Bab-21

90 6 0
                                    

Kegiatan makan malam keluarga Eza sejenak terhenti, setelah mendengar perkataan Eza yang tiba-tiba.
Serentak mereka menoleh ke arah Eza, dengan ekspresi yang berbeda-beda.

Dari papanya yang terbatuk hebat.. mamanya yang syok karena bingung akan menanggapi seperti apa.. sampai Arin yang geleng-geleng kepala, tak percaya dengan kelakuan kakaknya itu.
Mau Acara lamaran kok kayak minta uang saku, tinggal ambil dari kantong.. lha ini loh, yang di minta anaknya orang.

Eza melanjutkan makannya dengan santai setelah mengatakan itu . Sedangkan Mereka saling pandang, seolah meminta pendapat, tapi berakhir dengan helaan napas berjamaah.

**

Pagi hari keluarga Eza di sibukkan dengan berbagai persiapan untuk lamaran.. ya, setelah Eza berkata ingin melamar tanpa bisa di ganggu gugat, akhirnya papa Eza menghubungi keluarga Mahendra 'keluarga Zi'.
Dan memberi pengertian tentang keinginan Eza, beruntung keluarga Zi menerima dengan lapang dada.

.

Sedangkan di lain tempat Zi yang semalam mendapat kabar dari keluarga Eza yang katanya ingin melamarnya, hari ini pun di sibukkan dengan merias diri di bantu oleh MUA kenalan mamanya.

Awalnya Zi terkejut , siapa yang tidak terkejut saat tiba-tiba saja ada yang mau melamarnya, hari ini pula..
tapi mengingat kondisi Eza yang baru saja pulih membuatnya enggan menolak, toh cepat atau lambat mereka akan menikah juga.

.

Tok,tok... Suara pintu membuat Zi menoleh.

Di sana Hanan sudah siap dengan setelan jas rapi, ah..semakin tampan saja adiknya itu.

Hanan menganggukkan kepalanya tanda tamu sudah datang.. Zi berdiri dan berjalan keluar menggandeng tangan adiknya, Hanan.

Di sana Zi melihat keluarga Eza yang sudah berkumpul di ruang tamu, ada beberapa orang yang tampak asing, mungkin keluarga dari Eza.

Di antara mereka.. Zi melihat Eza yang juga tengah memandangnya dengan tatapan berbinar.

Akhirnya acara itu di mulai , walau sederhana, karena acaranya mendadak, namun acara itu tetap berjalan dengan khidmat.

Setelah perbincangan dari kedua belah pihak..
Akhirnya tanggal pernikahan telah di tetapkan dua bulan dari sekarang.

Terlalu cepat.? Memang ,!namun Eza kukuh tidak mau di tunda-tunda lagi,
Beruntung Zi serta keluarga mengerti dan menerima keputusan itu dengan lapang.

Mereka tau Eza pernah mengalami depresi, dan untuk saat ini mereka masih tidak berani menolak keinginan Eza, takut memperburuk keadaan Eza. Untunglah keluarga Zi bisa di ajak kompromi.

Setelah acara lamaran itu berakhir, keluarga Eza pamit pulang, namun Eza memutuskan untuk tinggal, sebentar lagi.

.

Saat ini Eza bersama Zi tengah duduk di teras belakang rumah .. walaupun tidak seluas rumah Eza, namun Rumah Zi sangat nyaman untuk di tinggali.

"Zi__.. kangen, pengen peluk.!" Bisik Eza sebab di rumah Zi masih cukup ramai karena masih ada beberapa orang yang membereskan sisa-sisa makanan.

"Malu ih.." Zi sebetulnya merasa risih dengan sikap manjanya Eza yang tidak tau tempat dan waktu itu, Zi malu.

Eza mengerucut, kapan lah dia bisa berduaan dengan wanitanya ini.

Zi melihat cincin yang melingkar di jarinya.. ini cincin yang berbeda dengan cincin pertunangan yang sempat dia kembalikan waktu itu.

Zi mengangkat bahu masa bodoh.. toh cincin itu sudah membawa kenangan buruk.

"Cantik kan Zi.?" Ucap Eza memandang Zi yang terus melihat cincin di jarinya.

"Hemm .. cantik, terimakasih!" Sahut Zi tersenyum tulus.

Eza tersipu mendapat senyuman maut dari Zi..
Sedangkan Zi tertawa kecil melihat kelakuan Eza yang menggemaskan, rasanya Jadi pengen nyubit.

**
Hari ini Zi mulai di sibukkan dengan berbagai persiapan untuk pernikahannya nanti.. karena Eza sudah kembali bekerja , jadi mau tidak mau Zi yang lebih dominan menyusun persiapannya .

Dari pesanan dekorasi, baju,makanan, sampai ke MUA semuanya Zi yang pilih.. tentu saja berunding dengan keluarga juga, namun mereka semua menyerahkannya kepada Zi. Asal Zi suka maka semua juga suka.
Zi memijat kepalanya, ternyata pusing juga.

Akhirnya Zi lebih sering dengan Arin yang sama-sama perempuan dan juga bisa di ajak berdiskusi.. tidak melulu terserah Zi.
Untung Arin anaknya asik, walau kelak ia akan jadi kakak iparnya, namun arin tidak sungkan terhadapnya, bahkan kedekatan mereka sudah seperti adik dan kakak kandung. Melebihi hubungannya dengan Hanan yang seperti es batu itu.

Di sisi lain Eza kini di sibukkan dengan pekerjaannya, kini Eza sudah kembali bekerja secara profesional.. tegas namun berkarisma, walau tidak lagi banyak senyum ,seperti waktu dulu Zi masih bekerja di kantor, namun sudah tidak menyeramkan lagi.

Semua sudah kembali ke posisinya masing-masing.

"Saayanng...!" Seru Eza yang baru saja pulang, ya.. sekarang Zi berada di rumah Eza guna membicarakan persiapan pesta pernikahan.

Zi yang sedang berdiskusi dengan Arin pun seketika menoleh dan tersenyum melihat bayi besarnya itu bersikap manja ke padanya..

Sedangkan Arin bergidik ngeri melihat kelakuan abnormal kakaknya itu, akhirnya Arin pamit ke kamar, dari pada nantinya jadi nyamuk.

Eza yang melihat adiknya itu buru-buru pergi, semakin merekah saja senyum di bibirnya. Ternyata Arin peka juga.

Eza memeluk Zi erat, menyalurkan rasa rindu yang sejak tadi dia tahan. Seketika dia teringat sesuatu.

"Zi...?" Panggil Eza dengan nada serius.

"Ya..?" Zi mengernyit tanda bertanya.

"Emm.. minggu depan aku ada tugas ke luar kota selama dua minggu.!" Ucap Eza sedih.

Zi mengangkat satu alisnya, ya terus?

"Tapi aku tidak mau pisah sama kamu selama itu... Kamu ikut ya Zi .!" Pinta Eza memohon.

Zi melongo mendengar penuturan Eza, apa gejala sindrom peter pan yang Eza alami waktu itu kambuh lagi?

"Kalau aku ikut.. terus yang mengurus segala persiapan pernikahan kita siapa Za... ? Atau kita undur lagi saja pestanya.?"

Eza mendengar itu seketika duduk tegap.

"Tidak..!!" Sahut Eza tegas.

Zi tersenyum, dasar memang bayi besar.

**

Akhirnya hari itupun tiba.. hari dimana Eza yang harus pergi keluar kota selama dua minggu, sejujurnya Eza sudah melakukan berbagai cara supaya dia tidak harus pergi.. namun akhirnya dia memang harus pergi.

Sungguh rasanya berat sekali harus ldr selama dua minggu. Tapi semua demi masa depannya.. untuk istri dan anak-anaknya kelak.

"Sudah siap.?" Ucap Zi yang telah siap untuk mengantarkan Eza ke bandara.

Eza menghela nafas panjang dan mengangguk.

.

Di bandara sudah ada dua karyawan yang dipilih untuk mendampingi Eza pergi nanti.

Berkali-kali Eza memeluk dan mencium Zi saat pemberitahuan pesawat yang akan ditumpanginya segera landas.

Dan hal itu tak luput dari penglihatan dua karyawan yang memang sejak tadi sudah menunggu Eza, mereka saling pandang tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.
Benarkah ini bosnya.?

.

.

See you next chapt...🥰

chased by loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang