduk.
"Kalau misalkan ada yang melamar Zi selain Eza.." Belum sempat melanjutkan ucapannya. Mama Zi semakin melotot saja.
Mama Zi memang sudah sangat cocok sama Eza. Selain melihat dari diri Eza yang tulus . Sebab yang lain, karena sudah mengenal keluarga satu sama lain. Dengan begitu Mama Zi akan tenang melepas anak perempuannya.
"Jadi kamu mau ngingkari janji kamu sendiri Zi.?" Ucap mama dengan nada kecewa.
"Enggak ma.! Zi hanya merasa hal ini begitu tiba tiba.
Zi minta maaf ya maa.. Zi nggak akan menelan ludah Zi sendiri. Hanya saja, Zi butuh waktu.""Maafkan mama juga ya Zi. Karena mama begitu memaksa kamu. Mama hanya ingin kamu mendapatkan suami yang baik, yang bisa membahagiakanmu. Dan itu bisa mama lihat dalam diri Eza. Mama yakin dia akan jadi suami yang bertanggung jawab."
Sambil memeluk mamanya Zi hanya mengangguk. Mungkin memang benar yang di katakan mamanya.
Tapi kalau membayangkan dia menikah bersama bosnya itu. Entah kenapa jadi bergidik ngeri. Dia tidak akan di katai pedofil kan.?
.
Zi duduk di teras sendiri sambil melihat bintang yang bisa di hitung jari itu.. sepertinya malam ini akan turun hujan.
" Boleh ayah bergabung.?"
"Eh. Ayah, duduklah.." ucap Zi senyum
"emm.. ayah hanya mau bilang, apapun keputusan Zi. Ayah akan dukung.
Saran ayah, Lebihlah mengikuti kata hati dari pada logika. Hem..." Sambil mengelus rambut Zi lembut."Terimakasih ayah." Balas Zi manja.
"Baiklah. Sudah malam, ayo kita masuk.!"
Setelah itu ayah berdiri bersiap untuk masuk.
"Ayah...!" Sang ayah menoleh. menanti ucapan Zi.
"Ayah bisa bilang sama om Tian . Kapan saja Zi siap makan malam bersama." Ucap Zi yakin.
Ayah tersenyum dan mengangguk. Sepertinya sudah saatnya dia harus siap melepas anak perempuan kesayangannya ini.
Zi memutuskan membuka hati untuk Eza. Walau sulit tapi Zi harus mencoba. Tapi gimana kalau dia tidak bisa juga. Hah.. yang penting di sudah mencoba kan.?
.
.
.
Hari hari berlanjut dengan Eza yang rutin mengantar jemput Zayna. Setelah dia berniat membuka hati pada Eza. Dia mencoba menerima semua perlakuan Eza tanpa menolak.. walau hatinya terkadang enggan namun ada kalanya juga sesaat berdebar, Eh .
Bagaimanapun Zi tidak pernah berhubungan intim dengan laki laki. Paling intim hanya gandengan tangan aja dulu dengan pacarnya.
Kalau di ingat ingat . hubungannya dengan kedua mantannya tidak lebih dari dua bulan saja. Mungkin benar kata pepatah yang bilang, Mulutmu harimaumu.Sedangkan bersama Eza, dia selalu mendapat perlakuan yang asing yang belum ia dapat dari siapapun kecuali ayahnya. Mulai memeluk, merangkul , kadang juga mencium pucuk kepalanya. Jadi wajar saja kalau Zi berdebar akan hal hal baru itu kan.?
Seperti sekarang ini. Zi berjalan menuju ruangan kantor dengan tangan yang tidak lepas dari genggaman Eza. Bahkan saat menaiki lift, Eza tidak segan merangkulnya. Zi yang di perlakukan seperti itu hanya pasrah. Salah dia sendiri nerima lamaran anak kecil.
Waktu itu dia bilang akan menerima lamaran Eza dengan syarat Eza bisa membuatnya jatuh cinta. Dan kedua keluarga juga sudah setuju. Bagaimanapun hubungan itu, anaknya lah yang menjalani.
Saat itu juga dengan hati berbunga, Eza mengumumkan di kantor, bahwa Zayna dan dia sudah berpacaran.
Sungguh saat itu Zi rasanya pengen pulang saja."Nanti makan bersama di ruanganku ya Zi.? Kita makan bekal yang kamu bawa bersama." Setelah mengatakan itu dan mengecup pucuk kepala Zi. Eza nyelonong begitu saja ke ruangannya, tanpa menunggu jawaban dari Zi.
Sedang kan Zi hanya bisa bengong. Dia kan hanya bawa satu bekal.! Mana kenyang di makan berdua.?! Rasanya Zi pengen nangis aja.
.
Sudah tiba jam istirahat. Zi kini duduk berdua dengan Eza di ruangan Eza.
Eza terpaku dengan apa yang dia lihat di hadapannya. Di atas meja sudah ada berbagai jenis makanan. Dan biang keladi dari semua ini masih bisa nyengir tanpa merasa bersalah."Kau yakin bisa menghabiskan semua ini.?"
" Tentu saja." Ucap Zi yakin.
Yah. Zi yang tadi merasa tidak akan kenyang makan satu bekal bersama, dengan cepat meraih ponselnya dan memencet salah satu aplikasi untuk delivery. Dan jadilah sekarang ini. Berbagai makanan menggiurkan terhidang di depan mata.
Tanpa menunggu aba aba dari Eza. Zi mulai makan, karena memang dia sudah lapar . Dia tidak perduli dengan bosnya yang menatapnya dengan takjub.
Eza yang di cuekin merasa tidak terima. Dengan manyun dia bersedekap melihat Zi makan. Wanitanya ini benar benar tidak peka.
"Kamu tidak makan.?"
Ucap Zi tanpa dosa. Sedang yang di tanya makin manyun saja.Zi menghentikan makannya. Kenapa lagi dengan anak ini,? Bukannya tadi dia yang minta makan bersama.?
Zi menyodorkan salah satu makanan di sana. Dengan garpu, Zi mengintrupsi supaya bosnya ini buka mulut.
Menahan senyum yang hampir merekah. Dengan perasaan senang, Eza membuka mulut."Dasar anak kecil." Ucap Zi lirih, tapi masi terdengar oleh Eza
Seketika perasaan senang yang beberapa saat lalu ia rasakan, menguap entah kemana. Kini Mukanya semakin kusut saja.
Zi yang merasa ada yang aneh. Melihat kearah Eza.
Apalagi yang salah, Kenapa bosnya ini semakin manyun saja.?See you next chapt...🙃

KAMU SEDANG MEMBACA
chased by love
Storie breviZayna maharani, yang biasa orang memanggilnya Zi, tidak menyangka ucapan asalnya di masa lalu akan berakibat fatal untuk masa depannya. Sebastian Fahreza, orang terdekatnya biasa memanggilnya Eza, seorang CEO salah satu perusahaan ternama di kota...