Bab-19

102 4 0
                                    

Zi menunggu Eza yang masih terlelap di kamar. Setelah beberapa saat yang lalu Eza memanggilnya, ia kira Eza segera bangun, namun nyatanya Eza memejamkan matanya kembali.. dengan terus memegang tangannya, hingga sekarang tidak bisa Zi lepaskan. Beberapa kali Zi memanggil Eza supaya melepaskan tangannya.. tapi bukan di lepas malah semakin erat saja. Sesaat Zi berfikir ini orang lagi ngeprank atau gimana.

Bahkan mama Eza sampai menyusul Zi ke kamar, karena Zi tidak kunjung keluar juga.

"Kamu nggak apa-apa sayang.?" Tanya mama Eza.

"Tidak ma .. hanya saja__" Zi melirik tangannya yang berada di genggaman Eza.

"Zi boleh minta tolong ma.? Ini nggak bisa lepas!" Ucap Zi meringis menahan malu, Eza benar-benar bikin malu saja , Untung Zi sayang.

"Astaga ... Anak ini, tolong maafkan ya Zi." Seru mama Eza merasa tidak enak.

Dengan bantuan mama Eza, akhirnya genggamannya bisa terlepas juga. Dan saat itu juga Eza tersentak bangun, membuat mama dan Zi terkejut melihat Eza yang tiba-tiba duduk.

Eza akhirnya bangun.. dan hal yang pertama dia lihat adalah mamanya. Tanpa menoleh ke samping, Eza merengek minta di ambilkan susu pada mamanya. Zi melongo melihat kelakuan Eza semakin parah saja. Persis Seperti anak kecil . Sepertinya Eza ini butuh psikolog bukan dojter lagi.

"Hhem... " Zi berdehem supaya Eza melihat ke arahnya, dan berhasil.

Eza menatapnya, tapi bukan dengan tatapan cinta seperti dulu, melainkan dengan tatapan berbinar, seperti anak kecil melihat sesuatu yang menakjubkan.

Eza tersenyum manis.. sangat manis dan polos, benar-benar menggemaskan, sesaat Zi berpikir bolehkah ia bawa pulang Eza yang seperti ini saja.? Tapi dengan cepat menggelengkan kepalany..
" tidak Zi, jangan konyol!" Ucap Zi pada dirinya sendiri.

Eza yang melihat kelakuan lucu Zi pun tertawa senang. Membuat Zi tidak tahan mencubit pipinya.

Namun entah karena Zi terlalu bersemangat atau apa , sepertinya cubitan Zi terlalu keras, membuat mata Eza berkaca-kaca menahan sakit.

Zi kelabakan melihat Eza yang sudah akan menangis, tanpa sadar dia memeluk Eza lembut dan meminta maaf, supaya Eza tak jadi menangis, syukurlah tindakannya berhasil.

Mama membawa segelas susu penuh.. dan Eza dengan senang hati meminumnya hingga tandas. Mata Zi terus berbinar melihat kelakuan Eza yang menurutnya begitu menggemaskan.

"Kamu sudah melihat sendiri keadaan Eza sayang.! Sudah hampir lima hari dia begini... Mama sudah memanggil dokter bahkan psikolog namun belum juga ada perubahan.. kamulah harapan mama satu-satunya Zi, tolong bantu mama." Ucap mama berderai air mata.

"Mama tenang saja ya... Biar Zi yang merawat Eza semampu Zi." Sahut Zi tulus.

"Terimakasih sayang... Kalau boleh, mama mau kamu menginap disini beberapa hari, untuk menemani Eza, karena terkadang Eza mengamuk tidak bisa di tenangkan.. hati mama sangat sedih, melihat Eza seperti ini, tanpa bisa melakukan apa-apa."

Zi berfikir sejenak, rasanya ia ingin menolak, biar bagaimanapun statusnya saat ini masih bukan siapa-siapa di keluarga ini.. apalagi dia juga sudah membatalkan pertunangan..tapi melihat keputus asaan mama Eza, membuatnya tidak tega.

"Nanti saya pulang dan bilang sama ayah dan mama Zi dulu ya ma, kalau di izinkan, besok Zi kesini lagi membawa baju ganti." Ucap Zi akhirnya.

Mama memeluk Zi mengucapkan terimakasih berkali-kali..  sedangkan Eza merasa bingung dengan kelakuan mereka yang seperti bintang sinetron itu.

.

Psikolog bilang ,Eza ini mengidap sindrom Peter pan.. dimana orang dewasa yang mengidap kondisi ini akan seperti anak kecil, namun anehnya kasus Eza ini langka, harusnya orang yang mengidap sindrom jenis ini terjadi ,karena tumbuh di lingkungan atau keluarga yang terlalu membuat orang tersebut merasa terbebani, dan tidak mampu memikul banyak tanggung jawab. Sedangkan Eza, dia tidak berada di situasi seperti itu. Lalu apa penyebab sebenarnya.? Kata mama, dokter menyarankan seseorang yang paling dekat dengan Eza untuk merawatnya. Dan akhirnya mama Eza memutuskan menghubungi Zi.

Setelah Zi pikirkan kembali.. Eza seperti itu setelah kejadian dengan Zahra waktu itu. Lalu apa hubungannya dengan itu?

Zi pusing sendiri memikirkan itu.. lebih baik dia mulai fokus merawat Eza .. ya! Dia sudah di beri izin untuk menginap beberapa hari di rumah Eza, dan besok dia mulai pindah ketempat Eza untuk merawatnya. Walaupun Zi tidak punya pengalaman, tapi Zi akan berusaha sebisanya.

**

Hari ini Zi bersiap untuk pindah.. dia mengemas barang yang sekiranya di perlukan, dan beberapa pakaian yang akan ia kenakan nanti.

"Sudah siap Zi." Zi menoleh ke sumber suara.

"Sudah ayah." Sahut Zi menggendong tas yang baru saja dia isi dan mengikuti ayah yang akan mengantarnya.

.

Sesampainya di rumah Eza, bibi yang bekerja di rumah itupun mengantarnya ke kamar yang nantinya akan dia tempati.

Sedangkan ayahnya masih berbincang dengan mama dan papa Eza.

Zi membongkar isi tas yang tadi ia susun dengan rapi.. menaruh barang bawaannya di tempat yang seharusnya.

"Zi ayah pulang dulu.. kamu baik-baik di sini ya." Seru ayah Zi berpamitan.

"Iya ayah.. hati-hati.!" Sahut Zi menyalami ayahnya.

Setelah selesai beberes, Zi memutuskan untuk melihat Eza di kamarnya.. mama Eza bilang, bahwa lima hari terakhir ini Eza tidak mau keluar dari kamarnya. Dan kali ini Zi akan membujuk Eza supaya mau keluar kamar.

"Kak... Mau ke kamar kak Eza ya?" Tanya arin yang sepertinya baru pulang dari sekolah.

"Eh , arin! Iya nih, mau coba bujuk kakak kamu keluar kamar,! Kamu istirahat gih, pasti capek kan, belajar seharian.?" Sahut Zi

"Kakak memang yang paling tau.. ya sudah kalau gitu aku ke kamar dulu ya kak, semoga sukses.!" Ucap arin antusias.
Dan di balas dengan acungan jempol dari Zi.

Zi masuk ke kamar Eza setelah mengetok pintu.. di sana Eza seperti sedang melamun di dekat jendela.

Perlahan Zi berjalan mendekat.. dan dengan pelan Zi memeluk Eza dari belakang, tentu saja Eza terkejut, tiba-tiba ada tangan yang melingkar di perutnya.

Dengan cepat Eza berbalik, bersiap untuk memarahi siapa saja yang sudah membuatnya kaget.. namun hal itu tidak jadi ia lakukan, saat melihat di hadapannya kini seseorang dengan senyuman yang begitu manis, yang membuat siapa saja akan luluh dengan senyuman itu.

"Jangan ..." Ucap Eza dengan wajah datarnya tanpa mengalihkan pandanganya di wajah cantik itu.

Sesaat senyum Zi meredup.. apa Eza kini sudah membencinya?
Dengan murung Zi berniat menarik tangannya yang masih betah memeluk Eza..

"Jangan senyum seperti itu lagi di hadapan orang lain.!" Eza melanjutkan perkataannya.

Zi menatap Eza terpaku.. perlahan Zi mengangkat tangannya menyentuh wajah Eza yang masih setia menatapnya.

"Kembalilah Za...!" Ucap Zi sendu, walaupun Eza terlihat menggemaskan saat bertingkah seperti anak kecil. Namun dalam hati, Zi rindu sosok Eza yang lebay, dan juga romantis.

"Kembali kemana ..?" Tanya Eza polos, menelengkan kepalanya.

Sekarang mungkin masih terlalu cepat.. batin Zi.

"Tidak.. aku mau ngajak kamu jalan-jalan keluar.. mau ya,?" Dengan mata berbinar Zi mengajak Eza.

Sesaat Eza terdiam.. namun akhirnya dia mengiyakan ajakan Zi dengan mengangguk.

Zi lega, setidaknya sudah ada kemajuan.

Mereka berjalan ke sebuah taman kompleks sekitar lima ratus meter dari rumah Eza.

Sesampainya di taman, Zi bercerita tentang kisahnya waktu bersama Eza dulu. Walau yang di ajak cerita tidak merespon tapi Zi tidak putus asa dan terus bercerita.

"Ice cream." Tunjuk Eza pada penjual ice cream yang sepertinya baru saja datang..tidak jauh dari tempatnya duduk,

"Kamu mau.?" Tanya Zi yang di balas anggukan dari Eza.

Entah kenapa Zi merasa jadi seperti baby sitter sekarang.
.
.
.
See you next chapt..🥰
Mohon tinggalkan jejak.. dengan memencet tombol bintang 🙏

chased by loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang