Chapter Ten 🌟 Terbelit Oleh Belenggu Ketidaksempurnaan Mimpi Buruk

226 33 26
                                    

Ah, lagi? Semuanya terdengar berisik. Setiap sudut telingaku terisi penuh oleh kebisingan. Aku tidak mau mendengarnya lagi. Aku tidak mau mendengarnya. Kepalaku sakit karena emosiku terus-menerus tertahan. Jantungku bergerak tercekat oleh rasa kejut yang besar. Pecah—gelasnya pecah lagi. Ibu berteriak lagi. Ibu menangis lagi. Aku takut. Aku takut. Mengapa tidak mau senyap? Mengapa suaranya tidak mau menghilang? Aku sudah susah payah menekan kedua telingaku, tapi tetap saja pekikannya masih sangat keras. Kemana Kak Quila? Kemana semua orang? Aku sendirian. Siapapun tolong hentikan pertikaian mereka.

"Menikah saja kau seratus kali!!"

Pecah di mana-mana.

—Cygnus Atratus—

June, 02 2020

Akhir-akhir ini aku sering sekali mendatangi dunia yang selalu menampakkan kegelapan di setiap sudutnya. Padahal aku tidak pernah berusaha untuk mengingatnya, apalagi sampai menyimpannya sebagai sesuatu yang pantas untuk di teguhkan di dalam kepalaku. Ah, aku harus bekerja keras lagi untuk melupakan kejadian-kejadian di ujung cerita beberapa tahun lalu.

Kedua manikku menatap lelah ke atas langit-langit kamarku. Napasaku menghela dengan bebas setelah selama dua malam ini aku memimpikan konteks cerita yang berulang. Sejenak kusembunyikan kembali kedua pandanganku dengan lengan yang bertumpu di atas dahiku. Rasa-rasanya, aku mulai tidak ingin beranjak dari sini. Aku hanya tiba-tiba setengah meringkuk ketakutan, barangkali monster besar tengah menunggu keberadaanku di luar sana.

"Ya! Youra, kau tidak akan bangun? Berapa lama lagi kau harus tertidur, dan membiarkan Ibu bekerja sendirian di rumah, bodoh."

Sial. Monster tidak layak hidup itu—sejak kapan memutuskan untuk pulang, sih? Mengapa tidak tinggal saja selamanya di Ilsan, dan bersenang-senanglah dengan suamimu.

Aku berusaha mengabaikan pekikan suara orang gila yang terus saja meracau seperti kesetanan itu. Namun, sampai di mana kudengar decitan pintu kamarku yang terbuka begitu saja, membuatku lantas berjingkat hampir berteriak kesal. "Kau gi—Namjoon Oppa?"

Astaga, kakak iparku? Bagaimana? Mengapa, dia ada di sini?

"Ah, maaf, aku mengejutkanmu. Tapi, Ibu memintaku untuk segera membangunkanmu."

Kulihat Kak Namjoon yang sedang menyembulkan kepalanya di balik pintu kamarku, sembari terkekeh malu-malu itu, lekas menjelaskan. Aku juga yang tengah terduduk di atas tempat tidurku, dengan keadaanku yang sepenuhnya sangat berantakan, hanya terdiam mematung.

Aku berusaha menarik seluruh jiwaku yang masih melayang kemana-mana, aku belum tersadar sepenuhnya, tahu. Dan aku kembali terkejut ketika kakakku yang gila menarik kerah belakang pakaian suaminya dengan cara yang tidak patut untuk di tiru.

"Sayang, dia tidak akan bangun jika kau berbicara sehalus itu."

Sayang, katanya? Aku tidak tahan, aku ingin segera memuntahkan isi perutku.

Aku hanya sekadar merotasikan kedua bola mataku sebal, tat kala kudengar pertikaian di belakang pintu kamarku. Aku berusaha menjauhkan diriku sepenuhnya dari tempat yang ingin kusinggahi selamanya jika bisa. Sejenak, aku ingin melangkah menuju kamar mandi, tapi sialnya lagi-lagi suara orang gila di sana menyapaku, sembari meletupkan pertanyaan yang sering kudapatkan akhir-akhir ini.

"Kudengar tanganmu terbakar? Kau berusaha untuk menjadi Avatar?"

"Berisik." Aku sedikit melirik sinis pada keberadaan wanita di sana yang tengah bersandar pada badan pintu. Aku tetap pada kesibukanku yang sedang merangkak memperbaiki tempat tidurku, lalu memantapkan keinginanku untuk melangkah mendekati kamar mandi di sebuah sudut.

Cygnus Atratus || Min Yoongi Fanfiction ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang