Tak sanggup jika aku hanya saling menyalahkan terhadap siapa yang lebih unggul dalam anggukan menyetujui kehidupannya di lalap hancur dengan seribu pretensi cuma-cuma. Aku berusaha menoleh sekali lagi pada diriku sendiri yang sempat menimang lelucon sinting, dibiayai sikap tegas bahwa aku telah sangat peduli kepada oknum penjarah harapan.
Aku begitu mati-matian berjibaku dengan orang yang berbahaya, seolah setiap harinya dia sedang memenuhi peluang untuk membunuhku. Terlalu banyak enigma yang membuatku ingin terus berulang kali meraihnya, mengenggamnya, atau bahkan menyentuhnya. Dan itu terjadi lagi, lagi, dan lagi.
Lagi-lagi juga aku bersikap tak normal.
Aku memaksa pandanganku sendiri untuk terpaku pada seluruh materi yang tengah diperjelas dengan hati-hati oleh Miss Catrina di depan sana. Hiruk-pikuknya mahasiswa sedikit bertambah dari biasanya, karena kali ini aku sedang mengikuti mata kuliah umum yang telah kosong sejak beberapa minggu lalu. Apalagi kurasakan jika pola pikirku saling bertubrukan, konteks debatnya berbeda-beda, dan itu membuatku meringis setiap saat. Kalau terus begini, sekalian saja aku membenturkan kepalaku.
Aku hanya tidak mengerti, mengapa suaraku tidak bisa kusampaikan? Bahkan belum sempat hal tersebut terjadi, tiba-tiba aku sudah di paksa menetap pada dasar laut yang hanya milikku saja. Layaknya aku tidak mendapatkan keberuntungan untuk berenang bebas, terlepas dari penjara malapetaka, hingga aku sanggup menyebrangi sebuah biru yang lain.
Jangan jatuh cinta padanya, Youra. Jangan pernah.
Jangan pernah, jangan pernah, jangan pernah, jangan pernah. Aku tahu. Aku tahu, sialan. Aku tahu bahwa sentimentalku memang tidak layak kutetapkan sebagai berlian mewah yang habis-habisan kupertahankan dengan tidak wajarnya.
Siapa juga yang jatuh cinta pada laki-laki itu? Aku? Tidak mungkin. Terjerembab dikumpulan kontradiksi yang selalu terdengar rapuh, seolah memintaku untuk mengumpulkan kepingan rusaknya. Namun, kemudian dia malah menjadikanku pelaku sungguhan atas celaka miliknya.
Ini gila, kan? Aku malah di ajak bermain-main dengan tidak menyenangkan seperti ini. Dia mau mati, berengsek!
Tanganku yang sedang mengenggam pena kuat-kuat itu, berangsur menjadi tumbal cetusan emosi yang lambat laun telah sampai puncak. Aku memang menggoreskan tinta tersebut dengan gerakan yang cepat, hanya karena aku sangat marah. Hingga aku sedikit merobek catatanku. Ah, bodoh, siapa peduli.
"Hey, tenang sedikit. Tulisanmu tidak berlarian, kok."
Persetan dengan tulisanku yang—Tunggu sebentar, beri aku waktu.
Tubuhku membeku seketika ketika kusadari suara bariton yang berbisik di dekatku lantas menyelinap mendapatkan perhatian dari runguku sepenuhnya. Aku tidak yakin, tapi—masa, sih? Kelewat batas kesabaranku, aku hanya sanggup menghela napas, dan enggan memberikan rasa kejutanku karena keberadaannya yang seperti hantu.
Iya, aku tahu itu dia.
Ruang di sini teramat luas dengan memberikan fasilitas meja dan kursi yang bertingkat. Walaupun hanya terdiri dari dua banjar, tapi cukup memadati setiap sudutnya. Aku memutuskan untuk meraih kursi dengan meja yang sedikit panjang dari biasanya yang berada di pertengahan baris.
Sedangkan ketiga temanku terduduk di depanku, hanya di batasi dua meja. Keberadaanku tepat berdekatan dengan dinding ruangan, dan aku memang sengaja melakukan itu. Lebih tepatnya, aku ingin bersembunyi. Alih-alih aku hanya tidak mau dia melihatku, tapi sebenarnya aku yang tidak mau melihatnya.
Dia seharusnya terduduk cukup jauh dari jangkauanku, (karena yang kulihat sebelum masuk, memang begitu adanya.) Dia berada di deret seberangku, berkerumun dengan teman-temannya yang berisik. Kuyakini diriku jika dia seharusnya tidak tahu apakah aku ada atau tidak, tapi tiba-tiba dengan kumpulan dosanya yang tak terhingga lantas menyingkirkan penghuni kursi di sebelahku. Lalu, dia mendudukan bokongnya begitu manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cygnus Atratus || Min Yoongi Fanfiction ✔
Fanfic(END-WARNING!! SETIAP PART PANJANG2. BAHASANYA BELIBET. BIKIN MIKIR KERAS!! CERITA INI TERDIRI DARI 3 BAGIAN YANG MEMUAKAN. PUSING DENGAN SEGALA TINGKAH DILUAR NALAR DARI SETIAP KARAKTER BAKALAN BIKIN KAMU BOSAN. POKOKNYA CERITA INI KHUSUS BUAT KAMU...