Zi yang melihat adegan di hadapannya itu, matanya berkaca-kaca namun tidak berkata apa-apa.
Eza yang sadar dan ingat Zi ada di sampingnya seketika mendorong wanita itu menjauh, dia menatap Zi dengan sorot mata khawatir.. khawatir jika Zi akan salah paham dan menjauhinya, namun nyatanya Zi kini memang sudah salah paham.
Sedangkan wanita itu syok saat di dorong Eza cukup kuat..
"Zaa...." Panggil wanita itu tidak percaya kalau Eza yang ia kenal bisa berbuat kasar terhadap wanita.
Eza yang terpanggil seketika mengalihkan pandangannya, menatap sosok wanita itu tajam.
"Jangan mendekat." Ucap Eza dingin, saat ia melihat wanita itu sudah akan mendekatinya.
Eza tidak akan membiarkan apapun merusak hubungannya.. bahkan sahabatnya sendiri pun tidak akan ia biarkan.
Wanita itu meneteskan air mata melihat kelakuan Eza yang berubah 180 derajat terhadapnya.. namun perlahan ia mundur menjauh, 'mungkin Eza lagi dalam mood yang tidak baik' pikirnya.
Zi masih menatap lurus ke depan.. bahkan saat Eza memanggilnya pun sudah tidak ada sautan, menoleh pun tidak. Eza sungguh panik, dia tidak pernah berpikir semua ini akan terjadi.
"Zii.... Aku benar-benar tidak ada apa-apa dengannya, aku berani bersumpah Zi.."
Masih belum ada sautan.
"Kamu boleh memukulku Zi.. kamu boleh bertanya apa saja yang ingin kamu tanyakan, tapi tolong jangan mendiamkan ku Zi.. aku mohon." Lanjut Eza dengan mata yang berkaca-kaca, Eza bingung mesti berbuat apa supaya Zi percaya padanya. Namun masih belum ada sautan dari Zi.. membuatnya frustasi .
"Haaaahhh..." Teriak Eza menjambak rambutnya sendiri..
Zi yang mendengar teriakan dari Eza tersentak kaget, namun enggan menanggapi.Akhirnya Eza memutuskan untuk balik ke villa terlebih dahulu. Dalam perjalanan yang sunyi, Zi sibuk dengan pikirannya sendiri,
Benar... ! Zi lupa kalau Eza tumbuh besar di negara bebas, yang peluk dan cium sudah jadi hal yang lumrah di negara barat sana.. jangankan peluk cium, bahkan sex bebas pun sudah dianggap wajar. Jadi dia pikir bukan tidak mungkin kan Eza melakukan hal itu juga.
Terhanyut dalam pikirannya sendiri tidak terasa sudah sampai di villa tempatnya menginap.. tanpa memberi kesempatan Eza untuk membukakan pintu, Zi keluar mobil dan masuk kedalam tanpa bicara apa-apa , tanpa menoleh kebelakang.
Eza yang melihat Zi masuk kedalam tanpa berkata apapun hanya menatapnya miris.. miris dengan hubungannya.. baru saat lalu mereka tertawa bersama. dan sekarang sepertinya kebahagiaan yang saat lalu ia rasakan sudah tak tersisa lagi.
Di dalam mobil cukup lama Eza merenungi hal yang terjadi hari ini... dan berfikir keras, apa yang harus dia lakukan untuk memperbaiki semua ini.
Setelah memikirkan itu namun belum juga dapat pencerahan.. akhirnya Eza memutuskan untuk masuk kedalam, menyusul Zi yang tadi lebih dulu masuk.
Sampai di kamar, Eza mendapati Zi yang sudah tidur terpejam di ranjang dengan sudah mengenakan piyama.. sepertinya Zi sudah mandi. Bahkan ranjang yang waktu berangkat tadi masih berdempetan, kini sudah berada di tempat semula.
Eza menghela nafas berat.. Zi yang sedang mendiamkannya sungguh mengerikan.
Lagi-lagi Eza menghela nafas, dia memutuskan mandi dan berniat untuk tidur dengan tenang.. semoga besok ada jalan keluarnya.**
Kini mereka sudah kembali ke jakarta.. di sepanjang perjalanan Zi hanya menjawab singkat saat di tanya oleh Eza. Dan setelahnya diam lagi.. sebenarnya Zi diam karena menahan tangis yang sewaktu-waktu akan meledak.. jujur saja dari kemarin Zi ingin sekali menangis, namun ia tahan. Dia tidak ingin menangis dan terlihat lemah di hadapan Eza.
Sampai di rumah, Eza yang akan mampir di tahan oleh Zi.
"Kamu pulang saja, biar aku yang bilang mama dan ayah." Ucap Zi kemudian masuk tanpa menunggu jawaban dari Eza.
Akhirnya mau tidak mau Eza pulang dengan lesu.. seperti tidak bertenaga.
.
Zi yang baru pulang mendapati mamanya menonton tv dengan Hanan, sedangkan Ayah sepertinya kerja. Dengan mengubah mimik mukanya yang tadi keruh menjadi ceria Zi masuk kedalam."Assalamualaikum." Ucap Zi riang dengan menenteng oleh-oleh yang sudah ia siapkan.
"Walaikumsalam." Jawab Hanan dan Mama bersamaan.
Zi memeluk mamanya lama.
"Kangeeen..." Rengek Zi.
"Kamu ini.. baru beberapa hari sudah kayak tidak bertemu berapa tahun Zi .. nanti kalau sudah menikah dengan Eza jangan seperti ini lagi, malu.. kamu bukan anak kecil lagi," Zi mengurai pelukannya dengan bibir mengerucut .
"Nggak usah sok imut..
gimana liburannya, asik?" Tanya mama Zi.Sesaat raut muka Zi berubah menjadi murung, namun dengan cepat Zi menetralkan wajahnya.
"Asik kok ma, kalau gitu Zi masuk dulu ya ma.. Capek, oleh-olehnya kalian buka saja." Ucap Zi meninggalkan mama , dan Hanan yang sedari tadi melihat gelagat Zi yang sudah tidak biasa. Hanan tau, pasti terjadi sesuatu.
Di kamar , Zi tiduran di ranjang,, memikirkan untuk bolos kerja beberapa hari dulu, menenangkan pikiran.. dia belum siap bertatap muka dengan Eza.
.
Di lain tempat, Eza dengan keadaan kusut memutuskan untuk tidak pulang, dia akan ke apartemennya yang biasa ia tinggali saat malas pulang karena jauh dari kantor.
**
Hari sudah berganti.. kini seperti biasa Eza berangkat ke kantor, karena sebagai pemimpin ,dia harus jadi contoh yang baik untuk para karyawannya. Sampai di depan ruangan ia berhenti sejenak, meja Zi masih kosong.. menghela nafas, Eza masuk kedalam ruangannya.
.
Tiga hari berlalu dan tiga hari itu Eza merasa hampa tanpa Zi.. sebetulnya bisa saja dia ke rumah Zi, tapi dia belum yakin membuat Zi percaya lagi padanya, alhasil di kantor seperti neraka, ada karyawan salah sedikit maka akan jadi pelampiasan kemarahan Eza. Tidak ada lagi senyuman manis Eza, orang-orang di kantor merasa tegang.
**
Hari ini hari minggu, Zi memutuskan untuk lari pagi di taman, dengan menghirup udara yang segar guna menyegarkan pikiran, sebenarnya keluarga Zi sudah merasa aneh dengan gelagat Zi. Apalagi beberapa hari ini Zi tidak keluar rumah, dan Eza juga tidak terlihat. Namun mereka hanya diam, biarlah anaknya itu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Zi berniat untuk mengundurkan diri.. bukan karena apa . Tapi ia merasa sudah tidak profesional, ia tidak pantas lagi bekerja di sana.
Dan Zi juga berniat akan berbicara baik-baik pada Eza, setelah dia pikir-pikir, sepertinya dia terlalu egois ,ngambek tanpa mau mendengarkan penjelasan dari Eza, Dan menyimpulkan sendiri.
"Zi....." Panggil seseorang di depan sana.
"Raka..?"
See you next chapt .☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
chased by love
Short StoryZayna maharani, yang biasa orang memanggilnya Zi, tidak menyangka ucapan asalnya di masa lalu akan berakibat fatal untuk masa depannya. Sebastian Fahreza, orang terdekatnya biasa memanggilnya Eza, seorang CEO salah satu perusahaan ternama di kota...