Bab_12

113 4 0
                                        

Tak terasa hari pertunangan tinggal dua hari lagi, dan semua persiapan sudah hampir seratus persen jadi. Semakin dekat dengan acara itu harusnya Zi sudah cuti untuk melakukan berbagai perawatan tapi saat Zi mengusulkan hal itu, justru di tolak mentah-mentah oleh Eza,

Eza bilang "tidak perlu Zi.. aku tidak mau kau terlalu cantik nanti saat di hadapan banyak orang, aku tidak rela, biar cantikmu aku saja yang melihat".

Mendengar itu Zi memutar kedua bola matanya, dasar lebay.

Alhasil sekarang dia masih berkutat dengan setumpuk pekerjaan. Gara-gara Eza mengajukan cuti empat hari, dia harus lembur kerja hampir setiap hari, supaya nanti saat kembali dari liburan tidak lagi di suguhkan dengan bertumpuk tumpuk pekerjaan.

.

Saat ini di ruangan Eza, Zi makan siang bersama, dengan delivery berbagai jenis makanan, karena beberapa hari ini memang Zi tidak sempat membuat bekal.

Seperti biasa Eza dengan manja meminta suapan dari Zi, yang mau tak mau dia turuti. Bukan karena apa, tapi Zi malas mendengar rengekan Eza yang membuat kupingnya gatal, benar-benar seperti bayi besar.

"Sayaang.. "

Zi yang merasa terpanggil pun menoleh, menatap pria yang kini juga menatapnya dengan mata berbinar.

"Kenapa?" Zi mengernyit bingung. Biasanya kalau Eza menatapnya dengan tatapan seperti itu pasti ada maunya.

"peluk..!" Ucap Eza sambil merentangkan tangan siap untuk di peluk.

Tuhkan bener.! Dengan pelan Zi melangkah mendekat kearah Eza dan memeluknya. Hangat, itu yang dia rasakan.

Entah sejak kapan Zi selalu menuruti permintaan Eza,  asal itu masih sewajarnya, Zi rasa itu bukan masalah lagi, toh dia memang sudah berniat membuka hati sepenuhnya, percaya sama Eza, itu yang kini coba Zi lakukan. Semoga pilihannya ini tidak salah.

"Sayang... Terimakasih sudah menerimaku, dan telah percaya kepadaku,  aku janji akan berusaha menjaga kepercayaan yang sudah kamu berikan. Aku tidak akan mengecewakanmu." Ucap Eza memegang tangan Zi lembut lalu mengecup pucuk kepala Zi lama.

Setelah kejadian ciuman yang ia lakukan di rumah sakit lalu, kini Eza lebih berhati-hati lagi, dia tidak mau kejadian waktu itu terulang lagi, bukan sakitnya, melainkan malunya itu loh yang masih terkenang hingga sekarang. Lagi pula kini Eza akan menjaga kenyamanan Zi, jadi dia tidak akan melakukan sesuatu yang membuat Zi tidak nyaman. Eza akan menahan itu sampai waktunya tiba.

Zi tersenyum tulus, kini dia yakin dengan pilihannya kali ini, dia dapat merasakan ketulusan dari Eza, bahkan kini dia sudah terbiasa di panggil sayang.
Adegan romantis itu di akhiri dengan mata Eza yang berkaca-kaca dan di sambut pelukan hangat dari Zi.

**

Hari H pun tiba... Acara di lakukan secara meriah di kediaman keluarga Sebastian, karena memang banyak kerabat dari dua belah pihak keluarga.

Kini saatnya acara tukar cincin dari kedua menpelai, sudah ada Fahreza Sebastian beserta keluarga dan juga Zayna Maharani beserta keluarga di atas panggung.

"Alhamdulillah.." ucap mereka bersamaan setelah acara selesai berjalan lancar.

Tidak di beri kesempatan pulang untuk istirahat, Eza langsung memboyong Zi berangkat berlibur, karena ini yang di tunggu tunggu sejak tadi, yaitu berduaan saja dengan wanitanya

Setelah berpamitan, mereka langsung ke bandara menuju bali.
Yah... Karena waktu yang hanya sebentar, jadi mereka liburan di tempat yang dekat saja, Yang penting mereka bisa menikmati waktu bersama.

***

Sesampainya di bali mereka menuju villa yang memang sudah di siapkan dari beberapa hari yang lalu, bukan villa pribadi, hanya menyewa saja. Karena menurut Eza kurang efektif juga punya villa di bali, sedangkan dia jarang ke bali.

Akhirnya mereka sampai di depan kamar, Zi berniat akan masuk,. Tapi...

"Mau ngapain.?" Tanya Zi kepada Eza yang masih berada di dekatnya

"Mau masuk.!" Jawab Eza santai nyelonong masuk duluan.

"Loh Za, terus kamar ku yang mana,?

"Ya di sini sayaaang... Satu kamar berdua" sahut Eza menaik turunkan alisnya.

"Ezaa.. jangan bercanda ih."

"Siapa yang bercanda sih sayaang.. lihat di sini ada dua ranjang, satu untuk aku dan satu untuk kamu.. yang lainnya kita bisa pakai bersama kan,?"

" Hah.. " Zi menghela nafas, pasrah saja lah..  dia tidak berminat untuk debat kali ini, karena sungguh badannya capek, rasanya pegal semua. Bayangin aja sebelum acara pertunangan, sampai acara itu berakhir, dia tidak bisa beristirahat dengan benar, kali ini dia harus mengalah.. rasanya badan ini sudah tidak kuat lagi, ingin berbaring di kasur yang empuk itu.

Eza yang melihat pujaan hatinya itu sepertinya sudah tidak ada perlawanan, akhirnya tersenyum kemenangan.

" Lebih baik sekarang kita mandi dulu lalu istirahat, besok baru kita mulai berkencan" ucap Eza senyum

"Aku saja dulu yang mandi, enak aja kita-kita!" Sahut Zi sembari menuju kamar mandi.

Eza tertawa renyah mendengar gerutuan Zi, sungguh menggoda Zi sangatlah menyenangkan, sepertinya ini akan jadi hobi barunya.

Setelah selesai mandi kini gantian Eza masuk kamar mandi.. sedangkan Zi menuju ranjang dan mulai berbaring mengatur posisi senyaman mungkin untuk menuju ke alam mimpi.

Eza keluar kamar mandi dengan handuk yang masih bertengger di lehernya, pemandangan yang dia lihat setelah keluar dari kamar mandi adalah calon istrinya yang sudah tertidur pulas di atas ranjang,

"Hah.." Eza hanya bisa menghela nafas, wanitanya ini benar-benar tidak peka. Teganya dia tidur lebih dulu, meniggalkan calon suaminya yang sedang mandi.

"Zi... Makan dulu yuk, kita belum makan malam," ucap Eza mencoba membangunkan, tapi yang di bangunkan tidak bergeming sedikitpun. Apa dia tidak lapar?

"Zii.... Sayaaang...." Eza masih coba membangunkan Zi dengan sedikit menggoyang-goyangkan badannya. Tapi tetap tidak ada respon.

Lagi-lagi Eza menghela nafas, ya sudahlah, lebih baik dia ikut tidur saja. Rasanya malas kalau makan sendiri, tidak ada yang menyuapi.

Dengan pelan Eza tidur di samping Zi.. dengan memeluk Zi dari belakang, semoga besok pagi dia terbangun lebih dulu, kalau tidak... Dia tidak tau apa yang akan di lakukan Zi terhadapnya setelah sadar ada yang memeluknya semalaman.

.

.

Pagi hari menjelang siang, dua orang masih bergelut dalam selimut, hingga salah satu orang di dalamnya mulai menggeliat dengan mata mengerjab.

Zi yang lebih dulu membuka mata , meraih ponsel guna melihat jam yang tertera di layar ponsel sudah menunjukkan pukul 09.13

Tapi sesaat kemudian Zi sadar ada tangan yang tengah memeluknya, dengan pelan dia menoleh, Eza?

Perlahan Zi mengurai pelukan itu dan segera menuju kamar mandi,
Setelah selesai dari aktifitas di kamar mandi, Zi keluar dan melihat Eza yang masih tertidur lelap di ranjangnya.
"Biarkan saja dulu dia tidur dengan nyenyak Zi, setelah dia bangun barulah kamu beraksi" ucap Zi pada diri sendiri, sambil memicing melihat Eza menahan kesal.

"Krrryyuuuk..." Suara perut Zi yang kini minta jatah, dia ingat kemarin malam tidak sempat makan karena sudah terlalu capek.

Dengan bergegas dia ke dapur, kira-kira ada apa yang bisa di makan?

Zi mulai membuka satu persatu pintu kulkas dan lemari dapur, Zi terperangah .. di situ ternyata bahan makanan sudah lengkap, dengan senang hati Zi mulai mengambil bahan makanan untuk ia masak.

Saat Zi sibuk dengan acara memasaknya, Eza yang baru bangun segera mencari sosok Zi yang sudah tidak ada di kamar, dengan mata yang masih sayup Eza keluar kamar dan mendapati calon istrinya itu sedang asyik di dapur.

Sambil mengucek matanya yang masih sedikit ngantuk, Eza berjalan kearah Zi, setelah dirasa sudah dekat, Eza memeluk Zi dari belakang dengan kepala menopang di pundak Zi.

Zi yang mendapat pelukan mendadak dari Eza pun terkejut, dengan tangan mengepal menahan kesal Zi berpikir ,
'apa yang sebaiknya dia lakukan, untuk memberi pelajaran pada brondong nakalnya ini?'

chased by loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang