Chapter Fourteen 🌟 Berusaha Mengasihani Diriku Yang Di Rundungi Luka

223 26 45
                                    

June, 05 2020

Kali ini aku yang terbayangi kronologi paling cacat mengenai setiap konflik hebat yang tengah melukaiku mati-matian, sampai rasanya aku melupakan fakta bahwa aku masih bisa bernapas, tapi dilain sisi aku begitu sesak. Seolah bayangan skeptis mengenai hidup, meluap terburu-buru. Pergelangan kakiku yang masih di tancapkan pada dasar laut, bisa apa. Aku hanya sanggup melihat gelap, digerayangi debit air asin yang menumpuk memecah luka di berbagai sudut diriku. Aku sakit, aku sungguh sakit.

Aku lekas meleburkan udara yang sempat tertahan di dalam sana. Sandaranku pada kusen jendela yang tengah kusinggahi di pertengahan purnama, menjadi kelesuan yang paling sulit kuhindari. Pandanganku yang tak pernah meraih tujuan pasti, hanya sekadar asal-asalan menatap ketus rinai hujan yang enggan pamit sejak beberapa hari lalu. Dinginnya di sini, layaknya pengabaian yang begitu mutlak. Sejak satu jam lalu, runguku mengekori cerita sendu milik kakakku di seberang ruangan.

Keluhkesahnya bangkit tidak terang-terangan. Terkadang naifnya masih dia selipkan di antara percakapan dengan sang pendamping hidup di ujung waktu yang berbeda. Kak Namjoon layak kuanugerahi sebagai seorang suami yang tenang, juga sabar karena mendapatkan gangguan luar biasa mengerikan dari istrinya sendiri. Kuyakini Kak Namjoon sedang beradu dengan segala peperangan dari pekerjaannya yang berat, tapi masih sanggup menjadi penampung muntahan derita dari sang wanitanya.

"Aku sedikit khawatir, Joon dengan Ibu. Aku ingin membantu Ibu, tapi seringkali dia menolak. Selalu menaruh anggapan bahwa masalah yang sedang menimpanya, bukanlah urusanku dan Youra. Bahkan tidak pernah kutemui sebuah sesal dari dirinya ketika kutanyai mengenai kelakuan Ayah yang telah menghancurkan keluarganya sendiri."

"Kau sangat baik, Qyu. Aku percaya kau sudah mengkhawatirkan Ibu dengan layak. Tidak apa-apa untuk sedikit takut, tapi jangan sampai membuatmu sakit. Walaupun begitu, Ibu membutuhkan keberadaanmu, Qyu."

Hangat. Satu-satunya frasa yang terlintas di kepalaku hanya itu. Aku bersyukur Kak Quila menemukan seorang pria yang begitu menyayanginya dengan kekuatan rasa cinta yang sempurna. Seandainya suatu saat nanti, aku tidak mendapatkan hal yang menggiurkan dari hati seluas mereka berdua, aku akan tetap bersyukur. Setidaknya di sebagian hidupku ada yang berbahagia.

"Namjoon, terkadang aku ingin menikah denganmu karena aku sering merasa muak berada di sini. Cepat pulang, aku merindukanmu."

Terkadang aku ingin menikah denganmu karena aku sering merasa muak berada di sini. Walaupun kriteria utas kalimatnya sedikit berbeda, tapi makna di dalamnya seolah sanggup meruntuhkan setiap sudut hatiku. Tiba-tiba saja aku teringat akan laki-laki serupa kelabu—dingin, munafik, dan tidak pernah hangat. Layaknya matahari tidak ingin dia sambut.

"Aku juga merindukanmu, Qyu. Tetaplah sehat. Jangan memikirkan segala sesuatu dengan keras, ya. Aku tidak mau kau sakit."

Setelah di waktu lalu, kulihat bagaimana tegasnya belenggu duka meremas jiwanya dengan gegabah, aku mulai merasakan ketakutan yang anehnya tidak kukenali sama sekali. Aku ingin dia, Ya Tuhan. Aku ingin dia. Aku ingin dia mencabik lautnya bersamaku. Aku ingin dia membagi pekatnya luka denganku. Ya Tuhan, aku merindu padanya yang tak pernah meraihku. Aku rindu.

Perlahan, aku lantas menyembunyikan wajahku pada kedua lipatan lutut yang menekuk, bersembunyi khawatir di atas sebuah buku yang sempat kujadikan buah pena untuk bagian cerita milikku.

Cerita yang kutetapkan sebagai dirinya.

—Cygnus Atratus—

June, 06 2020

Jika aku berulang kali mempertegas bahwa hanya aku yang terus-menerus tenggelam di analogi kelam mengenai pilu yang lalu lalang, maka seharusnya kupukuli saja diriku. Aku menyalahkan kesia-siaan terhadapku yang paling menderita. Namun, anehnya seolah perasaan ini mengikatku pada kesadaran, "ah, setidaknya hancurku lebih baik." Karena kuyakini sepintas pernak-pernik luka yang sejenak sedang mengukungnya keras-keras, itu terlihat sebagai laut yang paling gelap akan birunya duka.

Cygnus Atratus || Min Yoongi Fanfiction ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang