Bab_08

155 6 0
                                    

"A,apa.?" Zi terkurung di antara tangan kekar Eza.

"Kau selalu bilang aku masih kecil.. hem..?! Akan aku buktikan kalau aku bukan anak kecil lagi.!" Eza menunduk Semakin dekat dengan wajah Zi. Sampai hembusan nafasnya menerpa muka Zi.

Melihat Zi yang menejamkan mata dan mengernyit membuat Eza menyaringai. Semakin mendekat lagi,

"Sekarang siapa yang seperti anak kecil.?" Bisik Eza di telinga Zi. Membuat wajah Zi merah tak terkendali. Antara malu dan juga gugup.

Dia jadi merasa dipermainkan.

"T,tolong jangan terlalu dekat pak.!" Zi merasa oksigen di sekitarnya menjadi berkurang.

"Kenapa.? Bukankah aku hanya anak kecil.?"
Ucap Eza menatap Zi lekat, masih dengan posisi yang sama.

Zi yang di tatap seperti itu dengan jarak yang begitu dekat merasa gugup dan mencoba menghindar.

"T,tidak pak.. maafkan saya.!" Meminta belas kasihan. Sungguh Zi tidak berani lagi.

"Sudah ku bilang. Saat berdua tidak usah bicara formal kepadaku."  Lagi pula aku masih anak kecil kan. Kenapa sudah kau panggil 'pak'.?"

"Maafka saya.. em m,maksudku maafin aku Za, aku tidak akan bilang seperti itu lagi." Ucap Zi takut.

"Hem.. bagus, akhirnya kamu mengerti."  Dengan pelan Eza mengelus rambut Zi dan di lanjutkan dengan kecupan di pucuk kepalanya.

Eza kembali ke posisi duduknya.
  Akhirnya Zi bisa menghirup udara dengan lega. Eza benar benar menyeramkan.

.

Sudah waktunya pulang.  Zi menunggu di depan kantor sesuai keinginan Eza. . Sebab Eza masih ada sedikit pekerjaan yang harus dia selesaikan. Entah kenapa dia tidak pernah bisa menolak permintaan Eza. Setiap akan menolak pasti ada saja yang membuat dia akhirnya menurut.

"Pulang bareng yuk Zi.. kita mampir makan bakso deh, di tempat legend." Ucap seseorang tiba tiba.

"Eh, bol... " mendengar bakso di tempat legend, hampir saja dia akan mengiakan ajakan Fano, sampai sebuah tangan merangkulnya dari belakang.

"Ayo kita pulang ..!" Ucap Eza tanpa perduli masih ada Fano yang berbicara dengan Zi.

Tanpa memberi kesempatan Zi berpamitan . Eza membawa Zi pergi dari hadapan Fano.

"Apa benar benar sudah tidak ada kesempatan lagi untukku.?" Ucap Fano melihat nanar Zi yang telah menjauh.

.

Di sepanjang perjalanan pulang , di dalam mobil hanya ada keheningan, Eza hanya fokus menyetir bahkan menoleh kearah Zi pun tidak. Marah lagi nih pasti.?

Sampai di depan rumahpun. Eza masih betah dengan diamnya.

"Zi.... Besok kamu berangkat ke kantor sendiri dulu. Aku ada urusan keluar kota."

"Ah.. iya." Entah kenapa Zi merasa ada yang janggal. Biasanyakan Eza selalu membawanya kemana mana. Tapi kenapa kali ini tidak.?

Mencoba tidak memerdulikan itu. Zi keluar dari mobil dan masuk kedalam rumah.

Eza bisa melihat dari ekspresi Zi yang pasti curiga. Tapi dia benar benar tidak bisa membawanya kali ini.

"Maafin aku Zi." Ucap Eza , tentu saja sudah tidak terdengar oleh Zi.

.

.

Pagi hari Zi berangkat menaiki bis seperti dulu sebelum di antar jemput oleh Eza.  Dia merasa ada yang hilang, tapi apa,?

chased by loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang