Bab_05

243 10 0
                                        

Flashback
"Hanan tunggu aku.!"
Pulang sekolah . Eza yang tertinggal di belakang tidak mampu mengejar temannya Hanan yang lari entah kenapa. Karena badannya yang gembul membuat dia kesusahan berlari.

"Hah...  Aku sudah tidak bisa lari lagi." Ucap Eza ngos ngos'an.

Sambil menunggu papanya jemput . Eza menunggu di depan gerbang sekolah . Biasanya Hanan akan pulang bersama dengannya. Tapi hari ini tidak tau kenapa Hanan pulang sendiri tanpa alasan.

"Heh. Gendut ngapain di situ.? Mana teman pelindungmu itu. Bosen ya temenan sama anak gendut kayak kamu. Haha.."

Segerombolan teman sekelas Eza mengolok olok. Memang Eza hampir tiap hari jadi bahan bully mereka. Tapi biasanya ada Hanan yang selalu membela Eza. Hingga teman temannya itu tidak berani lagi. Tapi karena Hanan kali ini tidak ada di samping Eza. Maka jadi kesempatan anak anak nakal itu melampiaskan kekesalannya.

Eza yang saat itu penakut hanya diam. saat anak anak nakal itu mendorongnya hingga jatuh . Dia Tidak menangis, tapi dia tidak berani melawan. Hal itulah yang membuat teman teman nakalnya jadi semena mena.

"Aduh.. jatuh ya.? Dasar lemah. Sudah gendut lemah lagi.. gak pantas memang jadi cowok .! Kenapa nggak jadi cewek aja.! Hahaha."

Teman teman nakalnya itu terus meledek Eza seperti tidak ada puasnya.

"Bu ada perundungan...!!"
Seorang gadis yang kebetulan lewat. teriak dengan kencang hingga anak anak nakal itu lari.

"Dasar pecundang. Beraninya kryokan." Dumel anak perempuan itu sambil menolong Eza berdiri.

"Kamu nggak papa kan.?" Sedang yang di tanya hanya bengong tidak menjawab.

"Za.. kamu tidak apa kan.?" Tanya gadis itu sekali lagi.

"E,enggak papa kak." Jawab Eza gugup.

"Kak Zi temenin deh sampai papa jemput." Balas Zi dengan senyuman.

Seketika Eza tertegun di buatnya. "Manis." Tanpa sengaja kata itu keluar dari mulutnya.

Bukan tersipu justru semakin gemas Zi di buatnya. Bagaimanapun Eza ini seusia adiknya Hanan. Masih kecil sudah bisa gombal. "Lucu" pikirnya

Memang awalnya Zi dan Eza tidak dekat. Sebab Eza yang saat itu masih duduk di kelas 6 SD masih sangat pemalu dan Zi yang beranjak remaja juga sedang asik dengan dunianya sendiri. Tapi karena kejadian ini, entah kenapa membuat Eza berdebar. Di usianya yang masih kecil, tidak mungkinkan dia sudah merasakan jatuh cinta . Tapi kenapa dia berdebar.?

"Jadi cowok itu harus berani.. biar tidak ada lagi yang semena mena . Dan kita harus bisa mengambil hikmah dari apa yang kita alami Za."
Ucap Zi lembut .

"Misalnya kayak yang tadi. Teman teman Eza ngatain Eza gendut.? Jadi gimana caranya supaya teman teman Eza nggak ngatain Eza gendut lagi.?"

"Eza harus merubah gaya hidup Eza. Walau sekarang mungkin Eza belum nengerti . Tapi suatu saat. Kakak harap, Eza ingat kata kata kakak.
Jadilah laki laki yang kuat, yang buat orang orang di sekitar Eza tidak ada alasan lagi menghina Eza. Paham." Lanjut Zi menghibur Eza  .
Yang di balas anggukan oleh Eza.

" Pintar..." Ucap Zi sambil mengelus pucuk rambut Eza.

Tak lama setelah itu jemputan Eza datang. Dan karena rumah mereka dekat, papa Eza memberi tumpangan untuk Zi.

.

Setiap hari Eza datang karumah Hanan. Dan berharap bisa ketemu kak Zi .walau hanya melihat ,tanpa ngobrol pun Eza sudah senang. Memang keluarga mereka sudah menganggap Eza anggota keluarganya, dan begitu pula sebaliknya. Betapa harmonisnya mereka bertetangga .sungguh tidak ada di antara mereka yang iri satu sama lain. Tidak seperti tetangga tetangga yang lain.

.

Suatu hari, papa Eza mendengar kabar perundungan itu dan kebetulan dia harus mengelola perusahaannya di luar negri. Hingga memutuskan untuk pindah tempat keluar negri. Saat itu Eza benar benar tidak mau pindah. Eza yang di bully seperti apapun tidak menangis. Kini dia menangis tersedu sedu ketika papanya mengemas barang .

Berkali kali papa mama Eza membujuknya tapi tetap tidak mempan. Eza mengurung diri di kamar tidak mau keluar.
Papa mama Eza bingung harus bagaimana .cara apa lagi membujuk Eza supaya mengerti. Sampai minta tolong Hanan bicara dengannya tapi tetap tidak merubah apapun.

Sampai saat kabar itu terdengar di telinga Zi. Akhirnya Zi turut coba membantu.

"Saya boleh coba bicara sama Eza om.?

"Oh tentu boleh sayang.. dia ada di kamar. Langsung masuk aja nggak papa."

Zi masuk pelan ke kamar Eza. Dia melihat Eza duduk meringkuk di samping kasur.

"Za... Ucap Zi pelan.
Dengan perlahan Eza melihat Zi semakin mendekat.

"Kakak boleh tau,Kenapa Eza nggak mau ikut keluar negri.?" Tanya Zi duduk di samping Eza.

"Emmm .. karena kemungkinan Eza gak balik lagi kak.

" Siapa bilang Eza nggak bisa balik lagi.?"

"Papa sendiri yang bilang akan menetap di sana kak.!"

" Hem.. kalau Eza belajar dengan tekun dan kelak bisa jadi orang sukses. banyak uang. Eza bisa kapan saja balik ke sini kan."

Sesaat Eza berbinar mendengar itu. " Benar juga". Tapi sejenak dia termenung kembali.

" Tapi ... M,mungkin saat Eza kembali, kakak sudah jadi istri orang. Dan Eza nggak mau itu ."

Zi menganga mendengar itu..

"E,eza suka sama kakak. Eza mau kelak kakak nikahnya sama Eza." Lanjut Eza polos.

Sesaat Zi tertegun.. bocah 11 tahun ini sudah memikirkan pernikahan.? Sedangkan dia, boro boro nikah. Pacaran aja belum mikir.
Ah iya. Namanya anak anak. Pikir Zi.

"Gimana kalau kakak nungguin Eza pulang. Kakak nggak akan nikah sebelum Eza pulang."

"Kakak janji.?"

"Hem. Kakak janji."

"Kakak bakalan nikah sama Eza kalau Eza pulang.?

"Boleh.! Asal Eza saat pulang nanti sudah jadi pria tampan dan sukses."

"Ok. Eza mau pindah kalau gitu."! Dengan bersemangat Eza akhirnya terbujuk juga.

Zi mengacak gemas pucuk rambut Eza dan tersenyum dengan puas . Tanpa menyadari . Setiap ucapannya akan selalu ada di ingatan Eza.

Flashback off.

"Zayna tidak tau kalau ucapan asal waktu dulu akan dianggap serius oleh Eza. Bahkan dia sama sekali tidak ingat pernah mengucapkan kata kata itu.

Satu yang jadi pelajaran untuk Zi saat ini. Yaitu , tidak boleh sembarangan asal berbicara. Kini Zi sudah terjebak dengan perkataannya sendiri entah itu yang kemarin bersama mamanya dan juga bersama Eza waktu dulu. Yang jelas dua duanya menjerumuskan Zi sampai kedasar.  Lalu. Bagaimana Zi harus keluar dari situasi ini.?

Zi teringat lagi dengan perkataan Eza tadi siang.

"Zi.. kamu sudah janji kepadaku dan janji kepada mamamu tadi pagi.  Dengan menikah denganku bukankah kamu sudah menepati semua janjimu.?"

Entahlah. Lebih baik dia tidur dulu melepas penat dan beban pikiran. Siapa tau besok pagi dia dapat inspirasi menghadapi segala cobaan ini.

.

See you next chapt...😘

chased by loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang