"'Jika kau menjadi aku, apa yang akan kau jawab? Aku akan menyukai orang lain. Kau sudah tahu jawabannya.'"
Kau pernah melihat atau bahkan mencari tahu tentang Bunga Mountain Laurel? Akan aku katakan. Dia indah, siapapun akan tertarik untuk sekadar mendekatinya, termasuk diriku. Hanya saja, aku telah salah menciptakan penilaian yang tidak mendasar apa pun. Dia beracun, mampu membunuh makhluk hidup yang berani mendekatinya. Karena aku sudah benar-benar berada di sekitarnya, aku juga yang pada akhirnya ikut terbunuh—perlahan, demi sedikit, mungkin sebentar lagi lenyap.
Kedua tanganku bergerak kacau, terasa bergetar, walaupun tidak menimbulkan magnitudo yang besar. Aku masih terdiam stagnan, tanpa ingin berusaha mengatakan apa pun. Aku tidak bisa berhenti memperhatikan tokoh antagonis yang sedang memperlihatkan kebahagiaan singkatnya. Dia tersenyum kecil, seolah menggoda. Semestanya benar-benar berusaha untuk menghancurkanku dengan segala tingkah di luar akal sehatku sendiri.
Aku sejenak mengalihkan kedua bola mataku, menyingkirkan sedikit garis lurus tersebut pada kaleng minuman americano yang sedang di genggamnya. Air hitam masih terlihat menetes dari mulut kaleng tersebut, lalu terjatuh tepat mengenai lembaran buku catatan milikku. Oh Tuhan, bukan dunia yang seperti ini yang ingin aku lalui.
"Youra." Kusadari dalam lamunanku jika Luna hampir akan menyentuh pundakku, berniat menenangkan, mungkin. Tapi, dia segera menahannya.
Aku terkejut, benar-benar sangat terkejut. Aku tidak ingin bersikap seolah semua yang terjadi di hadapanku, akan kembali jika aku mengatakan, 'tidak apa-apa.' Hatiku sakit. Hingga food trayku lantas terjatuh begitu saja, membiarkan isinya mengotori lantai kantin.
Tulisanku, ceritaku, isi setiap ide yang baru saja kutuangkan dengan susah payah, tiba-tiba terlihat gelap karena tertutupi oleh cairan dengan semerbak aroma americano yang begitu menyengat. Dadaku terasa sesak, aku tidak tahu jika aku akan kehilangan hasil dari imajinasi yang terkadang sulit untuk tumbuh di dalam khayalanku.
Aku tidak tahu jika kehilangannya akan bergerak sangat cepat sekali. Bahkan ... Bahkan ... Aku belum sempat menyalin paragrafku ke dalam lembaran digital. Mereka tidak akan kembali ke dalam ingatanku, kan. Tentu saja.
"Ah, kupikir di sini ada tempat sampah. Aku tidak sengaja membuang minumanku, dan mengenai diksi ceritamu."
Aku bisa merasakan bagaimana tempo acak dari embusan napasku yang menderap naik turun secara berantakan. Aku ingin sekali marah. Aku ingin sekali marah.
"Kau gila? Bagaimana bisa kau berpikir di sini ada tempat sampah. Cukup, Min Yoongi, kau sudah sangat keterlaluan."
Aku harus marah, aku tidak bisa membiarkan Leechie menjadi perwakilan akan puncak emosi dari batinku yang sulit kuluapkan. Hanya saja, aku tidak bisa bergerak sedikitpun, aku terus saja merenggut pertahanan dengan mengenggam seluruh jemariku sendiri.
Hingga kusadari, laki-laki itu berjalan mendekatiku, sembari meneguk sejenak sisa minumannya. Lalu, dia berdiri di satu sisiku, dan berbisik. "Ceritanya menarik. Aku sangat menganggumi tokoh utama perempuannya. Dia ..." Tubuhnya lantas merunduk kecil hanya untuk menempatkan bibirnya tepat di dekat telingaku. Suaranya terdengar melanjutkan, "agak bodoh."
Hatiku seolah dilukai oleh kerumunan duri, sampai-sampai rasa sakitnya menyerang ke seluruh sistem tubuhku. Laki-laki itu memutuskan berlalu, tapi tidak sempat terjadi, karena kusadari Leechie berteriak tidak suka. "Ya! Min Yoongi!"
Bahkan aku membelakkan kedua bola mataku ketika kulihat gadis di sana lantas melayangkan air minumnya sendiri, berniat membasahi Neko. Hanya saja, itu sekadar niat, karena kini cairan yang memiliki kandungan isotonik itu berangsur membasahi wajahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cygnus Atratus || Min Yoongi Fanfiction ✔
Fanfiction(END-WARNING!! SETIAP PART PANJANG2. BAHASANYA BELIBET. BIKIN MIKIR KERAS!! CERITA INI TERDIRI DARI 3 BAGIAN YANG MEMUAKAN. PUSING DENGAN SEGALA TINGKAH DILUAR NALAR DARI SETIAP KARAKTER BAKALAN BIKIN KAMU BOSAN. POKOKNYA CERITA INI KHUSUS BUAT KAMU...